Naolin Farah Adyawarman, gadis berusia delapan belas tahun yang baru menyelesaikan pendidikan SMA-nya.
Tidak ada yang istimewa dari hidup Naolin, bahkan dia hampir tidak pernah melihat dunia luar.
Karena Naolin adalah anak yang harus disembunyikan, dari khalayak luas. Sebab Naolin adalah anak har*m, sang Papi kandung dengan entah siapa Mami kandungnya.
Hal itu terjadi karena Naolin, diberikan secara sukarela oleh Mami kandungnya yang merupakam gund*k, dari Papinya.
Menurut cerita keluarga Papi, Mami kandungnya Naolin ingin hidup bebas dan belum siap memiliki anak.
Tapi entahlah itu benar atau tidak. Yang jelas, keputusan Maminya itu justru menjerumuskan Naolin ke lembah kesengsaraan!
Karena Naolin akhirnya hidup dengan Mama dan Kakak tiri yang jah*t. Sementara Papi kandungnya selalu berusaha untuk tutup mata, karena katanya merasa bersalah sempat menduakan sang istri sah.
Tapi saat Naolin telah menyelesaikan SMA-nya secara homeschooling, dia dibebaskan dari rumah yang iba
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss D.N, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Sampai tiba-tiba terdengar suara handphoneku berdering dengan nyaring lagi. Saat aku lihat, ternyata Ibu Nadin. Jadi langsung aku angkat.
"Hallo, Miss N. Ya Allah, apa benar katanya suami dan Adik saya meninggal dalam ledakan yang terjadi di kantor polisi tadi?" cecar Ibu Nadin.
"Sepertinya begitu Ibu. Dan dari rekaman terakhir di mobil Pak Edison, sepertinya beliau adalah pelaku peledakan itu," jawabku.
"Innalillahi wainnailaihi rojiun. Miss N, saya memang marah sekali pada suami dan Nindy. Tapi saya juga tidak berharap, akan berakhir seperti ini."
"Saya hanya ingin suami dan Nindy, mendekam di penjara. Tapi kenapa Allah, malah mengambil mereka untuk disidang di akhirat langsung?" tanya Ibu Nadin.
"Saya juga kurang tahu Ibu, tapi coba tanya pada anak anda. Apakah dia ada berdoa yang buruk, karena sakit hati pada Ayah dan Auntynya?"
"Karena saya pernah dengar, kalau doa orang terzolimi akan langsung dikabulkan oleh Allah swt," jawabku.
"Baiklah Miss, coba saya tanya pada anak dulu. Tapi sebelumnya, saya ucapkan terima kasih ya Miss. Karena berkat kamu, saya dan anak bisa selamat," ucap Ibu Nadin.
"Ya, sama-sama Ibu," jawabku.
Setelah itu aku langsung tidur, karena hari ini benar-benar melelahkan.
Keesokan harinya setelah sholat subuh, aku langsung pergi ke minimarket. Karena aku sangat bersemangat, untuk melihat proses renovasi minimarket.
Tapi saat di jalan, tiba-tiba handphoneku berdering dengan nyaring. Jadi aku tepikan mobil, dan segera mengangkat telepon.
"Ya, ada apa Mbak Ainur?" tanyaku.
"Kak Naolin, sepertinya kami sudah bisa pulang ke rumah. Karena baru saja aku dihubungi oleh pihak kepolisian, dan diberitahu kalau Bang Edison sudah meninggal dunia," jawab Mbak Ainur.
"Ya, pulanglah Mbak Ainur. Apa mau aku jemput?" tanyaku.
"Nggak usah Kak Naolin, karena kami tidak enak mengganggu Kakak dari kemarin. Ini kami akan pesan taksi online."
"Oke, kalau sudah bisa masuk kerja lebih bagus lagi Mbak Ainur. Karena aku sudah di jalan menuju minimarket," ucapku.
"Ya, Kak Naolin. Aku memang rencananya, mau langsung bekerja juga."
Kami mengobrol sebentar, baru setelah itu Mbak Ainur pamit mau pulang dulu. Tapi katanya jam delapan, pasti akan ke minimarket.
Sementara aku juga melanjutkan perjalanan menuju minimarket.
Sesampainya di minimarket, aku langsung membuka pintu depannya. Tapi kembali menutupnya, karena belum pukul enam pagi.
Sambil menunggu Mbak Ainur dan Bang Anwar datang, aku buka lagi satu DM dari klien.
"Hallo Miss N."
"Perkenalkan aku Sabrina, usiaku dua puluh empat tahun. Sebenarnya, aku baru mau menikah Miss."
"Tapi entah kenapa, aku jadi ragu dengan calon suami yang bernama Mas Akbar. Sebab di usianya yang ke tiga puluh tahun, Mas Akbar masih memiliki Adik perempuan berusia sepuluh tahun."
"Aku tahu, ada banyak Ibu yang hamil dan melahirkan lagi di usia tua. Tapi wajah Adira, sangat mirip dengan Mas Akbar. Sampai aku berpikir, Adira itu sebenarnya putri kandungnya Mas Akbar."
"Bahkan Adira terlalu manja pada Mas Akbar. Sampai sering ikut kami, saat sedang kencan. Awalnya tidak masalah, tapi makin lama teman-temanku bilang perlakuan Bang Akbar ke Adira seperti kepada anak perempuan kesayangan."
"Dulu saya tidak mau ambil pusing, tapi saat semakin dekat dengan pernikahan yang tinggal tiga bulan lagi, perasaan ragu dan curiga jadi semakin kuat."
"Ditambah lagi calon Mama mertua, sepertinya tidak begitu suka dengan aku. Namanya Ibu Lilis. Sementara calon Papa mertua yang bernama Pak Hanung, tidak begitu perduli pada keluarga."
"Oh iya, keluarga calon suami saya ini pemilik usaha channel berita swasta dan beberapa usaha lainnya. Saya pembaca berita berbahasa Mandarin, di perusahaan milik calon suami."
"Kalau Miss suka menonton berita di channel MCC, pasti tahu saya. Mas Akbar, adalah atasan saya langsung. Maka dari itu, kami bisa dekat."
"Tolong Miss bantu cari tahu ya, sebenarnya Adira itu anak siapa. Lalu Papa mertua itu, sebenarnya punya usaha apalagi? Karena beliau sangat jarang berada di rumah."
"Masalah pembayaran, tolong langsung beritahu saja nominalnya dan nomor rekening Miss N ya. Terima kasih."
Aku langsung terdiam, setelah membaca DM, dari Kak Sabrina. Karena bukannya biasa saja ya, kalau Kakak beradik terlihat mirip?
Tapi ya sudahlah, biar aku tetap ambil pekerjaan ini. Karena ingin melihat kantor berita swasta, yang sepertinya sangat keren ini!
"Selamat pagi Kak Sabrina."
"Bisa tolong kirimkan nomor handphone dan sosial media, semua orang yang terlibat di dalam kasus ini? Termasuk punya Kakak juga ya."
"Masalah pembayaran, satu kasus saya pasang tarif sepuluh juta rupiah. Bisa transfer dulu lima puluh persen, lalu lima puluh persen selanjutnya setelah kasus selesai aku tangani."
"Ini nomor rekening aku ya, ****. Terima kasih Kak Sabrina."
Setelah membalas pesan Kak Sabrina, perutku berbunyi dengan sangat kencang. Ya ampun, bikin malu saja. Untung aku sedang sendirian.
Tapi aku langsung mengambil beberapa cup Indomie, yang belum pernah aku cicipi. Lalu tidak lupa, beberapa makanan beku juga ingin aku masak di microwave yang memang tersedia di minimarket ini.
Sambil menunggu indomie cup direndam pakai air panas, aku memanaskan sosis berukuran jumbo. Penasaran sekali, karena di bungkusnya ada tulisan keju mozarella.
Aku juga makan beberapa potong roti, yang selainya enak-enak sekali. Ternyata memang aku harus mencoba lebih banyak masakan Indonesia, sebab ada banyak makanan enak di negaraku ini.
Setelah semua makanan matang, aku langsung duduk di meja yang ada di bagian belakang minimarket. Lalu mulai menyantap satu persatu makanannya.
"Hmmmm, keju mozarella di dalam sosisnya banyak sekali," pujiku kegirangan, karena saat aku gigit dan tarik langsung molor dengan baik.
Sambil makan, aku mencoba membuat rencana untuk memulai pengintaian.
Setelah makan, Kak Sabrina membalas DM-ku. Jadi aku langsung membersihkan semua sisa makanan, lalu membaca DM-nya.
"Oke Miss N."
"Ini sudah aku transfer ya, sepuluh juta. Jadi aku tinggal menunggu hasil kerja Miss N saja ya."
"Lalu ini nomor handphone dan sosial media, yang Miss minta. Aku tunggu hasil kerjanya ya Miss N. Terima kasih."
Aku membalas dengan mengucapkan terima kasih juga. Lalu mulai stalking, sosial media Pak Akbar.
Waahhh, orang kaya raya memang beda ya. Karena di akun sosial medianya, terlihat Pak Akbar memamerkan dia melamar Kak Sabrina di atas helikopter.
Sayang sekali aku tidak ingin menikah, karena takut akan memiliki anak yang nasibnya seperti diriku. Padahal sepertinya saat dilamar, Kak Sabrina terlihat sangat bahagia.
Lalu seperti para pria berusia matang lainnya, Pak Akbar lebih banyak meng-upload, keseharian beliau di tempat kerja.
Ohhh, salah! Karena ada banyak sekali foto dan video Pak Akbar, sedang bersama Adira.
Ternyata benar ya, Pak Akbar dan Adira terlihat sangat mirip. Mereka juga sering jalan-jalan berdua saja, dan mengambil selca di beberapa tempat yang terlihat menyenangkan.
Sampai akhirnya aku melihat sebuah video, dan klik ...