NovelToon NovelToon
Ketika Aku Menemukanmu

Ketika Aku Menemukanmu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Wardani

Ini adalah kisah tentang seorang ibu yang terabaikan oleh anak - anak nya di usia senja hingga dia memutuskan untuk mengakhiri hidup nya.
" Jika anak - anak ku saja tidak menginginkan aku, untuk apa aku hidup ya Allah." Isak Fatma di dalam sujud nya.
Hingga kebahagiaan itu dia dapat kan dari seorang gadis yang menerima nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Wardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Vonis Dari Dokter

*****

" Ini sudah menjalar ke bagian lain. Hhmmm... selalu saja begini. Terdeteksi.saat virus sudah merambat jauh." Kata dokter pada Kanaya setelah memeriksa nya.

Mata Kanaya sontak membulat, sebab bingung dan belum mengerti dengan apa yang sedanh dokter jelaskan pada nya. Tapi mendengar akar yang merambat dan menjalar, membuat bulu kuduk Kanaya merambat seketika.

" Ada apa, dokter? Apa saya mengidap penyakit berbahaya?" Tanya Kanaya dengan suara yang bergetar.

Dokter tersebut terlihat menarik nafas nya dalam dalam. Lantas melepaskan kaca mata nya dan meletakkan ke atas meja kerja nya. Lalu menatap Kanaya dengan dalam.

Melihat tatapan dokter yang dingin membuat Kanaya semakin merinding. Dia mulai curiga kalau ada yang tidak baik di dalam tubuh nya. Bahkan dia begitu terasa kesusahan saat menelan ludah nya.

" Sejak kapan kamu merasakan benjolan di bagian dada? Dan, apa kamu pernah merasakan sakit di bagian dada, pernah pingsan atau mimisan?" Tanya dokter.

Dokter itu bukan nya menjawab pertanyaan Kanaya malah membalikkan pertanyaan nya yang membuat Kanaya semakin bingung.

Memang beberapa bulan terakhir ini dia merasakan ada benjolan di dada nya yang terasa nyeri. Bahkan sekarang ukuran benjolan itu semakin besar. Makanya Kanaya memutuskan untuk memeriksakan nya ke dokter.

Sedangkan kalau pingsan, dia pernah pingsan di kantor dan di bantu oleh Bella.

" Saya memang pernah pingsan sekali di kantor dokter. Tapi hanya beberapa menit saja. Dan itu karena saya lembur beberapa hari. Apa ada yang serius dengan kondisi saya dokter? Jawab saja dokter? Jangan buat saya bingung." Jawab Kanaya.

" Kalau sudah pernah pingsan begitu? Kenapa tidak langsung di bawa ke rumah sakit saja untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut." Kata dokter lagi.

Kanaya mendesah pelan. Dokter ini mulai membuat nya kesal. Jantung nya semakin tidak karuan. Dan mata nya jangan di tanya lagi. Rasa nya sangat panas karena terlalu lama menyimpan aliran air mata yang siap jatuh jika memang dokter mengatakan hal yang tidak enak tentang nya.

" Dokter, tolong jangan bertele - tele. Apa yang sebenar nya terjadi dengan saya dokter? Kata kan saja. Apa saya mengidap penyakit yang serius, dokter?" Paksa Kanaya yang sudah tidak sabar mendengar apa yang sebenar nya terjadi.

" Maaf kan saya. Saya tidak bermaksud mengulur waktu atau bertele - tele." Ucap dokter.

" ini hasil USG yang kita lakukan tadi. Kamu bilang kalau ada yang berbeda dengan payudara kamu. Dan setelah di periksa tadi, memang ada yang sel yang sudah berkembang di sana."

Kata dokter yang memeriksa Kanaya seraya menunjukkan hasil USG yang kami lakukan tadi.

Bibir Kanaya merapat, mata nya semakin panas, bahkan dia merasakan tubuh nya semakin menggigil.

" Bagaimana bisa ada sel kanker bersembunyi di sana. Saya tidak pernah melakukan hal aneh. Saya bukan perempuan nakal, dokter. Bahkan saya belum menikah. Belum pernah ada yang menyentuh nya." Keluh Kanaya dengan isak tangis nya.

" Tidak mungkin, dokter. Dokter pasti salah. Semua yang dokter kata kan itu pasti salah." Racau Kanaya dengan wajah yang basah.

Dokter hanya dia sembari memperhatikan wajah Kanaya. Mungkin merasa prihatin dengan yang di alami Kanaya. Semenyedih kan itu kah keadaan Kanaya sekarang?

" Kamu harus sabar. Istighfar."Kata nya mengusap bahu Kanaya.

Kanaya menggeleng kuat. Dia masih tidak percaya kenapa semua ini bisa terjadi.

" Jika kamu masih ragu, kita bisa melakukan pemeriksaan ulang. Pemeriksaan yang lebih akurat lagi hasil nya." Tawar dokter.

" Apa sebenar nya penyebab nya dokter? Kenapa saya bisa terkena penyakit itu? Selama ini saya merawat nya dengan baik." Tanya Kanaya.

" Biasa nya ini adalah faktor keturunan. Apa kah dari keluarga memiliki riwayat penyakit serupa? Keluarga atau saudara terdekat?" Tanya dokter yang membuat aku terdiam membisu.

Lama Kanaya terdiam. Bagaimana dia bisa tahu apa keluarga nya memiliki penyakit ini atau bukan.

Sedangkan untuk orang tua saja, dia tidak tahu. Mungkin kah orangtua nya memiliki riwayat penyakit itu dan meninggal lalu meninggalkan nya ke panti asuhan? Hanya orang tua Kanaya lah yang tahu jawaban nya.

" Apa saya akan meninggal dokter?" Tanya Kanaya.

" Tidak ada penyakit yang tidak bisa di sembuhkan. Semua nya ada obat nya. Kita bisa melakukan pencegahan agar kanker tidak menyerang organ tubuh yang lain. Seperti kemoterapi misal nya." Jawab dokter.

Kanaya semakin merinding saat dokter menyarankan dia melakukan kemoterapi. Dia tahu jika seseorang tidak kan bertahan lama dengan kemoterapi. Itu hanya pencegahan nya saja. Bukan pengobatan.

*

*

*

Kanaya merasakan setiap langkahnya terasa berat, kakinya serasa tidak mampu menahan beban tubuhnya sendiri. Wajahnya pucat pasi, matanya sayu menatap kosong ke depan, seolah-olah kehilangan arah dan tujuan.

Dia baru saja keluar dari ruang pemeriksaan, di mana dokter telah memberikan kabar yang menghancurkan hatinya.

Tanpa sadar, dia menemukan dirinya terduduk lemah di salah satu kursi tunggu rumah sakit yang dingin dan keras.

Tangannya gemetar saat dia menutupi wajahnya, air mata mulai membanjiri pipinya. Isak tangisnya pecah, suara tangisnya terdengar memilukan, menggema di lorong rumah sakit yang sepi.

Kanaya mencoba menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri, namun setiap tarikan napas hanya semakin menambah berat beban di dadanya.

Dia menggenggam erat tas tangannya, mencari sesuatu yang bisa memberi sedikit kenyamanan. Namun, semakin dia berpikir tentang apa yang baru saja didengarnya dari dokter, semakin dia merasa terjepit dalam pusaran emosi yang tidak bisa dikendalikan.

Sakit yang kini bersemayam dalam tubuhnya bukan hanya fisik, tetapi juga merobek-robek kestabilan emosinya.

Kenyataan pahit bahwa dia harus berjuang melawan penyakit serius itu masih terasa seperti mimpi buruk yang tidak bisa dia bangunkan.

Kanaya menundukkan kepala, mencoba menyembunyikan kesedihannya dari dunia luar, namun setiap detik hanya semakin menekankan betapa nyata dan tak terelakkan situasi yang harus dihadapinya itu.

*

*

*

Di luar rumah sakit, Aris berulang kali mengecek jam di pergelangan tangan nya. Menunggu Kanaya keluar dari dalam. Sudah hampir dua jam Kanaya belum juga menampakkan batang hidung nya.

Aris semakin cemas jika hanya menunggu di sana. Sampai dia memutuskan untuk menyusul Kanaya ke dalam.

Kanaya memang sudah melarang nya untuk menunggu, tapi Aris tidak tenanh dan memutuskan untuk menunggu sampai Kanaya selesai pemeriksaan.

Namun langkah Aria berhenti saat dia melihat Kanaya keluar saat itu juga.

" Naya." Panggil Aris.

Kanaya menoleh ke arah suara dengan lesu.

Aris berlari mengejar Kanaya yang berdiri di depan lobi rumah sakit.

" Mas Aris? Belum pulang?" Tanya Kanaya heran.

" Saya menunggu kamu, Nay." Jawab Aris.

" Kan saya bilang nggak perlu nungguin saya, mas. Saya bisa pulang sendiri naik taksi."

" Tadi juga saya sudah mau pulang, tapi nggak tahu kenapa hati saya rasa nya berat sekali mau meninggalkan kamu."

Aria kemudian mengerutkan kening nya ketika dia memperhatikan mata Kanaya yang membengkak juga hijab nya yang basah.

" Nay... kamu habis nangis ya? Mata kamu merah. Jilbab kamu juga basah. Dokter bilang apa, Nay? Ada yang serius?" Tanya Aris khawatir.

Kanaya memaksakan senyum pahit, meredam derita yang menghantui hatinya.

Ketika Aris menatap matanya yang sembab, ia berusaha untuk memalingkan wajah, menyembunyikan air mata yang mulai menumpuk di pelupuk matanya.

" Oh ini... saya nggak papa kok pak." Kata Kanaya mengusap pipi dan merapikam hijab nya.

" Tadi di dalam ada pasien yang baru kehilangan keluarga nya. Saya hanya ikut sedih saja mas." Jawab Kanaya berbohong.

Tapi pandangan Aris mencoba mencari sesuatu yang mungkin di rahasia kan Kanaya dari nya.

" Kamu nggak lagi berbohong dengan saya kan, Nay?" Tebak Aris.

" Tidak mas. Semua nya baik - baik saja." Jawab Kanaya tersenyum.

" Lalu dokter bilang apa sama kamu?"

" Dokter bilang saya hanya kelelahan saja, mas. Mungkin terlalu capek. Jadi kurang istirahat."

" kalau begitu, besok kamu tidak perlu ke kantor. Saya akan atur izin kamu pada HRD supaya kamu bisa istirahat dengan cukup di rumah." Ucap Aris.

" Mas... nggak perlu, mas. Saya masih kuat kok kerja." Tolak Kanaya.

" Jangan menolak nya, Nay. Dokter benar, kamu harus banyak istirahat." Desak Aris.

" Lebih baik sekarang kamu ikut saya. Kita cari makan dulu sebelum saya mengantar kamu pulang." Ajak Aris menarik tangan Kanaya.

Kanaya tersenyum dan mengikuti langkah Aris. Beruntung Aris tidak terlalu curiga pada nya.

Di dalam hati, Kanaya merasa dunia sedang runtuh perlahan, namun dia terus berjuang untuk menyimpan rasa sakitnya, agar tak tampak retak di depan Aris.

1
partini
baca sinopsisnya penasaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!