KEKUATAN NAGA KENAPA BISA ADA DI TANGAN BOCAH INI? PLOT TWIST-NYA: DIA BISA KUASAI SEMUA ELEMEN!
Bayangin: di dunia Aethoria yang isinya cuma soal kekuatan elemen, ada Vincent Kai, cowok misterius dari Suku Naga, yang diam-diam punya cheat code paling gila. Dia bukan cuma kuat, tapi Juga Overpower—dia bisa ngendaliin semua elemen! Rahasia ini harus dia sembunyikan dalam-dalam biar dunia enggak chaos.
Masalahnya, dunia fantasi mana yang damai terus?
Datanglah Ash Falnes Phoenix, dengan ambisinya yang setinggi langit, ingin membuat Aethoria tunduk di bawah kakinya. Rencana jahat Ash ini jelas mengancam keseimbangan Antara Suku Starlight, Aquaria, Terra, Sylvan, Aeolus, dan lainnya.
Ini bukan lagi sekadar petualangan biasa, ini pertaruhan hidup-mati yang penuh intrik, pengkhianatan, dan epic battle.
Vincent sekarang dihadapkan pada pilihan paling berat: terus hide and seek dengan kekuatannya sambil melihat dunia hancur, atau come out dan terima takdirnya?
Status : Daily Update
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zan Apexion, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31: Serangan Total dan Konflik Baru
Preview Bab sebelumnya:
Evan tiba-tiba memegang kepalanya, aura Dark phoenix nya memudar. Matanya yang biru-hitam kembali, dengan ekspresi yang penuh kebingungan, dan kemudian....
"Dimana aku?"
"Apa... Yang sedang Terjadi saat ini?,"
ucap Evan dengan linglung seperti orang yang baru sadar dari koma yang panjang.
Evan kini bebas, tetapi kondisi Vincent saat ini pastilah terluka parah, sedangkan Vera pasti berada di puncak amarahnya.
Bab 31: Serangan Total dan Konflik Baru
Pembebasan dan Dendam Baru
Di sisi lain, Evan terhuyung. Ketika Jarum Temporal memutus Ikatan Perjanjian Jiwa Kegelapan, ia mendapatkan kembali kesadarannya, tetapi pembebasan itu datang dengan rasa sakit yang luar biasa. Ia mengingat semua yang terjadi, ia ingat saat Vincent mengalahkannya, saat ia dihina, dan saat Vera menjanjikannya kekuatan sejati.
Namun, yang paling jelas ia ingat adalah bahwa ia memiliki dendam yang kuat terhadap keluarga Vincent.
Ia menatap Vera, lalu menoleh ke Vincent yang berdarah di lantai. Ekspresi Evan tidak menunjukkan rasa bersalah, melainkan amarah dan dendam.
"Vincent!" Evan meraung. Bukan panggilan persahabatan, melainkan teriakan kemarahan yang dipenuhi Energi Phoenix murni.
"Kau membiarkan aku terikat! Kau membiarkan aku menjadi alatnya! Kau pasti senang melihat ku dalam kondisi terhina dan hal ini hanya untuk mengumpulkan kekuatanmu sendiri!"
Evan meluncurkan Ledakan Phoenix Murni ke udara, bukan untuk membantu, tetapi untuk melepaskan frustrasinya.
"Fire Phoenix Technique!"
Duarrrr!
"Kau berhutang padaku, Vincent! Aku tidak akan membiarkanmu menjadi pahlawan Kesiangan dengan mengorbankan kehormatanku!" teriak Evan.
Kebutuhan Mendesak dan Aliansi yang Goyah
Meskipun Evan melampiaskan amarahnya, Vera tidak peduli. Ia hanya melihat bahwa ada sebuah peluang.
"Jangan buang energi pada bocah yang naif itu, Evan!" ejek Vera.
"Kemarilah! Kita bisa merebut kekuatan Waktu ini bersama! kita bisa menjadi yang terkuat bersama!"
Evan ragu. Ia membenci Vera, tetapi dendamnya pada Vincent terasa lebih mendesak.
"Evan! Dengarkan aku!" teriak Vincent,
berusaha bangkit.
"Aku tahu kau marah! Tapi Vera adalah musuh kita! Dia akan menghancurkan dimensi ini dan menggunakan kekuatan Waktu untuk mengendalikan kita semua!
Kita akan selesaikan ini nanti, tapi sekarang... kita harus bekerja sama untuk menyelamatkan tempat ini, karena dia berbahaya bagi dunia ini!"
Elena muncul. "Vincent benar! Evan, kau tidak suka Vincent, tetapi kau pasti tidak suka diperintah oleh Vera! Lindungi tempat ini, dan kau bisa bertarung melawan Vincent nanti!"
Perkataan Elena berhasil. Kebencian Evan terhadap Vera lebih kuat dan lebih dalam. Ia memancarkan Energi Phoenix yang kuat.
"Baik, dengan terpaksa aku setuju," geram Evan, matanya berkilat penuh amarah.
"Aku akan bertarung untuk dimensi ini. Tapi setelah Vera kalah, kau dan aku akan menyelesaikan urusan kita, Vincent!"
Evan tidak beraliansi, melainkan karena kebutuhan dan janji duel yang akan datang. Ia mengambil posisi di sisi Vincent, tetapi dengan jarak yang jelas.
Vera, melihat aliansi sementara ini, tertawa sinis. "Pengkhianatan dan Dendam! Campuran yang menarik! Kalau begitu, mari kita lihat seberapa kuat kalian dan tentunya kebencian dari kalian apakah bisa membuat kalian bekerjasama!"
Vera melancarkan serangan keduanya. Vincent, Evan, dan Alicia yang masih memegang Lentera Kuno, kini harus bertarung bukan hanya melawan musuh luar, tetapi juga melawan konflik yang mengancam segalanya.
Pertarungan Tiga Sudut
Pertarungan langsung meletus. Vincent dan Evan, meskipun bersebelahan, tapi mereka bertarung dengan niat masing-masing.
Vera, dengan kekuatan mendekati Saint Agung, bagaikan sebuah badai. Ia menyerang dengan kombinasi energi gelap yang merusak serta teknik aneh dan terlarang miliknya.
"Darkness Blast!" ucap Vera.
Vincent yang melihat itu merespon dengan menggunakan teknik pertahanan. Ia menggunakan teknik "Terra Dragonscale Shield" untuk menahan serangan Vera, melindungi Elena dan The Center of the Northern di belakangnya. Ia mengandalkan kepadatan pertahanan itu untuk menyerap efek benturan.
Disisi lain, Evan fokus pada serangan. Ia melancarkan Semburan Phoenix murni yang agresif, mengincar kelemahan di formasi Black Mage dan secara acak menyerang Vera. Energi Phoenix-nya yang panas memaksa Vera untuk sesekali mundur.
"Phoenix's Pure blaze" ucapnya.
Saat Vincent dan Evan harus bekerja sama untuk memblokir serangan Vera, gesekan terjadi di antara mereka.
"Lebih cepat! Kau terlalu lambat dengan pertahanan elemen tanah itu!" geram Evan, saat Vincent harus sedikit bergerak untuk menyesuaikan posisi.
"Tetap Fokus pada Vera! Jangan biarkan amarah mengaburkan penglihatan mu!" balas Vincent.
Peluang Alicia
Sementara Vincent Dan Evan serta Vera sedang bertarung, Alicia berada di belakang, dengan Lentera Kuno yang kini ada di tangannya. Sedangkan, Elena mengikuti untuk mendekat pada Alicia.
"Waktu untuk Jarum Temporal sudah habis," bisik Elena. "Evan sudah bebas. Sekarang, fokus mu adalah menggunakan Lentera Kuno untuk memperkuat dinding dimensional Center Of The Northern. Kita harus memberi Vincent dan Evan waktu untuk mengalahkan Vera."
Alicia mengangguk. Ia mengarahkan Lentera Kuno ke dinding Dimensi tempat itu yang retak, menyalurkan energi Chronix untuk memperlambat kehancuran.
Vera melihat aksi Alicia. "Kau pikir kau bisa menunda takdirku, gadis kecil?!"
Vera mengalihkan sebagian serangannya ke arah Alicia. " Shadow Storm !"
Ribuan proyektil energi gelap ditembakkan ke arah Alicia. Vincent dan Evan harus beraksi.
"Lindungi dia!" teriak Vincent.
Keduanya melompat. Vincent menggunakan Domain Draconix Saint untuk menelan sebagian besar serangan. Sedangkan, Evan memproyeksikan Energi spiritual nya membentuk manifestasi Sayap Phoenix untuk membelokkan sisa serangan nya.
hal ini menyelamatkan Alicia, tetapi membuka celah di pertahanan mereka.
Janji Darah
Vera memanfaatkan celah itu dan melompat maju, siap melancarkan serangan jarak dekat mematikan.
"Cukup sandiwara kalian! Sekarang Matilah!"
Vera mengarahkan energi gelap terkonsentrasi ke arah jantung Vincent.
Tiba-tiba, Evan yang melihat itu langsung melesat ke depan, menggunakan tubuhnya untuk menahan sebagian besar serangan Vera. namun, karena hal itu Evan terlempar, serta batuk darah, tetapi ia berhasil menahan serangan itu.
"Ini bukan karena aku peduli padamu, Vincent!" geram Evan, matanya merah karena darah dan amarah.
"Ini karena aku lah yang harus membunuhmu! Bukan dia!"
Vincent merasakan campuran kengerian dan kelegaan. Evan mungkin membencinya, tetapi naluri rasa keadilan nya masih utuh.
"Baiklah, Evan," balas Vincent, bangkit.
"Maka, bantu aku menyingkirkan Vera. Setelah ini, kita akan bertarung sampai mati."
Evan dan Vincent berdiri berdampingan, menghadapi Vera yang masih berdiri dengan ekspresi dingin. "Kalian berdua... tidak akan pernah bisa mengalahkan aku," kata Vera dengan suara yang penuh ancaman dan kebencian.
Evan tersenyum sinis, dengan darah yang masih menetes dari bibirnya akibat luka yang disebabkan Vera. "Kita lihat saja nanti" katanya, mengangkat tangannya dan mulai mengumpulkan energi Phoenix Murni yang berapi-api, hal ini menciptakan suara berdesis seperti logam panas yang dicelupkan ke air: "FZZZZHH..."
Vincent mengangguk, mata birunya berkilau. "Aku akan mengakhiri ini, Vera," katanya, suaranya penuh tekad. Energi Draconix Saint di sekitarnya mulai mengeluarkan suara getaran yang rendah dan padat, seperti batu yang bergeser di bawah tekanan: "GRRRMMM..."
Vera tertawa meremehkan, lalu mengangkat tangannya dan melepaskan serangan yang sangat kuat. Gelombang energi hitam pekat, yang merobek dimensi melesat ke arah mereka, menciptakan suara robekan kain raksasa: "RROBEKKK!"
Mereka berdua tidak ragu. Vincent dan Evan tidak ragu. Evan memproyeksikan perisai energi putih. "WUUSSSSHH!"—suara semburan api besar yang murni. Sementara Vincent menembakkan panah energi yang padat. Dua energi bertabrakan di udara.
Dampak benturan itu adalah suara ledakan yang memekakkan telinga: "BOOMMM Duarrr!" Gemuruh itu mengguncang tanah, diikuti oleh suara pecahan kristal di udara: "TING! TING!"
ledakan yang sangat besar ini mengguncang seluruh Center of the Northern. Evan dan Vincent terpaksa mundur beberapa langkah, tetapi mereka tidak menyerah, sementara Core milik mereka berdua masing-masing berputar menstabilkan energi yang bergejolak.
Sinkronisasi Langit Rendah
Vera, terkejut, tidak menyangka bahwa Evan dan Vincent bisa bekerja sama dengan baik, ia segera melancarkan serangan kedua yang lebih luas, badai energi gelap yang melilit mereka.
"Kalian! Kalian tidak akan luput dari Serangan ku!"serunya.
Evan dan Vincent tahu mereka harus menyinkronkan serangan.
Kemudian, Evan menciptakan gelombang energi Phoenix yang kuat. Pusaran api yang tercipta mengeluarkan suara lolongan tajam: "HHYYOOOWWW!" Vincent melepaskan panah energi cepat yang dibungkus Penguncian Dimensional. Panah itu melesat tanpa suara, membelah udara.
Dua serangan itu bertabrakan lagi. Kali ini, benturan itu menghasilkan suara ledakan yang dalam, seolah ruang itu sendiri terlipat: "WHUUMPP!" Disusul suara retakan tanah yang panjang: "KRAK! KRAK! KRAK!"
Vera terkejut. "Kalian... kalian tidak akan pernah bisa mengalahkan aku!" teriaknya. Ia mengumpulkan energi untuk serangan pamungkas.
Tetapi Evan dan Vincent sudah bergerak.
Evan melesat ke sisi kiri. "Siiitt!"—suara kecepatan tinggi. Phoenix Fire yang ia kumpulkan bersuara mendesis dan mengancam. Vincent melesat ke sisi kanan. "BZZZHH!"—suara getaran energi Earth Core yang padat.
Mereka menyerang Vera dari dua arah, menciptakan serangan gabungan.
Vera mengangkat perisai dimensional. "WUM!"—suara perisai yang naik.
Serangan Evan menghantam perisai. "PYUUUSSHH!"—suara benturan api murni. Perisai Vera retak.
Lalu, serangan Vincent tiba, menghantam celah yang tercipta. Pukulan padat itu terdengar seperti palu raksasa yang menghancurkan baja: "DDUAAARRR! BUUMM!"
Vera terlempar ke belakang, menabrak altar kristal yang tersisa. "GDRUAAKK!"—suara tabrakan yang keras. Ia batuk darah, darah hitam yang jatuh di lantai kristal.
Evan dan Vincent berdiri tegak, napas mereka terengah-engah. "Aku... aku tidak percaya," kata Evan, matanya masih terfokus pada Vera. "Kita... kita berhasil."
Vincent mengangguk. "Kita masih harus mengakhiri ini," katanya.
Langkah Terakhir Sang Pewaris
Vincent melangkah maju, dengan menginjak puing-puing kristal yang hancur. Meskipun ia terluka dan lelah, Draconix Core-nya memancarkan tekad yang dingin. Ia telah mengalahkan Vera, dan ini saatnya mengakhiri ancaman Black Mage itu selamanya.
"Ini berakhir, Vera," kata Vincent, dengan Energi Draconix Saint yang telah terkumpul di tangannya.
Vera bersandar pada altar kristal yang retak, dengan darah yang mengalir dari sudut bibirnya. Ia melihat Evan, yang kini berdiri dengan waspada namun tetap memendam dendam kepada nya, dan dari kejauhan ia melihat Alicia, yang masih memegang Artefak Lentera Kuno itu.
Alih-alih panik, senyum tipis yang dingin muncul di wajah Vera.
"Berakhir?" Vera tertawa kecil, meskipun saat ini ia batuk darah. "Permainan ini baru saja dimulai, dasar bocah Pewaris Naga. Kau pikir kau menang karena pukulan dengan kekuatan acak ini?"
Tiba-tiba, Vera mengaktifkan sihir gelap terakhirnya.
Serangan Bunuh Diri Vera
Energi gelap yang tersisa di tubuh Vera meledak, bukan sebagai serangan ke arah Vincent, melainkan sebagai pengorbanan diri. Energi gelap itu berkumpul di atas kepalanya, membentuk sebuah pusaran kecil yang memancarkan aura teleportasi dimensi yang sangat kuno.
"Aku tidak butuh kemenangan di sini!" teriak Vera. "Yang kubutuhkan adalah kekuatan waktu yang tak terbatas!"
Vera menoleh ke belakang Vincent, yang dimana ada Alicia yang masih menjaga Lentera Kuno itu.
"Aku akan meninggalkan hadiah terakhir untukmu, Vincent!"
Vera menggunakan seluruh energi dengan pengorbanan esensi dirinya untuk meluncurkan proyektil energi gelap terakhir yang sangat cepat, menargetkan Lentera Kuno di tangan Alicia.
"WROOOSSHHH!"
Vincent menyadari bahayanya. Jika Lentera Kuno yang menstabilkan dimensi ini hancur, seluruh Dimensi Center of the Northern akan runtuh, dan mereka semua akan tersedot ke dalam kekosongan ruang dan waktu!
"Alicia, awas!" teriak Vincent.
Pengkhianatan dan Pengorbanan
Vincent melesat ke arah depan, menggunakan teknik penguncian Dimensional untuk memperlambat proyektil gelap itu sepersekian detik. dan hal itu memberi Evan waktu untuk bereaksi.
Evan, yang seharusnya bertarung di pihak Vincent, kini dihadapkan pada pilihan: Melindungi Alicia, atau membiarkan Vincent menjadi pahlawan. Namun, Dendamnya lebih kuat.
Saat Vincent bergerak untuk melindungi Alicia, Evan berteriak: "Kau tidak akan menjadi yang terkuat di antara kita, Vincent!"
Evan tidak melindungi Alicia. Sebaliknya, ia melesat ke arah Vera yang melemah, melepaskan serangan Phoenix Murni yang sangat cepat untuk memastikan kematian Vera, sebelum Vera dapat menyelesaikan rencananya.
Vera, yang energinya habis, tersenyum sinis saat serangan Evan menghantamnya. "Terima kasih, Evan. Kau berhasil memenuhi takdirku."
Karena hal itu, Vera hancur seketika menjadi debu energi hitam. Dan kemudian,Dia mati. Tapi jiwanya tetap keluar karena ranahnya sudah membentuk esensi jiwa.
Namun, karena Evan menyerang Vera, tidak ada yang menahan proyektil gelap yang meluncur ke arah Alicia.
Kunci Waktu yang Dicuri
Proyektil Vera menembus perisai Lentera Kuno yang ada ditangan Alicia. KRIIINNGG! Dengan Suara pecahan yang memilukan. Lentera Kuno itu pun hancur berkeping-keping.
Tepat sebelum Lentera itu hancur, sebuah kristal kecil berwarna biru-hitam melayang keluar dari pecahan artefak tersebut. Itu adalah Kunci Waktu yang selama ini tersimpan di dalam Lentera Kuno.
Vera, yang wujud fisiknya hancur, ternyata ini adalah bagian yang telah ia rencanakan dengan pengorbanan diri ini, Esensi jiwa yang telah terlepas itu dengan kecepatan kilat langsung menyerap Kunci Waktu yang baru terlepas itu.
Esensi jiwa itu kemudian menghilang sepenuhnya, meninggalkan resonansi temporal yang mengancam. Vera telah mati, tetapi Kunci Waktu kini ada di tangannya, dan ia telah melarikan diri secara dimensional menggunakan Kunci itu.
Evan berdiri terpaku di tempat Vera menghilang, terkejut melihat Kunci Waktu telah hilang. Ia telah membunuh Vera, tetapi masalah yang ada semakin membesar.
Vincent, yang gagal melindungi Alicia dan Lentera Kuno, kini menghadapi kenyataan pahit: Vera pasti ada di suatu tempat, dan kini ia memiliki kekuatan untuk mengendalikan waktu.
Apakah kegagalan ini akan memicu hal yang lebih besar lagi? Apa yang terjadi pada Evan? Apakah ada rasa penyesalan pada dirinya atau tidak? dan Apakah Vincent bisa bangkit dan menyelesaikan semua masalah yang ada ini? Nantikan kelanjutannya di bab berikutnya.
Bersambung.....
tetap semangat 👍
/Smile/