Berawal dari pertemuan tak terduga, Misel seorang gadis desa yang tak pernah berharap menikah di usia muda. Namun, tak di duga ia kini menikah di usia muda. Hal yang tak pernah ia pikirkan sekarang ia duduk di acara pernikahan nya sendiri dengan seorang pria yang baru ia kenal 5 hari yang lalu.
Penasaran dengan kelanjutan ceritanya? Yuk mampir untuk mengetahui seperti apa kelanjutan ceritanya? Bagaimana misel bertemu dan persiapan apa yang ia siapkan untuk pernikahannya ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alrumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jadi Tak Tega
"Maaf ibu, Misel tak bermaksud seperti itu. Misel... Misel... memang sudah mengenal bang Satria lama dan Misel tak akan membohongi ibu. Hiks... hiks..." ucap Misel lagi dan lagi tetap pada pendiriannya yang tak sesuai dengan isi hatinya.
"Kak... sudah, hua... aku jadi tak tega. Hiks... hiks... kakak jangan nangis lagi." ucap Resa yang saat ini malah ikut menangis.
Sehingga air mata itu pun bertambah. Walau dengan mata berbeda dan sudah di pastikan suara tangis keduanya begitu menyakitkan.
Apalagi posisi ibu Misel saat ini yang berada di antar keduanya.
"Sayang, nak Resa sudah kalian jangan nangis seperti ini. Ayo kita ke kamar tenangkan diri kalian terlebih dahulu." ucap ibu Misel yang mencoba tegar dan menenangkan keduanya.
Tak ada jawaban dari mereka berdua, hingga dengan cepat ibu Misel pun mulai membawa ke duanya ke dalam kamar Misel.
Tak lama setelah itu, mereka berdua sudah duduk di tempat tidur Misel. Ibu Misel pun meninggalkan kamar Misel dan membiarkan Misel serta Resa ada di dalam kamar.
Pintu kamar pun tertutup, kini hanya ada Misel dan Resa di dalam kamar.
"Hua... kak, ayo jangan sedih. Kita harus buat rencana." ucap Resa setelah pintu kamar tertutup sambil mengusap air matanya perlahan.
"Hiks... hiks... kamu tau kan Resa, aku tak pernah di perlakukan seperti ini sama ayah. Aku... aku... hiks... hiks... rasanya sakit sekali... hiks... hiks..." ucap Misel mencoba melepaskan apa yang ia rasakan saat ini melalui air mata yang terus mengalir.
"Lihatlah kak, wajahmu sembab seperti ini. Apa kamu tak akan berhenti menangis? mau sampai kapan? sampai wajah mu terlihat semakin sembab? ayolah berhenti menangis. Kita pikirkan cara agar ayah tidak bersikap seperti itu lagi pada mu kak." ucap Resa tak henti-hentinya menenangkan Misel.
Setelah mendengar ucapan Resa, kini Misel mulai meredakan tangis nya. Lambat laun suara tangis itu akhirnya terhenti dengan sendirinya.
"Nah, kaya gini kan enak kak. Ayo hapus air mata kakak. Jangan perlihatkan air mata itu lagi. Kakak harus kuat, aku yakin ayah pasti akan memaafkan kakak. Karena ayah tak akan mampu mendiamkan kakak begitu lama. Jadi, ayo tersenyum." ucap Resa mencoba menguatkan Misel.
"Apa itu akan terjadi Resa? Ayah akan memaafkan aku." ucap Misel yang sudah menghapus air matanya.
"Pasti... Pasti kak, ayah tak sejahat itu. Ayah pasti akan memaafkan kamu." ucap Resa dengan penuh percaya diri.
"Aku senang jika itu terjadi. Tapi bisakah ayah memeluk ku saat ini. Rasanya aku tak mampu untuk..." ucap Misel yang sudah berkaca-kaca lagi.
Namun sebelum air matanya terjatuh, Resa dengan cepat memeluk Misel.
"Hey... jangan nangis lagi, kakak pasti akan di peluk oleh ayah dan sebelum ayah memeluk kakak. Aku yang akan mewakilkannya dulu. Hehehe..." ucap Resa setelah memeluk Misel.
"Ck... kamu nih, ada saja." ucap Misel sambil sedikit memukul Resa yang saat ini memeluknya.
"Kalau kakak mau pukul sebagai pelampiasan pun aku tak akan marah. Pukul lah, biar kakak merasa tenang." ucap Resa.
"Kamu nih, aku tak akan menyiksa mu." ucap Misel.
"Hehehe... tapi gapapa kok kak, kalau kakak mau pukul aku. Aku ikhlas menerima pukulan kakak." ucap Resa.
"Syukurlah kakak sudah tak menangis lagi, rasanya begitu sesak saat kakak menangis. Bagaimana tidak sesak. Ini momen pertama kali aku melihat kakak menangis sampai sehisteris ini. Aku benar-benar tak tega, sampai aku pun ikut menangis tadi.Tapi, alhamdulillah sekarang kakak sudah lebih baik." ucap Resa dalam hatinya.
"Resa." tiba-tiba Misel memanggil Resa.
"Iya kak." ucap Resa menjawab panggilan tersebut.
"Aku sangat berterimakasih sama kamu, makasih sudah menenangkan dan menguatkan aku dan menyemangati aku. Aku bersyukur punya sahabat seperti mu. Maaf selama ini sering merepotkan mu." ucap Misel.
"Iya kak, kakak tak perlu berterima kasih seperti ini. Karena ini lah yang harusnya dilakukan oleh seorang sahabat. Mereka akan ada di saat senang atau pun susah. Tanpa berpikir untuk meninggalkan. Aku sayang sama kakak." ucap Resa yang langsung mempererat pelukannya.
Misel yang di peluk begitu erat oleh Resa mulai protes.
"Bisakah kamu melonggarkan pelukan mu ini Resa. Rasanya aku sulit untuk bernafas." ucap Misel yang memang terlihat kesulitan bernafas.
"Ah ya ampun kak, maaf. Aku akan melonggarkannya. Apakah sekarang sudah lebih baik?" ucap Resa yang bergegas melonggarkan pelukannya pada Misel dan tak lupa ia pun bertanya setelah sedikit melonggarkan pelukannya.
"Hm... ini sudah jauh lebih baik dari barusan." ucap Misel berkata jujur.
"Syukurlah kak kalau kaya gini." ucap Resa.
Kini mereka mulai menikmati pelukan itu, sampai tak terasa sudah cukup lama mereka berpelukan.
Misel pun mulai meminta Resa untuk melepas pelukan ini.
"Resa mau sampai kapan kamu memeluk ku?" ucap Misel.
"Hm... sampai kakak tenang baru aku akan melepas kakak." ucap Resa dengan lantang.
"Hm... ya sudah, lepas pelukannya. Aku sudah tenang kok." ucap Misel kembali.
"Baiklah kak, aku akan melepas pelukannya." ucap Resa yang langsung melepas pelukannya.
"Kak, kamu sudah ada rencana kah?" ucap Resa seketika.
"Ck... mana bisa aku berpikir cepat, kalau aku saja baru merasa tenang. Dasar kamu nih." ucap Misel.
"Hehehe... siapa tau aja kakak bisa langsung mendapatkan rencana." ucap Resa.
"Tak secepat itu lah." ucap Misel.
"Hm... iya iya deh. Tapi kak, aku ada rencana." ucap Resa yang langsung menjawab dengan cepat.
"Rencana apa?" ucap Misel yang penasaran.
"Sini deh, aku bisikan dulu ke kakak. Karena ini kan rahasia." ucap Resa yang malah meminta Misel untuk mendekat.
Mau tak mau Misel secara otomatis mendekatkan dirinya pada Resa. Karena rasa penasaran nya lebih tinggi. Sehingga saat ini ia mulai menunggu Resa membisikan sesuatu padanya.
"Jadi kak, rencana aku saat ini adalah di mulai dari ayah yang harus memaafkan kakak setelah ayah memaafkan kakak. Nanti giliran rencana kedua, kita selesaikan masalah kakak yang akan nikah." ucap Resa yang berbisik.
"Hm... lalu?" ucap Misel yang masih penasaran.
"Ya sudah lah kak, itu yang aku pikirkan. Memangnya apa lagi." ucap Resa yang mulai tak berbisik lagi.
"Ck... tau kaya gini aku tak akan mendengar bisikan mu." ucap Misel yang merasa menyesal karena telah mendengarkan bisikan Resa.
"Ya ampun kak, kamu kok setega ini sama aku." ucap Resa yang merasa sedih.
"Gimana aku tak merespon seperti itu, kalau rencana kamu itu, bukan rencana yang harus di bisikan, tapi bisa langsung kamu ucapkan tanpa harus berbisik. Resa... Resa kamu nih emang ada-ada aja tingkah nya." ucap Misel.
Bersambung...