Kepercayaan Aleesya terhadap orang yang paling ia andalkan hancur begitu saja, membuatnya nyaris kehilangan arah.
Namun saat air matanya jatuh di tempat yang gelap, Victor datang diam-diam... menjadi pelindung, meskipun hal itu tak pernah ia rencanakan. Dalam pikiran Victor, ia tak tahu kapan hatinya mulai berpihak. Yang ia tahu, Aleesya tak seharusnya menangis sendirian.
Di saat masa lalu kelam mulai terbongkar, bersamaan dengan bahaya yang kembali mengintai, mampukah cinta mereka menjadi perisai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CutyprincesSs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2
Victor Scott... putra tunggal dari Nathan Scott dengan Rossa Scott. Usianya sudah menginjak 29 tahun, ia terlahir dari keluarga mapan. Nathan sendiri dikenal publik sebagai seorang pendiri Haverford Global Enterprise, sebuah perusahaan yang berjalan di bidang investasi dan perdagangan impor-ekspor. Dia mempunyai kantor resmi di pusat kota: mewah, bersih, dan terdaftar. Sementara Rossa, adalah seorang dosen senior yang mengajar di kampus terbaik di pusat kota Northtown. Gaya hidupnya mengikuti status sosial keluarganya: berfoya-foya, menghabiskan Minggu terakhir di pulau pribadi, berganti-ganti pasangan dan terkenal playboy.
Namun meski citranya buruk, ia terbantu oleh wajah tampannya. Mata hitam yang tajam di hias alis yang tebal, hidung mancung yang runcing berteman bibir yang sedikit berisi. Tubuhnya proporsional, otot bisepnya terlihat sedikit menonjol saat memakai pakaian resmi. Bahunya yang lebar kerap menjadi sasaran fantasi wanita yang melihatnya. Motor, mobil, jam tangan, ia bahkan memiliki semua koleksinya.
Berbeda dengan Victor, Aleesya justru sebaliknya. Wanita yang menjadi teman masa kecil Victor hingga sekarang itu mempunyai kehidupan yang sederhana. Walaupun Ferdinan dan Inggrid mempunyai usaha peternakan domba dan anggur yang memperlihatkan status sosial mereka, Aleesya sendiri memilih gaya hidup sederhana. Di bandingkan Victor yang suka menghamburkan uang dengan alasan sayang.
Aleesya memilih menabung uang pemberian orang tuanya untuk kebutuhannya sendiri. Terbukti dengan sukanya ia berdonasi ke panti ataupun yayasan amal.
Untuk itulah Nathan selalu menitipkan putranya pada Aleesya, satu-satunya orang yang bisa menahan langkah liar Victor.
Ia ingin Aleesya mengawasi Victor agar tidak melakukan hal yang dapat mencoreng nama baik keluarganya. Bahkan lewat persahabatan kedua orangtua mereka, Victor dan Aleesya kerap terlihat bersama dimanapun itu, menciptakan rumor bahwa mereka berpacaran hingga membuat wanita yang ingin berkencan dengan Victor merasa cemburu.
Aleesya sendiri memiliki tubuh yang tak terlalu tinggi, hanya 158 cm. Rambutnya panjang dan lurus sepinggang, kedua pipinya sedikit tembam, mata yang besar namun menggemaskan dan juga hidung mancung berteman bibir tebal. Aleesya mempunyai pacar, seorang CEO di sebuah perusahaan properti dan ada kaitannya dengan perusahaan Victor.
---
Sabtu pagi, Aleesya bangun dengan sinar matahari yang menyorot hangat ke wajahnya. Pagi ini cuaca cerah, terdengar kicauan burung saling bersahutan dan ada yang bertengger di dahan pohon apel depan kamarnya.
Wanita itu segera membuka mata saat Victor tiba-tiba mengejutkannya dengan cara memutar musik lewat speaker yang sengaja ia putar den keras. Instrumen gitar bon jovi memenuhi ruang kamar wanita 29 tahun itu.
"Victor Scott!!!" teriaknya menendang-nendangkan kakinya diatas udara. Sementara Victor tertawa puas sambil mengecilkan volume pada speaker. "Salah siapa jam segini baru bangun. Ayo sarapan! Mama udah nyuruh aku manggil kamu." jawabnya tanpa rasa bersalah. Mau tak mau Aleesya bangun dengan menutup kecil rambut yang menutupi wajahnya.
"Ini bahkan masih pukul enam pagi! Dan kau merusak acara liburku!" gerutunya melempar bantal namun segera di tangkap oleh Victor. "Gak peduli. Sarapan lebih utama," jawaban Victor tak di dengar karena ponsel Aleesya berdering. Senyumnya mengembang sambil mengisyaratkan Victor untuk diam.
"Hallo max! Good morning!" sapa Aleesya lebih dulu. "Morning babe, baru bangun hm?" tanyanya di seberang telepon. Aleesya makin merona dan menegakkan tubuhnya sambil melirik Victor.
Victor hanya melirik tak suka lalu pura-pura memainkan kalender diatas meja.
"Besok malam ku jemput pukul 7, kita menginap di vilaku, oke?" ucap Max dari seberang telepon namun nada bicaranya terdengar seperti orang mabuk. "Sayang? Kamu mabuk lagi?" cecar Aleesya, ia langsung beranjak berdiri dan duduk di sebelah Victor. "Hanya satu botol, sudah jangan banyak bicara, persiapkan dirimu, oke?" Telepon pun terputus begitu saja, meninggalkan keheningan yang menggantung di antara keduanya.
"Udah selesai? Mau taruhan?" tanya Victor setelah beberapa menit senyap menggantung di udara. Aleesya memiringkan kepala sambil menatap pria di depannya ini. "What do you mean? Jujur ya aku masih gak paham sama sifat kamu akhir-akhir ini, Vic." Victor ikut menatap dalam Aleesya, menundukkan kepala berusaha merangkai kata-kata.
"Sya, kamu tahu aku orang yang tidak suka bercanda. Jika kau datang ke Villa Max besok, kau akan mendapat kejutan yang tak akan pernah terlupakan seumur hidupmu." Lagi... Victor mengulang peringatan itu.
Aleesya beranjak dan buru-buru masuk kamar mandi. "Lebih baik kamu kembali, aku akan menyusul." ucapnya setelah berada di dalam kamar mandi dan menutup pintu.
"Tidak, aku akan menunggu, mama pasti mengomel kalau tahu aku tidak mengajakmu sarapan. Btw ini buah apel nya udah siap panen? Banyak Sya!" Victor cepat sekali mengubah topik pembicaraan mereka dengan wajah yang mendongak melihat pohon apel yang tumbuh besar.
Rumah mereka berdua berada di dalam satu kawasan kompleks yang bersebelahan, hanya dipisah dengan pohon apel ini. Sebuah pohon yang dulu memang sengaja Nathan tanam untuk membuat sebuah rumah singgah kecil, tempat mengobrol dan bermain untuk mereka berdua.
---
"Dengan siapa lagi kau akan ke Nuxvar? Aku tidak ikut campur jika Bianca mengamukmu lagi, Vic." Aleesya sudah selesai dengan ritual mandinya lalu memakai skincare dan make up tipis. "Dia sudah minta putus, Besok aku ke Nuxvar bersama Angel." jawab Victor secara gamblang sambil menyusun Lego milik Aleesya yang ia bongkar tadi. Victor segabut itu ternyata menunggu Aleesya bersiap hanya untuk sarapan.
"Angel..?" pertanyaan Aleesya menggantung saat menyisir rambut lurusnya. "tunggu... Angel sekertaris divisi humas yang selalu memakai wig itu? Oh common men! Mengapa kau menurunkan seleramu?" Aleesya sedikit tertawa mengejek wanita yang dikencani temannya ini.
"Tidak usah banyak komen, aku hanya kalah taruhan dengan Roger seminggu yang lalu! Bukan mengubah standart! Lima puluh juta ku melayang, dan sebagian hukumannya, aku harus berpacaran dengan wanita itu. Roger sialan!" umpat Victor sedikit membanting hasil susunan legonya yang sudah jadi.
Aleesya hanya menggeleng pelan. Entah harus prihatin atau menertawakan kebodohan pria yang dua tahun berturut-turut menyandang gelar CEO muda berbakat itu.
***