menceritakan kisah seorang pemuda dekil yang sering di hina dan di rendahkan karena penampilannya yang tak rupawan dan sering di anggap remeh hanya karena manusia biasa.
Namun siapa sangka di balik penampilannya yang sederhana pemuda itu ternyata memiliki kekuatan tidak terkalahkan bahkan pemuda tersebut memiliki ribuan Boneka yang terbuat dari mayat tokoh tokoh kuat zaman dahulu, namun pemuda itu sendiri sama sekali tidak menyadari kelebihannya entah itu kekuatan Tidak terkalahkan miliknya maupun boneka boneka miliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
INDRA KETUJUH
Akhirnya Atmo dan Sulastri berjalan masuk ke dalam Desa Durenombo.
Namun baru beberapa langkah setelah mereka melewati gapura tiba tiba terdengar sebuah suara dari sebuah arah, "Le, nduk." Panggil siaran tersebut kepada Atmo dan Sulastri.
Sontak Atmo dan Sulastri menatap ke arah suara tersebut, terlihat seorang wanita setengah baya dengan jaket tebal berjalan mendekati mereka berdua.
"Iya bu... ada apa ya?" Tanya Sulastri dengan tenang.
Perlu di ketahui bahwa Sulastri dan Jamal bukanlah warga asli Durenombo, hanya Jamilah lah yang asli warga Durenombo.
Oleh karena itu warga di sini tidak ada yang mengenali Sulastri.
"Hah! Hah! Hah!" Ibu ibu tersebut terlihat mengatur nafasnya, "anu hari ini masa panen, ibu ada kebun kentang ibu mau panen namun ibu sedang sakit. Apa kalian berdua mau mengambil hasil panen kentang ibu? Nanti kalian berdua ibu kasih upah, kalau kalian tidak mau tidak apa apa ibu bisa suruh warga lainnya." Jelas ibu ibu tersebut.
"Ma--" sebelum Sulastri menyelesaikan kalimatnya Atmo terlebih dahulu menyela.
"Mau bu!" Sela Atmo.
Ibu ibu tersebut tersenyum puas, kemudian berucap, "kalau begitu ayo ikut ibu!"
Atmo tersenyum senang, sementara Sulastri mau tidak mau harus mengikuti Atmo, tidak mungkin dia kerumah suaminya dan Jamilah sendirian, karena mereka masih memiliki Jimat yang sangat ampuh.
"Maaf ya Sulastri, kita tunda dulu mengambil anakmu, aku mau membantu ibu ini terlebih dahulu. Kasihan dia sedang sakit kalau tentangnya tidak segera di panen bisa bisa busuk." Ucap Atmo, kemudian Atmo menambahkan, "Namun kalau kamu mau meminta warga sekitar saja yang mengantarkanmu juga tidak masalah." Ucap Atmo.
Sulastri hanya bisa menunduk dengan ekspresi kecewa, "Tidak apa apa Pak, santai saja."
"Warga biasa? Mana mungkin warga biasa bisa menangkal jimat itu? Tidak mungkin juga aku menjelaskan kepada warga biasa bahwa aku Sebenarnya adalah korban yang di bunuh jamal dan teman temannya." Gerutu Sulastri namun tentu saja dalam hatinya.
Akhirnya Atmo dan Sulastri menunda kepergian mereka kerumah Jamal dan Jamilah, mereka terlebih dahulu menuju kebun kentang untuk di panen.
***
Waktu berjalan dengan sangat cepat, sinar matahari yang awalnya terasa hangat di kulit kini semakin panas, menandakan bahwa hari sudah semakin siang.
Terlihat di depan sebuah rumah sederhana Atmo dan Sulastri terlihat berjalan sembari memanggul karung berisi kentang.
Bruk!
Bruk!
Mereka menjatuhkan 2 karung itu di depan rumah sederhana itu.
"Akhirnya selesai juga!" Ucap Atmo setelah mengangkat puluhan karung berisi kentang.
Sulastri mengusap keringat di pelipisnya dengan ekspresi terkejut, karena dia bisa berkeringat, saat Sulastri masih menjadi Arwah jangankan berkeringat merasa lelah saja Sulastri tidak pernah, hal ini menunjukan bahwa Sulastri 100 persen manusia.
"aku... benar benar menjadi manusia seutuhnya... apakah benar aku hidup kembali? Tuan Atmo benar benar bisa menghidupkan manusia yang sudah mati, benar benar kemampuan yang sangat mengerikan." Ucap Sulastri dalam hatinya.
"Siapa sangka penampilannya yang sangat dekil dan kotor seperti kuli bangunan ini ternyata memikiki kemampuan yang di luar nalar." Imbuhnya dengan ekspresi terkejut sembari menatap Atmo yang membuka mulutnya karena terengah engah.
Tidak lama kemudian ibu ibu dengan jaket tebal itu keluar, sembari membawa dua amplop berisi uang.
"Ini untuk kalian, makasih sudah membantu ibu ya Le, nduk." Ucap Ibu Ibu tersebut sembari tersenyum.
Atmo dan Sulastri menerimanya dengan senyuman sumringah mereka berdua sama sama terlihat senang.
Akhirnya setelah berbincang bincang ringan dengan ibu ibu itu Atmo dan Sulastri kembali melanjutkan perjalanannya menuju ke rumah Jamal dan Jamilah.
***
Sementara itu di rumah Jamal dan Jamilah, terlihat sudah berkumpul 6 orang di situ.
Yang terdiri dari Jamal, Jamilah dan 4 pria yang merupakan teman Jamal. 4 pria tersebut jugalah yang membantu jamal membunuh Sulastri.
Jamilah menatap keempat teman Jamal dengan heran, "untuk apa kalian kesini? Mau ngajak suamiku mabuk lagi?" Tanya Sulastri dengan mata melotot.
Mereka berempat terlihat gugup, "A.. ah tidak mbak Jamilah, kehadiran kami kesini karena kami mendengar dari Jamal bahwa Jamal hendak menemui Mbah Sumanto untuk meminta pesugihan." Ucap Salah satu dari keempat teman Jamal.
"Benar Mbak Jamilah, kami juga ingin menjadi orang kaya." Sahut pria lainnya.
"Hmm..." jamilah bergumam pelan, "Namun apa kalian memiliki tumbal?" Tanya Jamilah.
Mereka berempat terlihat saling pandang, "untuk tumbal akan kita pikirkan nanti saja Mbak, yang terpenting kita mau melihat dahulu pesugihan apa yang hendak di lakukan oleh Jamal. Jika bagus kita akan mengikutinya." Jawab salah satu dari mereka.
"Baiklah terserah kalian saja, namun kalian harus ingat jangan mengacau, atau kalian akan tahu akibatnya... kalian harus ingat bahwa aku adalah cucu Mbah Sumanto. Kakekku bisa membunuh kalian berempat hanya dengan rapalan mantra!" Ucap Jamilah.
"Ka... kami paham Mbah Jamilah! Kami janji tidak akan mengacau, kami hanya ingin melihat prosesnya saja."
Tidak lama kemudian Jamal datang sembari menggendong Andre, "Roy, Ini gendongkan Andre." Ucap Jamal kepada temannya yang bernama Roy.
"Siap!" Roy langsung menerimanya.
Sementara Jamal langsung menggendong Jamilah, karena tidak mungkin Jamilah berjalan ke dalam Alas Roban dalam keadaan hamil seperti ini.
Akhirnya mereka berenam berangkat ke alas Roban lebah tepatnya tempat di mana Mbah Sumanto atau kakek Jamilah tinggal.
***
Beberapa menit terlewati, akhirnya Atmo dan Sulastri tiba di depan rumah Jamal dan Jamilah.
Mereka mendapati rumah tersebut terkunci rapat, bahkan gorden gorden jendela di tutup semua.
Beberapa kali Sulastri mengetuk pintu namun sama sekali tidak ada jawaban.
"Kemana sebenarnya mereka?" Tanya Sulastri dengan bingung.
"Mbak sama mas Cari siapa?" Tanya seorang bapak bapak yang terlihat duduk di teras sembari merokok.
"Cari Pak Jamal dan Mbak Jamilah pak? Apa bapak tahu mereka di mana?" Tanya Sulastri.
Sementara Atmo hanya menyimak saja sedari tadi.
"Oh mereka tadi pergi bawa Anaknya yang masih kecil, sama 4 temannya jamal." Jawab bapak bapak tersebut.
"Apa bapak tahu pergi kemana?"
"Maaf saya tidak tahu mbak."
Sulastri sedikit kecewa pada saat ini, "ya sudah terimakasih pak." Ucapnya.
Sulastri sedikit kecewa jika saja dia bisa lebih cepat mungkin dia bisa bertemu dengan mereka, belum lagi Sulatsir juga merasa gelisah karena mereka membawa Andre.
"Andre semoga kamu tidak di apa apakan oleh mereka, nak." Batin Sulastri dengan ekspresi gelisah.
Sulastri menatap Atmo, "emm... Pak Atmo apa Anda tidak masalah jika kita menunggu di sini sampai mereka pulang?"
"Maaf Mbak Sulastri, bagaimana kalau besok kita kembali lagi kesini saja? Saya sebenarnya memiliki toko yang harus di jaga, saya takut ada maling yang masuk." Jawab Atmo.
Apa yang tidak di ketahui oleh Atmo dan Sulastri, dari kejauhan terlihat seorang wanita cantik yang duduk di atas motor Beat.
Wajahnya tertutup masker membuat ekspresinya tidak bisa di gambarkan, namun sorot matanya menunjukan bahwa dia sedang merasa sedih.
Air matanya menetes hingga membasahi maskernya, Dia menatap dalam Sulastri seolah sahabat yang sudah lama tidak bertemu, "ternyata Indra ketujuh milikku benar, Sulastri bangkit kembali menjadi manusia. Dan anaknya.... Sebentar lagi akan tewas di jadikan tumbal oleh Bajingan Jamal dan Jamilah. Aku tidak bisa membiarkannya aku harus bertindak!"
jgn nanggung lg ceritanya.../Pray//Pray//Ok//Good/