"Takdirnya ditulis dengan darah dan kutukan, bahkan sebelum ia bernapas."
Ling Yuan, sang pewaris yang dibuang, dicap sebagai pembawa kehancuran bagi klannya sendiri. Ditinggalkan untuk mati di Pegunungan Sejuta Kabut, ia justru menemukan kekuatan dalam keterasingan—dibesarkan oleh kuno, roh pohon ajaib dan dibimbing oleh bayangan seorang jenderal legendaris.
Kini, ia kembali ke dunia yang telah menolaknya, berbekal dua artefak terlarang: Kitab Seribu Kutukan dan Pedang Kutukan. Kekuatan yang ia pegang bukanlah anugerah, melainkan hukuman. Setiap langkah menuju level dewa menuntutnya untuk mematahkan satu kutukan mematikan yang terikat pada jiwanya. Sepuluh tahun adalah batas waktunya.
Dalam penyamarannya sebagai pemulung rendahan, Ling Yuan harus mengurai jaring konspirasi yang merenggut keluarganya, menghadapi pengkhianat yang bersembunyi di balik senyum, dan menantang takdir palsu yang dirancang untuk menghancurkannya.
Akankah semua perjuangan Ling Yuan berhasil dan menjadi Dewa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black _Pen2024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 Pertarungan Di Atap Kota.
Pengejaran di atas Kota Kekaisaran adalah tarian bisu di antara para dewa yang berjalan di antara manusia. Ling Yuan, meskipun mengenakan jubah pemulung, bergerak dengan keanggunan dan kecepatan yang melampaui logika fana. Di bawahnya, cahaya ratusan lentera memetakan labirin jalanan, tetapi di atas, hanya bayangan dan keheningan yang menjadi saksi duel ini.
Zhou Lei, agen Selir Sin, melompat dari menara ke menara, setiap pendaratannya kasar dan penuh kepanikan. Ia adalah seorang kultivator tingkat menengah yang kuat, tetapi kecepatan Ling Yuan terasa seperti kutukan yang menempel di punggungnya. Ia tidak lagi melihat pemulung; ia melihat bayangan yang memegang Pedang Kutukan, senjata terlarang yang konon dapat merusak jalur kultivasi hanya dengan sentuhan.
“Sialan kau!” Zhou Lei meraung, mendarat di atap Pagoda Merah, sebuah bangunan yang menjulang tinggi di atas kediaman bangsawan. Ia berbalik, energi spiritualnya meledak dalam perlawanan putus asa. “Kau pikir kau bisa membungkamku? Aku akan menghancurkanmu dan Pedang Kutukanmu!”
Zhou Lei tahu ia tidak bisa melarikan diri. Ia memutuskan untuk menghabiskan seluruh cadangan energinya untuk serangan yang spektakuler, berharap ledakan itu akan menarik perhatian Inkuisitor Kekaisaran atau kultivator klan Yang yang sedang berpatroli.
Ia memanggil teknik pamungkasnya: *Jubah Api Matahari*. Aura Demigodnya memanas hingga mencapai intensitas yang menyakitkan, dan ia meluncurkan gelombang api spiritual murni ke arah Ling Yuan. Ini adalah serangan yang didesain untuk membersihkan energi gelap; serangan yang seharusnya melenyapkan kutukan.
Ling Yuan berdiri diam di ujung atap, membiarkan api spiritual itu mendekat. Di dalam dirinya, Jendral Mao memperingatkan, “Energi murni itu akan membakar *Qi* Seribu Debu dan mengungkap segelmu! Gunakan Kitab, segera!”
Ling Yuan tidak panik. Ia memegang Pedang Kutukan Mao, yang kini terbungkus rapat dalam karung goni yang compang-camping. Ia menarik napas yang terasa dingin dan berat. Ia tidak akan menggunakan energi Demigodnya secara terbuka. Sebaliknya, ia memanggil teknik yang lebih gelap, yang hanya ia pelajari beberapa minggu terakhir: *Penciptaan Bayangan Eterik*.
Teknik ini tidak melibatkan api atau cahaya. Teknik ini memanggil ketiadaan. Energi kutukan di tubuhnya berdenyut, menyerap cahaya rembulan di sekitarnya. Seolah-olah sebuah lubang hitam spiritual kecil terbuka di depan Ling Yuan, menyedot semua energi yang diarahkan kepadanya.
Jubah Api Matahari Zhou Lei menghantam area tersebut. Bukannya terjadi ledakan, yang terjadi adalah keheningan yang menakutkan. Api spiritual itu diserap, diubah, dan dipelintir oleh energi kutukan Ling Yuan. Api yang seharusnya memurnikan kini kembali dalam wujud bayangan beracun.
Zhou Lei tersentak mundur, melihat wujud apinya berubah menjadi kabut hitam pekat yang dingin. “Apa… apa jenis kultivasi busuk ini? Kau mengubah energi spiritual murni!”
Ling Yuan maju selangkah, Pedang Kutukan Mao mulai bergetar. Ia berbicara, tetapi bukan dengan suara. Komunikasi telepati yang dingin dan tajam menusuk pikiran Zhou Lei. "Kau mencari api. Kau menemukan ketiadaan. Inilah harga dari melayani kejahatan yang tak bernama."
Zhou Lei, yang kini diliputi kabut bayangan yang ia ciptakan sendiri, mulai panik. Kabut hitam itu tidak hanya dingin; ia menghisap vitalitas. Energi kutukan Ling Yuan tidak menyerang jalur spiritual Zhou Lei secara langsung, tetapi menyelimutinya, membuat Zhou Lei merasa seolah-olah ia berjuang di bawah air berlumpur.
Dalam kondisi terdesak, Zhou Lei mencoba taktik kotor. Ia melepaskan sisa-sisa energi spiritualnya, tidak untuk menyerang Ling Yuan, tetapi untuk menghancurkan atap pagoda di bawahnya, berharap puing-puing itu akan menimpa para bangsawan di bawah dan menciptakan kekacauan yang memaksa Ling Yuan mundur.
Ini adalah titik balik yang memicu kemarahan terkendali Ling Yuan. “Tindakan yang egois,” pikir Ling Yuan, mengingat Kitab Seribu Kutukan, yang mengajarkan bahwa kutukan terbesar adalah keegoisan yang merusak orang tak bersalah.
Ling Yuan akhirnya melepaskan kekuatan yang sedikit lebih besar. Ia mengayunkan Pedang Kutukan Mao yang masih terbungkus karung. Ayunan itu terlihat lambat, tetapi resonansi eterik yang dihasilkan membelah udara. Ling Yuan menggunakan teknik *Jejak Kutukan Pembungkam*.
Pedang itu tidak menyentuh Zhou Lei. Energi kutukan, yang kini mencapai tingkat lanjutan (sesuai dengan Demigod Mid-Peak Ling Yuan), melompat dari bilah pedang. Energi ini menyerupai jaring laba-laba gelap, menyelimuti tubuh Zhou Lei dalam sekejap.
Zhou Lei jatuh berlutut, menjerit kesakitan yang bukan fisik. Jalur *Qi*nya, yang tadinya penuh dengan aura Demigod yang sombong, kini tersumbat dan terkorupsi. Ia tidak bisa lagi memanggil kekuatan kultivasinya. Ia hanyalah manusia biasa yang terjebak dalam tubuh seorang kultivator yang hancur.
Ling Yuan mendekat, wajahnya tersembunyi dalam bayangan jubahnya. Pedang Kutukan Mao diarahkan ke leher Zhou Lei. Zhou Lei mendongak, matanya penuh ketakutan dan kebencian. “Kau… kau pembawa bencana! Selir Sin benar! Kau seharusnya dibiarkan mati!”
“Selir Sin memberimu racun yang sama dengan yang ia berikan pada seluruh klan Yang,” suara telepati Ling Yuan sedingin es. “Katakan padaku, mengapa ia membuangku? Mengapa orang tuaku mati?”
Zhou Lei tertawa histeris, darah mengalir dari sudut mulutnya. “Klan Yang… klan Yang adalah kapal yang karam! Selir Sin… dia hanya mempercepat apa yang sudah ditakdirkan. Dia menginginkan… dia menginginkan seluruh klan, termasuk si tua renta, Jendral Yang… untuk ritual. Dia hanya pion, tetapi dia melakukannya untuknya!”
Jantung Ling Yuan berdetak kencang. Jendral Yang. Kakeknya, yang telah membuangnya, kini juga menjadi target ritual yang lebih besar. Ini bukan hanya balas dendam pribadi, tetapi rencana yang mengancam seluruh garis keturunan.
“Ritual apa?” tuntut Ling Yuan.
Zhou Lei tersengal, kekuatannya terkuras habis. Ia menatap ke arah Kediaman Yang yang tampak tenang di kejauhan. “Kutukan Darah… itu semua karena Kutukan Darah… Selir Sin berkata… kami membersihkan nama klan… dengan mengorbankan darah Yang… bahkan klan utama, klan Yang… mereka yang berada di istana… semua terlibat…”
Dengan kata-kata terakhir itu, Zhou Lei ambruk. Tubuhnya tidak mati, tetapi jalur kultivasinya hancur total, jiwanya terperangkap dalam lumpur spiritual. Ia akan menjadi gila, tidak mampu menyampaikan informasi lebih lanjut.
Ling Yuan menarik Pedang Kutukan Mao, merasakan energi gelap Zhou Lei terserap ke dalam bilah yang berkarat itu. “Kutukan Darah. Bukan hanya Selir Sin yang mengincar kita, tetapi juga klan utama yang bersekutu dengannya,” gumam Jendral Mao, suaranya terdengar cemas.
Ling Yuan berdiri tegak di puncak pagoda, aura spiritualnya kini bergejolak hebat. Ia telah memaksakan diri untuk menggunakan teknik kutukan yang sangat maju. Meskipun ia berhasil menyamarkan aura Demigodnya dari pandangan umum, penggunaan *Penciptaan Bayangan Eterik* telah menciptakan riak energi yang dalam, yang hanya dapat dirasakan oleh entitas yang sangat kuat.
Saat ia bersiap untuk menghilang kembali ke dalam bayang-bayang, sebuah getaran aneh melanda udara. Itu bukan getaran fisik, tetapi resonansi spiritual. Dari arah istana kekaisaran, di jantung kota, sebuah kesadaran spiritual yang sangat kuno dan kuat tiba-tiba terangkat, memindai area di mana Ling Yuan berdiri.
Aura ini dingin, tajam, dan penuh dengan otoritas Kekaisaran. Ling Yuan membeku. Ini adalah aura kultivator Dewa tingkat awal, seseorang yang jauh melampaui levelnya saat ini, seseorang yang pasti merasakan fluktuasi energi kutukan yang ia lepaskan.
Ling Yuan segera mengaktifkan kembali *Qi* Seribu Debu secara maksimal, menyegel dirinya dan Pedang Kutukan ke titik di mana ia harus tampak seperti debu kosmik. Namun, sudah terlambat. Kesadaran kuno itu telah menyentuhnya, memindainya, sebelum ia menarik diri.
“Mereka tahu, Ling Yuan,” Jendral Mao berbisik. “Kekaisaran telah menyadari adanya Pedang Kutukan. Dan mereka akan mengirim seseorang yang lebih berbahaya daripada agen Selir Sin.”
Ling Yuan menatap ke arah istana, di mana ia merasakan aura dingin itu terkunci sejenak. Ia tahu, dengan kepastian yang menakutkan, bahwa pertarungannya di atas atap malam ini telah menarik perhatian elit Kekaisaran yang paling kuat. Identitas Pemulung Misteriusnya kini menjadi target yang dicari oleh seluruh Kekaisaran. Ia harus segera mencari validasi publik. Turnamen Tujuh Kota adalah satu-satunya jalannya....