Welcome to the sequel of You're Mine Brianna
Perjalanan seorang Hana Elodie Brown menghindari Ayahnya yang otoriter terhadap dirinya. Berbagai cara ia lakukan agar hidupnya bisa terbebas dari aturan yang menurutnya tak sesuai dengannya. Sampai pada suatu ketika, Hana dipertemukan oleh takdir dengan seorang pria yang tak pernah ia inginkan semasa hidupnya, Daniel Leonardo Smirnov. Seorang mafia yang dunianya penuh dengan kegelapan melebihi tempat tergelap di dunia. Mampukah Hana menjadi penerang bagi Daniel dan akankah Daniel mampu memberikan kehidupan yang diinginkan oleh Hana? Simak terus kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arashka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Pasukan Bertopeng
Satu bulan berlalu
Daniel sedang menatap wanita yang telah membuatnya berani membuka hatinya lagi. Hana sedang menemani sekaligus mengajarkan Liam untuk berenang. Ia menatap keduanya dengan senyum yang begitu menawan.
"Bolehkah Daddy ikut bergabung?" tanya Daniel.
"Daddy!! Aku sudah menunggumu sejak tadi." pekik Liam. "Lihatlah, aku mulai berani untuk berenang, Dad."
"Hm, Mommy mengajarkanmu dengan sangat baik." ucap Daniel sembari melepas pakaiannya dan hanya menyisakan celana pendeknya saja. Ia ikut bergabung bersama Hana dan Liam masuk ke dalam kolam.
Sekitar tiga puluh menit berlalu, Daniel mengambil alih tugas Hana, dan membiarkan Hana untuk menikmati waktunya sendiri. Setelah Hana merasa cukup puas, ia naik ke atas untuk meminum segelas jus yang di sediakan oleh pelayan.
"Liam, kita sudah terlalu lama di dalam air. Lihat, tanganmu bahkan sampai keriput, kita naik ke atas." ujar Daniel dan dijawab dengan anggukkan oleh Liam.
"Aiko, bawa Liam ke kamarnya." titah Daniel kepada wanita jepang itu.
"Kau terlalu seksi sayang." ucap Daniel sembari menutup tubuh Hana menggunakan sebuah handuk besar berwarna putih.
"Aku? Seksi?" tunjuk Hana kepada dirinya sendiri.
"Bikini yang kau kenakan benar-benar menggoyahkanku." sahut Daniel.
"Bukankah kau yang membelikannya untukku?" tanya Hana.
"Ya, tapi kau boleh mengenakannya hanya ketika saat bersamaku saja." jawab Daniel.
"Tak ada siapapun di sini."
"Kau tidak melihat ada banyak pelayan di mansion kita, baby? Mereka semua menikmati kemolekan tubuh yang hanya boleh di lihat olehku." ujar Daniel.
"Ck.. Kau bawel sekali."
"Hana, sepertinya sudah waktunya Liam untuk masuk sekolah. Sejak kedatangannya kemari, ia bahkan belum sempat bersosialisasi dengan teman sebayanya." ujar Daniel.
"Tapi, Daniel. Aku khawatir jika ia berada jauh denganku. Musuhmu masih mengincarmu dan aku takut terjadi sesuatu padanya."
"Aku akan meminta Aiko untuk mengawasinya secara langsung. Ia akan mengantarkan sekaligus menemani Liam di sekolah sampai selesai. Selain Aiko, aku akan meminta pengawalan terbaik untuk mengawasi Liam saat di sekolah. Jika perlu aku akan membayar mahal untuk itu."
"Baiklah, aku percaya padamu." sahut Hana.
Daniel menghujami wajah Hana dengan kecupan-kecupan basah yang membuat seluruh tubuh Hana berdesir. Apalagi di tambah Hana yang hanya mengenakan bikini saja dan Daniel dalam keadaan shirtless. Membuat kulit keduanya bersentuhan secara langsung, terasa ada sesuatu yang membuat tubuh mereka seketika memanas.
Jika saja Nikolai tidak datang menghampiri mereka saat ini, mungkin Daniel akan melempar Hana ke atas ranjang dan menggempurnya hingga pagi lagi. Membuat wanita itu melenguh setiap malam dan menyebutkan namanya.
Daniel menoleh menyadari sosok Nikolai yang berjalan terburu-buru. Raut wajahnya seolah ingin mengatakan bahwa ada sesuatu yang mendesak.
"Daniel..!" panggil Nikolai. "Beberapa orang menyerang dermaga."
"Shit, ratakan mereka Nikol. Sisakan beberapa untuk di introgasi. Kita akan ke sana." perintah Daniel kepada Nikolai dan langsung dilakukan olehnya.
"Sayang, kau jangan keluar dari mansion ini." ucap Daniel sebelum ia pergi meninggalkan Hana kemudian ia mengecup keningnya.
Daniel berjalan dengan langkah lebarnya menuju kamarnya untuk berganti pakaian. Setelah itu ia langsung pergi menuju dermaga bersama Nikolai. Sesampainya di sana, Daniel, Nikolai dan para anggotanya bertarung dengan beberapa orang yang memakai topeng. Daniel berhasil menyisakan beberapa orang untuk di introgasi, tapi yang membuatnya naik darah adalah musuh yang tertangkap dalam keadaan hidup langsung menghabisi nyawanya sendiri di tempat.
DOR
"Shit! Ada penembak jitu!!" teriak salah satu anggota Bratva.
"Bajingan! Habisi mereka dan tetap sisakan beberapa!" perintah Daniel dengan tegas.
Di jarak yang cukup jauh, berdiri seorang pria yang menatap tajam ke arah Daniel. Ia menyaksikan semua keributan yang terjadi.
"Mengapa anda memilih untuk menyerang dermaga tempat gudang senjata milik mereka, Tuan?" tanya seseorang yang berdiri di samping pria itu. "Bukankah Anda ingin mengambil kembali putra anda dan ibunya?"
"Ya, memang itu yang akan ku lakukan, tapi tidak sekarang. Ini hanya salam perkenalan saja, Luigi." jawabnya dengan seringaian di wajahnya. "Tarik mereka mundur."
"Baik Tuan Evans."
***
Berkali-kali Daniel menggeram saat ia mendapati bahwa para penyerangnya tak bisa ia lacak asal usulnya. Mereka yang tertangkap hidup-hidup pun tak segan untuk melakukan aksi bunuh diri.
"Tuan.." panggil Gaston yang mendekat ke arah Daniel bersama Nikolai.
"Mereka semua mati, brengsek!" kesal Daniel.
"Hidup pun tak ada gunanya bagi kita, Tuan." sahut Gaston.
"Apa maksudmu?" Daniel menautkan kedua alisnya.
Gaston mendekat ke arah mayat yang tergeletak dan membuka mulut mereka. Daniel dan Nikolai sontak terkejut.
"Shit! Mereka memotong lidahnya." umpat Nikolai.
Daniel yang penasaran, memeriksa satu per satu mayat yang berada di sekitarnya. Dan benar saja, semua musuhnya itu telah memotong lidahnya sendiri.
"Adakah tanda lain di tubuh mereka?" tanya Daniel dan Gaston menggelengkan kepalanya dengan lemah.
"Bajingan. Siapa mereka sebenarnya."
"Apa yang akan kita lakukan, Tuan?" kata Nikolai.
"Perketat keamanan, Nikol. Sisir area dermaga hingga ke hutan, aku merasakan beberapa dari mereka berada tak jauh dari sini." jawab Daniel dengan yakin.
Gaston dan Nikolai pun mengangukkan kepalanya. Ia mengerti bagaimana kemarahan Daniel saat ini. Bagaimana tidak, beberapa lokasi gudang miliknya dan tempat transaksi berkali-kali mendapatkan penyerangan.
"Pulanglah, istri dan anakmu sepertinya menunggumu. Biarkan kami yang menyelesaikan ini." kata Nikolai sembari menepuk pundak Daniel.
Daniel hanya mengangguk, lalu dirinya segera berjalan memasuki mobil dan menginjak pedal gasnya untuk kembali menuju ke mansion. Sesampainya di sana, ternyata Hana sudah menunggunya dengan cemas di depan pintu. Ia berjalan bolak-balik menanti suaminya kembali dalam keadaan selamat dan tanpa luka sedikit pun.
"Daniel.."
"Kemarilah, sayang." sahut Daniel yang mengerti akan kekhawatiran istrinya.
Tanpa bertanya lagi, Hana menghambur ke dalam dekapan hangat sang suami. Hana begitu lega saat melihat suaminya kembali. Ia sangat khawatir ketika melihat terdapat darah di pakaian yang dikenakan oleh Daniel.
"Kau tidak terluka kan?" tanya Hana sembari mengurai pelukannya. Wanita itu memutar tubuh suaminya, matanya bergerak dari atas sampai ke bawah untuk memeriksanya.
"Aku baik-baik saja."
Daniel menundukkan kepalanya kemudian ia mencium bibir Hana dengan dalam. Sebelah tangannya bahkan menekan tengkuk Hana untuk memperdalam ciumannya. Daniel bahkan melumat dan memasukkan lidahnya ke dalam untuk saling bertautan. Cukup lama mereka berciuman di ambang pintu mansion, di saksikan oleh pelayan dan penjaga yang berlalu lalang di sana. Tapi mereka dengan cepat menundukkan pandangannya, enggan untuk melihat drama romantis itu meski sebenarnya senyum mereka terlihat di raut wajahnya. Daniel dan Hana nampaknya tidak peduli, sepertinya dunia memang berada di dalam genggamannya.
"Aku selalu takut, Daniel. Bisakah kau berhenti dari semua ini?" tanya Hana setelah menghentikan ciumannya.
Daniel menatap mata istrinya yang sendu, kemudian ibu jarinya mengusap sisa benang saliva yang masih berada di bibir ranum Hana. "Aku belum bisa melakukannya, maafkan aku." ucap Daniel dengan jujur.
Ya, memang Daniel belum bisa meninggalkan takhta kepemimpinan Bratva. Mengingat ini adalah sesuatu yang sudah diberikan secara turun temurun dari sejak kakeknya masih hidup. Saat ini Daniel menjadi generasi ketiga setelah ayahnya. Ia tak bisa meninggalkan Bratva begitu saja, tanggung jawabnya terhadap keberlangsungan eksistensi Bratva di dunia bawah tanah harus ia lakukan sampai ia mendapatkan penerusnya.
"Baiklah, aku mengerti." jawab Hana dengan lirih.
Daniel tahu, ada nada kekecewaan dari suara itu. Tapi mau bagaimana lagi, semua ini sudah menjadi tugasnya setelah Dimitri resmi memindahkan tanggung jawab Bratva kepada Daniel sebagai anak sulungnya.
"Aku akan memikirkan hal lainnya, mungkin saja membangun sebuah bisnis legal yang baru?"
"Dan meninggalkan bisnis gelapmu?"
"Tidak meninggalkan, aku hanya akan bekerja di balik layar secara total."
"Siapa yang akan meneruskannya?"
"Entahlah, mungkin Nikol atau Gaston? Sebelum Liam menginjak usia yang cukup untuk meneruskan ini."
"Itu sama saja.." jawab Hana.
"Baby, aku yakin Liam akan tumbuh menjadi pria pemberani seperti aku. Jangan khawatir, hmm?" ucap Daniel kembali menarik Hana ke dalam pelukannya.
TBC
Jangan pelit like, komen sama subsribe yaa xixixi