Seorang anak laki-laki kala itu masih berusia 10 tahun, tidak di kenal oleh siapapun karena identitasnya telah di sembunyikan oleh sang Ibu.
Suatu hari sang lelaki itu harus menerima kehidupan yang pahit, karena sang Ibu harus di bunuh, namun sayang dia tidak dapat menolongnya, sialnya lagi dia harus mengikuti keinginan sang Ibu yaitu bersembunyi di suatu tempat agar bisa menjaga sang adik dan membalaskan dendam sang Ibu, dan juga bisa mengambil alih apa yang telah menjadi haknya.
Dan saat tiba di sebuah tempat di mana dana Dan naya di selamatkan, Dana menemukan seorang wanita yang menarik hatinya, namun sayang ketika dewasa, dia harus meninggalkan wanita itu untuk merebut perusahaan dan berpura-pura mencintai wanita lain, yaitu anak dari pembunuh Ibunya sekaligus yang telah merebut perusahaannya.
Bagaimana cerita cintanya dan apakah Dana mampu setia?, lalu apa yang terjadi dengan perusahaannya ketika Dana hadir di perusahaan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dira.aza07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1 ~ Kematian sang ibu
"Bu ... kenapa kita tidak pernah bertemu ayah?" tanya Nayara yang berusia 7 tahun.
Ibunya hanya tersenyum menanggapinya, dengan tangannya yang terus bergerilya menciptakan sesuatu untuk kedua anaknya.
"Sudah ... kita main yu!" ajak kakaknya yang bernama Cendana yang berusia 10 tahun.
Dengan senang hati adik perempuannya begitu bahagia, namun tidak dengan sang Ibu.
Setelah menyelesaikan sesuatu sang Ibu menghampiri Cendana dan Nayara.
"Sini nak!" panggil sang Ibu.
Mereka pun menghampirinya.
"Dengar Nayara, di sini ada game permainan yang bisa membuat Nayara pintar, tapi Nayara janji jangan bersuara apapun yang nanti terdengar di luar headphone ini dan apapun suara permainannya Nayara tetap diam ya bersama Ka Dana!" ucap sang Ibu mengingatkan, Nayara pun paham dan mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Sedangkan kamu Dana, ini Handphone untukmu, ini alat sangat canggih, sampai kapanpun kamu bisa memantau rumah ini juga perusahaan, di sini terpantau CCTV tapi orang lain tidak dapat mengaksesnya karena tersembunyi di balik tembok. Dan malam ini pakailah tas ini, semua barang kalian Ibu telah masukkan ke dalam tas ini tidak tersisa satupun karena Ibu tidak ingin menyisakan jejak untuk siapapun agar kalian bisa selamat. Sini ... Ibu tunjukkan nanti kalian bersembunyi di sini dan keluar saat semua aman, dan jangan pernah keluar apapun yang terjadi dengan Ibu!, jika Ibu tidak ada datangilah Pak satpam di luar gedung ini, dia yang akan membimbing kalian, tinggalkan Ibu bagaimanapun kondisi Ibu ya, jangan pernah mengatakan siapa orang tua kalian karena sekali orang tahu kalian tidak akan selamat ...,"
"Tapi Bu, kenapa aku tidak boleh membantumu dari orang-orang jahat?" tanya Cendana penuh keberanian.
"Karena kamu yang akan menyelamatkan adikmu, dan kamu yang akan menarik kembali semua yang telah menjadi hakmu, dengan handphone ini kamu akan mempelajari seperti apa perusahaan kita dan apa yang terjadi di rumah ini, mereka tidak akan pernah tahu jika tempat ini dan kantor Ayah kita selalu mengawasinya, Ya karena CCTV itu sangat tersembunyi di balik tembok dan sangat begitu kecil, jika temboknya di bobol alatnya bisa rusak tapi tetap aman dari mereka. Ingat belajar dengan baik semua sudah tersedia di handphone kalian masing-masing, bimbing adikmu dengan baik, keberadaan kalian tidak di ketahui satu orangpun selain dari pak satpam yang bernama Jaenudin itu, dan katakan kalian itu keponakannya, dan gantilah baju kalian menggunakan baju ini dari sekarang, dan ambil makanan juga minuman ini dan masuklah segera ke tempat ini ya!" seru sang Ibu.
Cendana dengan patuh mengganti pakaiannya sedangkan Nayara diganti pakaiannya oleh Ibunya, sang Ibu memeluk anaknya bergantian, lalu menyuruh dengan segera memasuki ruangan tersembunyi yang tidak akan di sadari oleh semua orang.
Mereka pun memasuki ruangan itu, Nayara menggunakan earphonenya dan dengan asik melihat handphonenya tanpa bersuara sesuai perintah Ibunya dengan memakan roti untuk mengganjal perutnya.
Begitu juga dengan Dana, Dana fokus memperhatikan apa yang terjadi pada Ibunya melalui handphone nya dengan sama-sama menggunakan earphone namun hanya sebelah karena dia harus menjaga agar adiknya tidak bersuara sama sekali.
Di sisi lain, di dalam rumah itu telah kedatangan tamu, dan Cantika telah mengetahui dari beberapa hari lalu sehingga telah menyiapkan segalanya untuk dirinya bahkan kedua anaknya.
"Hallo Cantika, nama yang begitu cantik sesuai dengan orangnya, sayang kamu lebih memilih Narendra daripada diriku, tapi kamu sudah tahu apa yang terjadi pada suamimu itu kan? haha, sayang sekali sekian lama pernikahan kalian, kalian itu mandul untung saja aku tidak jadi mempersuntingmu, dengar sayang, apa kamu tahu tujuanku ha?" tanya Fernando penuh nada ancaman.
"Aku tahu Fernando, dan aku lelah menghindari kalian, dengar Fernando semua akan ada balasan untukmu juga keluargamu, jika kalian ingin kaya seharusnya kalian itu berjuang bukan seperti ini,"
"Ah bacot lo, ke mana ayahmu dulu? bukannya bekerjasama dengan ayahku malah dengan keluarga suamimu dan kau malah meninggalkanku, dengar sakit hatiku harus kamu tuai sekarang juga," ancam Fernando
"Silakan aku sudah lelah, semua orang yang aku sayang telah pergi karena ulah kalian, namun aku tidak akan diam ketika aku telah tiada," ancam Cantika.
"Haha mau menghantui aku begitu? hantu cantik? mana ada yang takut sayang ....," kelakarnya dengan tawa yang menggelegar.
"Mau hubungi polisi? silahkan cantika, haha," ledek Fernando dengan tawanya yang begitu puas.
"Tidak ... Fernando itu percuma aku pernah lakukan namun seakan aku adalah penipu yang hendak merebut perusahaanku sendiri, kalian begitu cerdas untuk itu, kalian penyuap handal di negeri ini," puji Cantika dengan tepuk tangan penuh ledekan.
"Jelas itu sayang, apa ada pesan dan kesan yang ingin kamu sampaikan?" tanya Fernando dengan menyentuh pipi cantika.
"Tidak ...," lantang Cantika dengan mengibaskan tangan Fernando yang berada di pipinya.
"Bagus sepintar dan secerdas apapun kamu tetap kalah olehku Cantika hahah," ledek Fernando.
"Itu betul sekali aku lemah tanpa Rendra," sesal Cantika.
"Lakukan sekarang tanpa ampun, lalu periksa sekelilingnya rumah ini mungkin saja masih ada jejak yang mesti kita selesaikan berikutnya," perintah Fernando.
"Rumah sebesar ini tanpa CCTV heran," ledek Fernando.
Duarrr duarr
Tembakan ke arah Cantika berulang-ulang dilakukan oleh anak buah Fernando, Cantika tersungkur dengan berlinang air mata.
Dana yang melihat CCTV itu manahan isak tangis yang ingin keluar melalui mulutnya. Tubuhnya berapi-api ingin membalasnya namun dia kendalikan karena dia masih memiliki Nayara untuk dia jaga.
Setelah tersungkur suruhan Fernando itu mengecek setiap cela namun tidak ada sedikitpun jejak apapun bahkan jejak keberadaan kedua anaknya pun tidak tercium sama sekali, bersih ... namun sayang penuh kedendaman. Rumah yang dulu begitu menyenangkan bagi keluarga itu berakhir duka dan menyisakan dendam, teramat terbesar bagi Cendana.
"Sudah mari kita keluar dan biarkan satpam yang membersihkan mayit ini, sekarang kita pulang dan biar besok kita tata ulang rumah ini agar tidak ada noda sedikitpun dari wanita murahan ini," perintah Fernando.
"Baik tuan," ucap anak buah itu patuh.
Setelah di pastikan melalui cctv Fernando dan anak buahnya telah pergi, satpam bernama jaenudin itu menghampiri rumah Cantika, dan menghampiri anak Cantika, lalu Jaenudin membawa mereka keluar melalui pintu darurat menuju basement.
Setibanya di basement, "Hai Jae ... kau bawa anak? kenapa banyak sekali anakmu?" tanya satpam lain.
"Dia ponakanku, dari tadi dia duduk di tangga itu, aku takut mereka mendengar tembakan sehingga aku bawa mereka kemari," ujar Jae
"Maksudmu? Ibu Cantika di tembak? ... semua terjadi juga? lalu di mana mayatnya kita harus mengurusnya," ujar satpam itu.
Satpam itu lari di ikuti jae, "kalian tunggu di sini ingat kalian keponakanku ya," ujar Jaenudin.
Dana menganggukkan kepalanya sedangan Nayara menahan diri untuk bertanya.
"Ka maksud mereka apa? bukannya Cantika ibu kita?" tanya Nayara heran.
"Naya jangan pernah mengatakan Cantika Ibu kita tapi katakan Ibu kita itu cantik, Ibu kita bernama Yuni," ujar Cendana.
"Baiklah," ujar Naya patuh.
Bersambung ....