NovelToon NovelToon
Secangkir Macchiato

Secangkir Macchiato

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Hamil di luar nikah / Konflik etika / Kehidupan Tentara / Fantasi Wanita / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:10.8k
Nilai: 5
Nama Author: Aksara_dee

"Bang Akbar, aku hamil!" ucap Dea di sambungan telepon beberapa Minggu lalu.
Setelah hari pengakuan itu, Akbar menghilang bagai di telan bumi. Hingga Dea harus datang ke kesatuan kekasihnya untuk meminta pertanggungjawaban.
Bukannya mendapatkan perlindungan, Dea malah mendapatkan hal yang kurang menyenangkan.
"Kalau memang kamu perempuan baik-baik, sudah pasti tidak akan hamil di luar nikah, mba Dea," ucap Devan dengan nada mengejek.
Devan adalah Komandan Batalion di mana Akbar berdinas.
Semenjak itu, Kata-kata pedas Devan selalu terngiang di telinga Dea dan menjadi tamparan keras baginya. Kini ia percaya bahwa tidak ada cinta yang benar-benar menjadikannya 'rumah', ia hanyalah sebuah 'produk' yang harus diperbaiki.
Siapa sangka, orang yang pernah melontarkan hinaan dengan kata-kata pedas, kini sangat bergantung padanya. Devan terus mengejar cinta Dealova.
Akankah Dealova menerima cinta Devan dan hidup bahagia?
Ikuti perjalanan Cinta Dealova dan Devan hanya di NovelToon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32 : Mencari Kerja

Ajakan Rujuk

Devan tidak menyentuh sedikitpun makanan yang Kassandra sajikan. Dulu, ia memang sangat menyukai apapun yang Kassandra sajikan. Saat hati Kassandra sedang gembira, dia bisa satu harian di dapur untuk membuatkan masakan istimewa. Tapi kali ini Devan tidak berselera, ia memilih memainkan gawainya di atas meja makan, suatu kebiasaan yang paling pantang ia lakukan saat makan bersama.

"Papa, ayo makan... Mama sudah buatkan sop buntut kesukaan papa," ajak Zie.

"Papa sudah makan sayang." Devan melirik mama Kartini yang memandangnya butuh penjelasan. "Maa... Devan benar-benar sudah makan, tadi meeting dengan klien di restoran AYCE."

Kassandra tertunduk, sedih.

"Dulu papa selalu marah kalau mama main hape di meja makan. Mengapa sekarang papa lakukan itu?" protes Zie, bibirnya sampai mengerucut karena kesal.

Devan menggaruk pelipisnya yang tidak gatal sambil memasukkan ponselnya di saku jasnya.

"Sayang, papa masih ada pekerjaan. Boleh papa pergi ruang kerja sekarang?" tanpa persetujuan Zie, Devan segera bangkit tidak menghiraukan tatapan mamanya yang memohon dan tatapan sendu Kassandra.

Di ruang kerjanya, ia bersandar di kursi kerja. Di balik meja kerjanya yang kokoh, hatinya saat ini sedang rapuh dan dadanya terasa nyeri.

"Mengapa kehilanganmu, terasa hancur segalanya, Dea. Aku sangat merindukanmu," bisiknya lirih.

"Aku terus mengatakan pada hatiku, perpisahan ini hanyalah sementara. Hanya mundur satu langkah untuk kemudian kita melangkah berdua dengan hati yang lebih terbuka, mengarungi jalan panjang yang mungkin akan lebih terjal dan berliku. Tapi aku yakin bersamamu, aku bisa melampaui semua batasan yang ada pada diriku.

Dalam pelukanmu dan diiringi senyuman tulusmu.

Ketidakhadiran mu terasa lebih berat dari yang aku bayangkan. Andai malam itu aku melawan mamaku dan tetap berpihak padamu, selalu ada di sisimu. Mungkin aku tidak akan segila ini merindukanmu, Dea.

Namun disini lah aku, terjebak dalam pusaran emosi yang bahkan aku sendiri tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya. Aku bisa hilang kendali tanpa hadirmu.

Bagian terburuk dari kisah kita, aku tidak punya hak memintamu untuk tinggal dan menetap untuk menungguku hingga waktu berpihak pada kita.

Aku tidak tahu apa yang membuatmu begitu tidak bisa terlupakan olehku. Entah itu senyum malu-malumu, gerak kecil tubuhmu yang selalu menarik perhatianku, atau senyuman manis mu yang mengganggu sistem Dopamin dalam otakku.

Dea... Dimana kamu sayang... Lama-lama aku bisa gila karena tidak bisa menemukanmu!" gumam Devan di dalam hatinya.

Ia mengusap wajahnya yang lelah, menatap langit-langit ruang kerjanya dengan perasaan yang gundah. Sampai ia tidak menyadari kehadiran Kassandra yang datang membawakan kopi dengan cemilan.

"Mas Vano... Kopi dan cemilannya aku taruh meja sudut ya," ucap Kassandra lembut.

Devan tersentak kaget. Namun, ia pura-pura tidak menghiraukan kehadiran Aca. Ia mendengus pelan. Melirik Aca dengan sinis saat wanita itu berjalan melenggak lenggok lembut ke arahnya.

"Mas... Mama minta kita rujuk kembali," ucap Kassandra sambil mengelus dada Devan dan ia meletakkan bokongnya di atas meja kerja Devan.

"Mas?" Devan tertawa sinis. "Sejak kapan kamu dapet hidayah manggil aku 'mas'? Delapan tahun di kali 365 hari di kali 24 jam di kalikan menit dan detik. Dari ratusan juta detik yang terbuang, tidak sedetik pun kamu memanggilku mas selama pernikahan kita. Kamu bukan hanya terlambat, tapi aku sudah meninggalkanmu, Ca!" Devan menepis tangan Aca yang ingin mengelus dadanya dan membuat lukisan abstrak di atas dadanya.

"Mama minta kita rujuk? Semua itu karena ulahmu juga kan? Kamu yang mengancam mamaku untuk memutuskan hubunganku dengan Dea." Devan menyeringai dengan sinis. "Kamu bukan hanya licik, tapi kamu tidak punya hati! Kamu memanfaatkan kelemahan mamaku." Devan berdiri dan menjauhi Aca saat wanita itu mulai agresif.

"Kenapa kamu masih menaruh hati pada perempuan itu, Mas. Dia telah pergi bersama laki-laki lain." Aca melemparkan foto-foto Dea bersama seorang lelaki yang diambil gambarnya dari sudut tersembunyi, hingga tidak terlihat bentuk wajah lelaki yang merangkul bahu Dea.

Devan melirik sekilas. Ia mendesah tertahan.

Devan tersenyum miris. Ia lalu menatap Kassandra dengan tatapan yang tidak bisa Aca artikan.

"Seperti itu ya? Jadi aku ditinggalkan olehnya? Tapi... bukan berarti aku dengan mudahnya kembali padamu, Ca."

Kassandra terkesiap dengan sikap dingin Devan, ia tidak menyangka Devan tidak terkejut dan malah bersikap seolah tidak perduli pada gadis itu. 'Apa Devan benar-benar sudah merelakan kekasihnya? ' lirih Aca dalam batinnya.

"Aku tidak minta rujuk hari ini, kita bisa jalani pelan-pelan mas. Papa ingin kita mengelola perusahaan bersama. Aku... Aku baru tahu kalau pemegang saham terbesar saat ini adalah perusahaanmu. Tapi, aku mohon jangan akuisisi perusahaan milikku. Ada Zie diantara kita bukan? Aku ingin Zie yang akan meneruskan perusahaan kita kelak." tutur Aca.

Salahsatu alis Devan terangkat, "Jadi sebenarnya ini tentang perusahaan. Bukan tentang permintaan mama atau Zie. Baiklah aku mengerti." Devan menyilangkan kakinya di sofa single tempatnya duduk saat itu.

"Tidak sepenuhnya tentang perusahaan. Tapi aku benar-benar ingin kita rujuk kembali, Van. Aku akan berubah dan akan berusaha menjadi istri yang kamu inginkan dan ibu terbaik bagi Zie," janji Aca.

Devan menatapnya dengan dingin.

"Mas Vano, aku sangat marah padamu karena diselingkuhi. Tapi aku terima nasibku dan aku ikhlas. Aku sudah memaafkan mu, mas."

Jika Devan ingin membalas ucapan Aca saat itu, tentu saja bisa. Sangat bisa. Karena ia sudah mengantungi bukti-bukti perselingkuhan Aca dengan Dimas beberapa hari lalu. Tapi ia tidak boleh gegabah, ia harus menyelidiki lebih dalam lagi hubungan Aca dengan Dimas yang kini menjadi klien sekaligus partner bisnisnya di perusahaan pengolahan limbah.

Kali ini Devan harus memiliki strategi untuk membungkam Kassandra juga papa mertuanya. Terlebih, ia sangat ingin membuka pengkhianatan Dimas sebagai rekan bisnisnya juga Aca. Agar suatu saat tiba waktunya, pukulan telak akan membuat mereka tidak bisa lagi berkutik dan mempermainkan dirinya juga perusahaannya.

Devan berdiri dan beranjak dari ruang kerjanya. Namun sebelum ia benar-benar pergi, ia menghentikan langkahnya sebentar.

"Jangan injakkan kakimu ke rumah mamaku lagi. Kalau kamu ingin bertemu Zie, aku akan mengantarkan ia ke rumahmu. Dan, satu hal lagi... Jangan memanggilku mas, di sini, di depan Zie atau di mana pun. Panggilan itu sudah ada pemiliknya, dan itu bukan kamu!"

Kassandra meremas tangannya yang ditaruh di atas pangkuannya. Ia sangat geram dengan sikap Devan yang semakin dingin dan tidak lagi patuh padanya.

***

Bertemu Nawang

Udara yang panas dan penuh debu kendaraan bermotor menghiasi perjalanan Dea yang masih semangat melamar ke tempat gym atau sanggar senam lainnya. Ia menawarkan kerjasama sebagai trainer fitnes, yoga dan pilates di ibukota. Beberapa ada yang tertarik dengan bakat yang Dea miliki. Akan tetapi tidak sedikit yang menolaknya karena ia tidak memiliki sertifikat sebagai seorang trainer profesional.

Skill yang ia punya sebenarnya melebihi orang-orang yang sudah memiliki sertifikasi. Namun, ia juga harus menghadapi kenyataan bahwa validasi dari selembar kertas masih menjadi hal yang paling utama untuk berkembang di negerinya ini.

Dea duduk bersandar di kursi besi di sebuah trotoar ibukota. Matanya memperhatikan laju lalu lintas di depannya. Pikirannya terus berputar bagaimana ia bisa bertahan hidup di Ibukota Jakarta yang serba cepat dan serba mahal. Beruntung ada mobil angkutan yang disediakan pemerintah dengan biaya terjangkau.

"Sudah melamar kemana saja?" sebuah suara tiba-tiba menyapanya tanpa permisi. Dea menoleh ke arah suara berasal.

"Emh... Mba... Duh! Maaf aku lupa!" Dea menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Gadis tomboi berpotongan rambut Pixy cut itu mengulurkan tangannya dengan seutas senyuman. "Kita kenalan lagi aja, Aku Nawangsari. Panggil aku Wang."

"Ya ampun iya, mba Nawang!" seru Dea seraya menyambut tangan Nawang.

"Nggak usah pakai mba! Wang aja!" protes Wang dengan mendelik kan matanya.

"Oke, Wang!" ucap Dea mengulangi.

"Apa skill mu?" Wang melirik amplop cokelat yang Dea pegang. Lalu, ia meminta amplop itu untuk melihat portofolio yang Dea bawa.

"Mba pasti sudah tahu, aku bisa menari. Tapi aku juga bisa jadi trainer fitnes, pilates dan yoga. Tapi yaa ... Aku memang tidak punya sertifikat sebagai trainer profesional, banyak tempat menolak ku. Mungkin aku harus ganti portofolioku, aku akan mencari pekerjaan apa saja." Dea mengusap kedua pahanya dengan lelah.

"Besok jam tujuh pagi datang ke tempat Gym milikku. Kita lihat seberapa hebatnya seorang trainer profesional ini." Wang memberikan kartu nama miliknya.

"Mba ini seriusan?" tanya Dea seakan tidak percaya.

"Aku akan batalkan penawaran ku jika kamu masih memanggilku mbak!" bentak Wang dengan nada gusar.

"Baik... Baik... Wang! Aku siap!" Dea seakan ingin meloncat dari tempat duduk saat itu juga.

"Ketik nomer ponselmu di sini!" Wang menyodorkan ponsel miliknya.

Dengan senyuman manis Dea mengetikkan nomer teleponnya.

"Oke, Dea. Sampai ketemu besok." Wang berbalik dan berlalu sambil melambaikan tangannya.

Dea meloncat berulang kali karena bahagia.

1
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
dua kali dea kecewa. kejujuran yang seharusnya akbar katakan malah diketahui dari devan.
status pernikahan devan dulu pun diketahui bukan dari devan.
kasihan dea.
Aksara_Dee: kayaknya mending jauh dari kedua orang itu ya ka 😅
total 1 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
kalian sudah menikah secara agama. sudah kuat dimata ALLAH. pemberkasan itu urusan duniawi.
berarti dea tidak hamil diluar nikah.
Aksara_Dee: keduanya berjuang utk mendapatkan Dea. tapi malah melukai
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ: masih harus berjuang
total 5 replies
🌞Oma Yeni💝💞
pria kalo udah posesif berarti dia cinta sama cweknya/Facepalm/
Aksara_Dee: Cinta dan protektif
total 1 replies
🌞Oma Yeni💝💞
Laras jadi kena imbasnya
Aksara_Dee: untung Laras setia bgt sama Dea
total 1 replies
🌞Oma Yeni💝💞
jujur aja, seorang lelaki sejati itu berani bertanggung jawab atas semua kesalahan. lebih baik ketahuan skrg drpd entar. itu lebih menyakitkan
Aksara_Dee: kejujuran yang pahit ya ka, buah simalakama
total 1 replies
🌞Oma Yeni💝💞
wkwkwk,, ini rekayasa Dea apa si ibuk/Facepalm/
🌞Oma Yeni💝💞: ibuknya jago juga ya /Facepalm/ tahu keadaan genting
Aksara_Dee: rekayasa ibuk 🤭
total 2 replies
🌞Oma Yeni💝💞
kasihan, malah jadi salah orang
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
awal mulanya dea hamil anak akbar?
Aksara_Dee: iya kaa...
total 1 replies
Abu Yub
Aku bukan peli, tapi aku orangnya sangat hemat
Aksara_Dee: beda tipis ah
total 1 replies
Abu Yub
Terus kamu ngak suka iya, yang murahan
Aksara_Dee: iya aku suka yg mehong
total 1 replies
Abu Yub
Abang sudar sadar dek, makanya jadi begitu
Aksara_Dee: bukan begini
total 1 replies
R 💤
sok sweet 😘
🌹untuk Akbar
Aksara_Dee: tapi memang Akbar cinta banget sama Dea. tapi takdirnya gimana author xixixixi
R 💤: makanya Dea sampai terhanyut...
total 3 replies
R 💤
Dan itu karena babang Devan hhhh
Aksara_Dee: cinta pertama memang full of love
total 1 replies
R 💤
baru aja berbaikan dengan Dea, pegang2an tangan... wes malah amburadul gara2 Caca,, serahkan dulu Dea ke Akbar Dev, lilakno.. lilakno hohoho
Aksara_Dee: emang blegedes
R 💤: gak jelas emang si Devan ..
total 3 replies
R 💤
Nyai Maheswari aja kalah...
Aksara_Dee: wkwkwkwk
total 1 replies
R 💤
Licik bangtt woy Kasandra...
Aksara_Dee: semesta masih membelanya
total 1 replies
R 💤
Alamak ! 🙈 nggak bakalan nyangka kan Dev .
Aksara_Dee: terlalu tenang ternyata di tusuk dari belakang
total 1 replies
R 💤
yang terlihat romantis di publik belum tentu romantis dalam kluarga...
Aksara_Dee: makasih Kaka, Kaka juga cakep... cyuss 😘😘
R 💤: nah, cakep Thor...
total 3 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
semangat dea. kamu berhak punya tujuan.
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ: iya. seru pasti perjuangan dea ya
Aksara_Dee: dari perasaan rendah diri membakar semangatnya utk balas dendam
total 6 replies
Dee
Hah! Apa Kasandra sudah baikan sama mamannya Devan?
Dee: Sudah kuduga🤔
Aksara_Dee: sudah karena ada maksud
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!