"Bang Akbar, aku hamil!" ucap Dea di sambungan telepon beberapa Minggu lalu.
Setelah hari pengakuan itu, Akbar menghilang bagai di telan bumi. Hingga Dea harus datang ke kesatuan kekasihnya untuk meminta pertanggungjawaban.
Bukannya mendapatkan perlindungan, Dea malah mendapatkan hal yang kurang menyenangkan.
"Kalau memang kamu perempuan baik-baik, sudah pasti tidak akan hamil di luar nikah, mba Dea," ucap Devan dengan nada mengejek.
Devan adalah Komandan Batalion di mana Akbar berdinas.
Semenjak itu, Kata-kata pedas Devan selalu terngiang di telinga Dea dan menjadi tamparan keras baginya. Kini ia percaya bahwa tidak ada cinta yang benar-benar menjadikannya 'rumah', ia hanyalah sebuah 'produk' yang harus diperbaiki.
Siapa sangka, orang yang pernah melontarkan hinaan dengan kata-kata pedas, kini sangat bergantung padanya. Devan terus mengejar cinta Dealova.
Akankah Dealova menerima cinta Devan dan hidup bahagia?
Ikuti perjalanan Cinta Dealova dan Devan hanya di NovelToon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 : POV Devano
Berusaha Menjadi Suami Yang Baik
Di usiaku yang terbilang cukup untuk memikirkan kehidupan rumah tangga, aku belum pernah berpacaran juga belum memiliki pandangan seperti apa kriteria perempuan yang aku inginkan. Waktuku habis mendedikasikan diri di dunia militer, bintang lapangan di setiap kejuaraan Taekwondo, balapan liar untuk menghilangkan penat juga berburu di hutan liar untuk sebuah kepuasan.
Hingga suatu hari papaku yang otoriter memaksa aku hadir di sebuah perjodohan yang tersamarkan dengan makan malam persahabatan. Kehadiran sahabat papa bersama anak perempuannya yang bernama Kassandra membuatku yakin, bahwa malam itu adalah sebuah perjodohan.
Kassandra melirikku sekilas, selanjutnya ia lebih sering membuang muka atau melakukan gerakan-gerakan yang menunjukkan ia bosan berada di sana. Aku merasa kasian padanya. Aku berinisiatif mengajaknya keluar untuk mencari udara segar.
Di luar dugaan, dia mengajakku ke sebuah Bar yang berada di jantung ibukota. Bukan aku tidak tahu nama tempat yang ia sebutkan, aku tahu tempat macam apa itu. Terkadang aku pun harus ke sana untuk menemui relasi. Aku tidak cupu dengan kehidupan dunia malam. Namun itu bukan duniaku.
Di hadapannya aku memilih untuk pura-pura bodoh.
Dari cara dia mengejek dan bersikap padaku, aku merasa perbedaan cara pandang kami tentang 'mencari udara segar' sangat jauh berbeda. Dia asik bergoyang di lantai dansa dengan orang yang baru dikenalnya, aku hanya mengamatinya dari kejauhan. Aku turuti apa maunya.
Selama tiga jam di sana, aku tidak merasakan 'klik' padanya. Kecantikan dan kemewahan yang ia tampilan terasa tidak 'bernyawa' di mataku. Kehidupan kami jauh berbeda. Aku tidak bisa masuk dengan dunianya, begitu pun sebaliknya. Aku katakan padanya, dia bukan perempuan idamanku. Dia tampak tersinggung. Tapi entah mengapa dia malah menginginkan perjodohan itu.
Setelah enam bulan dari pertemuan itu, tiba-tiba mereka sudah mempersiapkan pernikahan. Padahal aku sengaja tidak pernah menghubunginya selama itu agar ia tidak merasa terikat dan terbebani dengan perjodohan.
Dia bebas memilih pria yang ia sukai dan dia berhak bahagia.
Dari mama tiriku, aku baru tahu kalau Aca sejak kecil tidak memiliki ibu. Ia bisa menjadi teman baik mamaku, begitu janjinya. Banyak hal kebaikan Aca yang mama Tantri ceritakan padaku. Bodohnya aku percaya ucapan mama Tantri. Padahal selama ini perempuan itu selalu menjadi duri di antara hubunganku, mama dengan papa.
Pernikahan itu akhirnya terjadi. Aku tidak bisa lagi mengelak dan mundur saat tiba-tiba sepulang tugas dari Libanon, undangan sudah tersebar, ballroom di sebuah hotel sudah di booking, dan pasukan pedang pora sudah disiapkan. Aku hanya berharap dengan kasih sayang dan ketulusan yang kuberikan membuat Kasandra berubah, tapi ternyata aku terjebak dalam pernikahan yang tidak aku inginkan.
Dunia Kassandra berputar di poros kemewahan, arisan sosialita elite, dunia malam, traveling ke luar negeri adalah sebuah keharusan yang ia tuntut padaku setiap dua bulan. Ia lebih eksis di dunia Maya ketimbang mengikuti kegiatan sosial di lingkungan keluarga prajurit.
Dia sangat membenci perkumpulan yang menaungi istri-istri prajurit. Aku yang selalu dijadikan tameng untuk menutupi kebenciannya pada istri-istri seniorku.
Kesabaran dan ketulusanku bagai angin lalu di hadapannya. Ia selalu membanggakan jabatannya sebagai CEO di perusahaan 'warisan' papanya. Meskipun aku tahu, perusahaan itu lebih sering mengalami pailit karena manajemen yang buruk dan nilai saham yang seringkali anjlok.
Selalu aku yang didorong untuk membereskan kegagalannya menjalani perusahaan. Tapi aku juga tidak bodoh, aku manfaatkan nilai sahamnya yang anjlok untuk menguasai dua perusahaannya. Aku yakin dia tidak peduli siapa pemegang saham terbesar di perusahaannya saat ini. Yang ia tahu bahwa keuangan lancar untuk membiayai semua hobi dan kegiatan yang menurutku sia-sia.
Selama delapan tahun pernikahan, dia tidak pernah menyambut ku sepulang kerja, duduk manis menemaniku di meja makan atau membuatkan kopi saat tumpukan dokumen perusahaannya harus aku periksa. Ia hidup semaunya. Tidak pernah menyambut ku dengan pelukan hangat saat kepenatan dan masalah di kantor membalut tubuhku dengan kuat.
Ia tidak pernah menatapku saat kami bercinta, wajahnya selalu berpaling saat aku memintanya mencumbui ku lebih dulu. Bahkan seringkali kegiatan dewasa kami ia lakukan sambil menonton live penjualan lelang tas branded dari merk terkenal. Sebenarnya aku tersinggung, tapi aku berusaha menjaga kesetiaan dan menunaikan kewajiban ku sebagai seorang suami, memberi nafkah batin padanya.
Satu-satunya yang aku syukuri darinya, ia sangat sayang pada putriku Zivanna. Ia mau berhenti minum alkohol dan merokok demi untuk memberi putriku ASI hingga usia Zivanna dua tahun. Aku tahu itu sangat berat baginya. Karenanya aku sangat berterima kasih dan perlahan menyayanginya.
Kesalahan Yang Tidak Bisa Kumaafkan
Bangunan rumah yang mewah tidak membuatnya betah tinggal di rumah. Rumah tampak sepi tanpa aktifitas kehangatan hanya lalu lalang pekerja di dalam rumah memastikan semua terlihat sempurna. Kehadiran Zivanna membawa atmosfer baru bagiku. Rumah terisi oleh tawa kecil atau rengekan manja Zivanna yang menjadi sesuatu yang paling berharga selama pernikahan kami.
Hari itu, kemarahan ku begitu memuncak saat aku utarakan maksud untuk membawa mamaku tinggal bersama, Kassandra sangat marah dan menghina mama karena kebutaannya, mama hanya akan menjadi beban bagi rumah tangga kami, katanya.
Mama mengalami katarak sejak aku duduk di bangku SMA. Sudah aku usahakan agar mama mendapatkan pengobatan terbaik, tapi mama selalu menolak karena tidak ingin membuatku bertengkar dengan papa dan mama Tantri.
Mamaku perempuan hebat, meski ia miskin dan di sia-siakan papaku. Ia tetap mencintai dan menghargai papa. Ia rela harus jauh dariku karena sikap egois papa. Aku tidak rela mamaku di hina. Apalagi dihina oleh istriku sendiri.
Kubawa kemarahanku sendiri, karena bicara dengan Aca hanya membuat kepalaku terasa ingin pecah. Aku mengunjungi sebuah cafe kecil hanya untuk menangis dan meratapi rasa sesal karena gagal membawa mamaku hidup bahagia. Aku merasa gagal menjadi seorang anak juga gagal menjadi seorang suami.
Ternyata hari itu, adalah hari dimana aku menemukan semesta kecilku. Untuk pertama kalinya jantungku berdetak tidak beraturan saat melihat kepolosan wajah seorang gadis yang terpaut jauh umurnya denganku.
Ajaib, ia bisa mengingat wajah mamaku hanya dengan sekilas melihat wallpaper handphone saat ia menuliskan pesanan. Ia melukis wajah mamaku pada art latte dengan sangat detail dan persis hingga aku tidak tega merusak gambarnya dengan meminum coffe yang ia sajikan.
Sejak hari itu, senyumannya, gerakan kecil tangannya, lirikan takut dan malu-malunya, anak rambut yang selalu jatuh saat ia menunduk menyita pikiranku. Ia pencuri kecil yang selalu aku rindukan. Setiap hari aku selalu ke tempatnya bekerja hanya untuk melepaskan lelah dan menambah partikel kerinduan.
Suatu hari, sebuah notifikasi pesan masuk dari orang suruhan yang aku tugaskan memata-matai Kasandra di Kepulauan seribu. Ia mengirimkan beberapa foto saat istriku mengikuti arisan sosialita elite dengan para sahabatnya. Yang membuatku tercengang, di sana mereka menyewa beberapa pria muda untuk kesenangan satu malam. Istriku memilih artis muda yang wajahnya terpampang di iklan pasta gigi. Berdasarkan informasi yang kudapat dari Nella, ia sehari semalam tidak keluar kamar bersama pria sewaannya.
Hatiku terasa terbakar, bukan cemburu. Tapi harga diriku yang terinjak. Kebahagiaan semu pernikahan kami seakan meledak menyisakan bau busuk dari kebohongan. Aku menelan lukaku bulat-bulat. Kemarahan hanya bisa aku lampiaskan sendirian.
Mulai hari itu duniaku berubah. Aku tidak peduli lagi dengan nama baik, tanggung jawab dan kesetiaan. Kasandra bisa bahagia dengan dunianya. Aku pun bisa mencari kebahagiaanku sendiri, dengan gadis kecil yang mengisi jiwaku secara perlahan.
Ternyata Tuhan mengijinkanku bahagia hanya satu malam.
Kesadaranku di paksa kembali saat putri kecilku merintih kesakitan. Ia memintaku tetap menyayangi mamanya, memintaku tidak membentak mamanya. Ia menangis sesenggukan saat aku bertengkar hebat dengan Kasandra karena mempertanyakan foto-foto arisan brondongnya. Keluargaku dan papa mertuaku ikut campur. Mereka memarahi Kassandra habis-habisan dan memberi hukuman mencabut semua fasilitas yang ada padanya.
Sementara aku dipaksa diam dan menerimanya kembali.
Di saat kerinduan pada Dealova begitu mencekik kerongkongan, membelenggu hari-hariku. Dan melumpuhkan semangat hidupku. Aku kembali terjerat dalam rumah tangga palsu dengan kebahagiaan semu. Hanya karena satu alasan, Kebahagiaan Zivanna.
Pertengkaran kembali terjadi, di saat Aca mempertanyakan uang yang aku keluarkan. Aku hanya mengeluarkan uang lima puluh juta untuk biaya operasi katarak mamaku. Tapi amarahnya seakan aku meruntuhkan dunia.
Harga diriku kembali terinjak.
Usaha yang aku bangun dengan keringat dan airmata, digadang-gadang adalah miliknya, dan aku hanya menumpang hidup padanya. Sungguh keterlaluan!
Demi Tuhan aku sangat membencinya!
Terutama saat ia menghina mamaku sebagai pelakor, kata-kata yang tidak bisa aku maafkan. Mulai hari itu aku tidak lagi memandangnya sebagai seorang ibu apalagi seorang istri.
Tekadku bulat untuk menceraikan Kassandra. Meski 'duniaku' menghalangi tekadku. Aku tidak bisa lagi menganggap Aca istriku. Kata-kata talak aku ucapkan dengan kesadaran penuh.
Bukan karena Dea bukan karena amarah semata.
Tapi karena aku sudah tidak bisa lagi memandangnya sebagai seorang istri yang perlu aku hormati dan hargai.
Tanpa gemetar, tanpa keraguan, aku meninggalkannya.
Kok Kasandra jadi side character di cerita cintanya Devan sama wallpaper 😭
kasihan juga pada Kasandra, tapi mau gimana lagi? udah telat.
semoga zie tidak jadi korban