Terpaksa Menikahi Keponakan Tiriku

Tut... Tut... Tut....

"Halo ma."ucap Tiara.

Diseberang telpon mamanya Susan menjawab dengan antusias. "Ya sayang. Aduh anak mama kok baru nelpon mama sekarang sih! Mama kan kangen kamu sayang."ucap mama Susan.

"Iya ma Tiara juga kangen mama."jawabnya. "Dengerin dulu Tiara mau ngomong sesuatu yang penting ma!"sambungnya memekik.

"Iya sayang sabar, nanti penyakit kamu kambuh lagi."bisik mama Susan.

"Iya ma, nggak Tiara udah minum obatnya."jelas Tiara. "Ma.. mama tau sesuatu nggak? Tentang Mas Deva? Aku dapat info dari kantornya dia punya istri lain?!"jelas Tiara menggebu-gebu.

"Sayang nggak mungkin Deva punya wanita lain. Udah jangan kamu pikirin yah, mama takut kamu...."

"Ma.. mama nggak nyembunyiin sesuatukan dari Tiara?"Tiara memotong perkataan mama Susan.

"Nggak sayang... Emm lebih baik kamu pulang dulu kerumah mama. Nanti mama yang bilang ke suami kamu."ucap mama Susan mengalihkan pembicaraan.

Suara sang mama berat seakan menutupi Sesuatu yang Tiara belum tau apa.

"Oke ma, Tiara akan pulang agak malam kalau sempat soalnya Tiara ada janji."jelas Tiara.

"Oke sayang bye."ucap mamanya.

Tut...Tut...

Tiara mematikan panggilan itu tanpa membalas perkataan sang mama.

Ia memutar bola matanya.

Tiara tau ada yang coba ditutupi oleh mamanya.

Dan Tiara akan berusaha mencari tau apa rahasia itu.

Setelah itu Tiara kembali menghubungi seseorang.

___Tuttt_____

"Halo." Terdengar suara berat di seberang telpon.

"Halo babe... Lagi dimana?"ucap Tiara manja.

"Hmm.. aku lagi di apartemen kita sayang."jawabnya.

"Robert sayang aku kangen. Anak kita juga kangen nih mau dijenguk sama Daddy nya."bisik Tiara menahan hasrat nya.

"Aku juga kangen sayang sama kamu dan baby kita udah lama nggak kunjungan. Aku tunggu kamu datang sayang."jawabnya serak.

"Bye sayang...muachhh"pamitnya sebelum menutup telpon.

Selama ini suaminya tak pernah menyentuh Tiara.

Hanya Robert lah yang menjadi pelarian untuk menuntaskan hasratnya diranjang.

Beberapa menit kemudian Tiara telah berdiri di depan pintu apartemen Robert.

Ting.. nung..

Tak butuh waktu lama Robert membuka pintu dan menarik Tiara kepelukannya.

"Uh... Sayang jangan disini. Kita masuk dulu"desah Tiara.

Robert menggendong Tiara ala bridal style masuk ke dalam dan menurunkannya dengan lembut ke sofa.

Tepat setelahnya Robert telah mengukung tubuh Tiara di bawahnya.

Robert meremas Tiara dengan jemarinya.

Serta menelusuri leher jenjang Tiara dengan bibirnya.

"Ah... Sayang...."

Dan terjadilah permainan kuda-kudaan mereka.

Selama dua jam lamanya mereka bertempur dan Robert masih belum ingin melepaskan Tiara.

Disela kesibukan mereka.

Tiara bertanya tentang Sera.

"Sayang eummm ahhh, bagaimana kabar serahh."ucapnya terbata-bata dibawah gempuran Robert.

"Hmm... Yah tidak ada masalah. Hanya saja dia masih bersikeras tidak ingin aku menikahimu."ucap Robert peluh membasahi seluruh tubuhnya.

"Tapi kamu tenang saja sayang. Aku pasti akan menikahimu secepatnya dan Sera tidak akan bisa menghentikan kita."ucapnya seakan yakin rencanannya itu akan berhasil.

"Iya sayang aku percaya ituh... sayang udah yah... Aku lelah"ucap Tiara lirih.

Robert bagaikan singa yang kelaparan

"Tidak sayang."tolak Robert berbisik. "Aku tidak akan melepasmu malam ini. Aku masih ingin dirimu."Sambungnya.

Robert masih saja sibuk dengan gerakannya.

Sedangkan Tiara harus melupakan tentang rencana perjalanannya ke rumah Susan.

Karena malam ini akan menjadi malam yang panjang untuk mereka berdua.

...****************...

Keesokan harinya Tiara terbangun dengan tubuh yang penuh dengan jejak kemerahan hasil pertempuran semalam.

Tiara menepuk sisi ranjangnya menyalurkan rasa frustasinya yang tak mampu menolak sentuhan Robert.

"Uh... Aku melupakan tentang ucapan mama."sesalnya.

Dari arah kamar mandi keluar Robert yang telah selesai membersihkan tubuhnya.

Ia tersenyum menatap sang kekasih.

"Sayang udah bangun? gimana semalam?."Robert menyeringai nakal kearah Tiara.

Tiara diam namun wajahnya yang memerah mampu menjawab semua pertanyaan Robert.

"Mama Susan beberapa menit lalu menelpon. Aku mengangkatnya dan memberi tau bahwa kamu bersamaku."ucap Robert santai.

Tiara menghembuskan nafasnya. "Syukurlah sayang kamu mengangkat telpon dari mama, aku lupa mengabarinya bahwa aku tidak jadi datang. Rencana nya hari ini aku akan kerumah mama."ucap Tiara menjelaskannya pada Robert.

"Aku ikut, aku masih ingin bersamamu."Robert tersenyum penuh arti. Dan Tiara mengerti kemana pikiran Robert sekarang berada.

Robert mendekati Tiara nafasnya memburu saat melihat gunung Tiara terekspos tanpa penghalang.

"Sayang.... Aku menginginkan mu."bisiknya serak. "Ayo melakukannya di kamar mandi."ucapnya sambil menggendong Tiara.

Dan terdengar lah suara desah bersautan di dalam kamar mandi.

____

Sekarang Tiara sudah berada dirumah mamanya.

Ini sudah sore dan lagi-lagi Tiara harus melayani Robert di dalam mobil saat diperjalanan.

Tiara sangat lelah sekarang.

"Kamu kenapa sayang kok, lesu banget?."tanya Susan.

"Humm mama pikir kenapa? Jelas mama tau Robert adalah jawabannya."seru Tiara kesal.

"Hahaha... baiklah mama tau sayang tapi tentu kamu juga menikmati permainannya kan?."goda Susan.

"Ya... Tapi sekarang aku lagi hamil ma! Anak dia lagi, kesel aja dia kaya nggak mau berhenti. Sejak kemarin ini sudah yang ke empat kalinya kami bermain. Dan durasinya semakin lama."ucapnya gemas.

"Tanggung.... itu resiko mu menjalin hubungan dengan suami orang yang tidak di layani istrinya."ucap Susan santai.

Tiara hanya memutar bola matanya tanpa mengatakan apapun.

"Trus.... Robert dimana? bukannya dia yang nganterin kamu kesini?"sambung Susan.

"Di telpon Tante Angelica suruh pulang. Katanya Sera ngamuk."jawab Tiara terkekeh mengingat bagaimana mama Robert menangis saat menelpon Robert.

"hhhhh... Wanita itu.. Ckckck dia adalah penghalang terbesar untuk rencana kita menguasai harta Robert."Ucapan Susan membuat rahang Tiara mengeras.

Mamanya selalu membahas tentang harta tanpa memikirkan perasaan Tiara.

Tiara terbiasa menahan perasaannya tanpa berani mengatakannya.

Ia mencintai Robert bukan mengincar hartanya.

Tiara tidak akan membiarkan mamanya melakukan itu ke Robert.

Tidak akan.

Tiara mengepalkan tangannya seolah menyalurkan tekadnya untuk menghentikan rencana sang mama untuk mendapatkan harta Robert. Tiara akan menikahi Robert karena cinta bukan harta dan itu akan terjadi.

Tak lama lamunan Tiara buyar saat mendengar suara sang suami.

"Mbak Susan ada apa? Kau menelpon ku dan menyuruh ku kemari?"tanya Deva tanpa basa-basi.

"Ah ini istri kamu mama suruh nginap sini. Kamu kan suaminya jadi harus ada disini dong Deva. Panggil mama jangan mbak!"ucap Susan.

"Sudahlah Susan aku benar-benar lelah jangan mulai drama kalian lagi. Aku akan tinggal disini karena aku masih menghormati Mas Azzam."ucap Deva sambil melangkah menjauhi mereka berdua.

"Cihhhh... kurang ajar sekali dia! Dia pikir aku nggak lelah apa bersandiwara di depannya! Harusnya dia menghargai usahaku dong!"kesal Susan.

Sedangkan Tiara sudah tak punya tenaga lagi untuk menanggapi mamanya.

Dia hanya diam tanpa mengatakan apapun.

Tiara tau Deva tidak melakukan kesalahan, suaminya adalah orang baik.

Semua ini adalah salah mamanya dan Tentunya juga dirinya sendiri.

Tiara sadar tapi tak mampu melakukan apapun, sebenarnya dia juga pion dalam bidak permainan ini.