TOLONG DI PERSIAPKAN MENTAL UNTUK MEMBACA CERITA INI YA KAWAN KAWAN...
Cerita ini menceritakan tentang Rere yang berumur 17 tahun mengalami kekerasan dan penculikan secara brutal, konflik hebat dan berat.
.....
Semilir angin sejuk dirasakan Rere ketika mobil sudah berjalan. Dia sama sekali tidak bisa mencerna semua kejadian 10 menit yang lalu. Tamparan Ben di pipinya sekarang terasa panas, namun entah kenapa rasa itu sekarang menghangatkan hatinya. Perilaku Ben yang kasar sekaligus lembut tadi benar-benar menggugahnya. Rere juga tidak bisa memutar otaknya untuk bertindak lebih lanjut. Rasa luar biasa lelah menggerogoti tubuhnya sekarang. Kedua kelopak matanya yang indah itu sekarang terasa berkilo-kilo beratnya. Rere memejamkan mata mencoba mempelajari apa yang sekarang dirasakannya dalam hati. Dia bahkan sempat merasakan Ben membelai rambutnya sambil berbisik “I’m really sorry Re…” sebelum dia terlelap tertidur terbawa alam bawah sadarnya untuk mengistirahatkan hati dan tubuhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MegaHerdian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
05.Konflik berat
Kemudian, Ben menarik dagu Rere yang tertunduk membuat dia menengadah menatap Ben. Dia melihat keempat pemuda itu sudah ada di hadapannya lagi. Ben melihat setitik air mata tercetak di mata Rere. Bukan air mata sedih dan takut yang dikeluarkan Rere. Tetapi air mata menahan sakit di perutnya.
"Cantik juga ya kamu… kalau kaya gini…" senyum Ben menyeringai sambil menghapus aliran darah yang mengalir di dagu Rere.
"Kalo seandainya kamu nurut sama aku, gak bakal jadi begini sayang…" ucap Ben lagi.
Sedari awal bertemu dengan ke empat pria ini, Rere merasakan hawa yang berbeda dari Ben.
Dia memiliki aura yang berbeda, mulut manisnya yang menutupi kebejatan dirinya mungkin iblis pun akan malu melihat nya.
"Tolong… jangan ganggu gue.. tolong, jangan perkosa gue. Gue masih perawan…" ucap Rere mencoba bernegosiasi lagi.
"Perjanjiannya udah berubah sekarang sayang… kalau kamu seandainya nurut, mungkin aku akan membela kamu biar gak usah diperkosa rame-rame… sekarang kamu engga ada pilihan lagi say…"Rere menyisir rambut Rere ke belakang telinganya, menyapu lembut pipi mulusnya yang kini penuh dengan luka.
Rere masih belum mau menyerah dengan kenyataan ini. Dengan melupakan rasa sakit diperutnya yang teramat sangat, dia kembali mendorong tubuh Ben sehingga menubruk teman-teman Ben yang tepat berada di belakangnya.
Lalu dengan langkah seribu dia berlari kearah pintu menuju gerbang sekolah. Dia terus berlari. Entah kekuatan darimana tetapi dia memacu kakinya untuk terus berlari.
Tiba di gerbang, Rere menggedor-gedor gerbang dengan keras.
"TOLONG… TOLONG!!!!" katanya kuat-kuat.
Lalu Rere menoleh ke belakang dan di lihatnya keempat pemuda itu sudah semakin dekat. Rere kembali berputar untuk berlari. Dia tahu dia harus terus berlari. Menoleh sebentar kebelakang memastikan dia cukup jauh untuk bersembunyi dan tiba-tiba tanpa sadar, kakinya terantuk keras ke tiang penyangga rantai parkir dan terjatuh keras ke lantai aspal parkiran sekolahnya.
Langsung saja, denyut kesakitan yang luar biasa di lutut Rere hampir mengaburkan pandangannya, berkunang-kunang sebentar kaki Rere terasa sakit bukan kepalang.
Rere memegang kakinya. Bagaikan tertiban batu besar yang meremukkan kakinya, Rere merasa bahwa lututnya menyiksanya.
Matanya langsung berair mencoba menahan sakit. Rere merintih menggigit bibirnya sendiri sambil memegang lututnya. Ketika dia coba untuk bangkit berdiri. Lutut dan tulang keringnya serasa tidak bersahabat. Rere terjatuh lagi.
"Ha.. ha.. ha…" Terdengar tawa keras yang sangat dekat. Di depannya Ben dan teman-temannya sudah berdiri tepat mengelilingi Rere. Rere sangat takut kalau Ben akan memukulnya lagi. Dia sudah sangat kesakitan. Tetapi dia tidak bisa berlari lagi. Dia merasakan kaki kanannya yang terantuk tiang sepertinya patah dan tidak bisa diajak untuk berlari.
"Rere… kok bisa jatuh? Engga liat jalan ya say…!" Belai Ben di rambut Rere mengikuti cemoohannya. Rere sudah sangat ketakutan sekarang. Ben mulai menggerayangi Rere yang sudah tidak berkutik lagi walaupun tak ada Sam yang memeganginya dari belakang.
Ben... Bukan manusia dia benar-benar iblis.
Rere berharap dia mati saja setelah ini, apa yang dia harapkan setelah ini, rasa takut dan trauma menyelimuti dirinya, pikirannya terasa kalut hatinya sesak di tambah tubuhnya terasa remuk lebur berkeping-keping.
Di khianati, di sakiti dan di siksa oleh sekawan pemuda yang bahkan belum pernah dia temui sebelumnya..
Rere berusaha menyeret tubuhnya mundur menghindari keempat orang tersebut walaupun dia tahu hal itu tidak akan membantu banyak.
Tiba-tiba Ben menjambak kasar rambut Rere dan menjambaknya keras. Sementara tangan kanan Ben menekan keras lutut Rere dimana warna biru kemerahan sudah membilur pucat mengotori warna putih mulus di sana.
"Ahh…!" Rere mengerang kesakitan. Seakan Ben tidak menghiraukan Rere dan ingin membuatnya sakit lebih dalam lagi, Ben terus menekan kuat lutut Rere yang sudah membiru kehitaman.
Air mata mengalir deras di pipi Rere menahan sakit yang teramat sangat di kakinya yang membiru. Dia sadar sudah tidak ada jalan keluar lagi.
"Sakit ya say…?" Tanya Ben mesra, sementara ketiga temannya tersenyum puas. Merasa mangsanya sudah tidak bisa berkutik lagi. Mereka senang tidak ada adegan kejar-kejaran lagi.
"Tapi kamu tambah cantik kalau kesakitan gini…!" sambung Ben lagi. Rere merasa jijik dan marah terhadap keempat orang tersebut.
Tetapi yang pasti sakit di kaki ini tidak seberapa dibanding sakit hatinya terhadap Ika dan Albie. Kenapa mereka berdua begitu tega bersekongkol untuk menyakitinya. Dia tidak mengerti apa salahnya kepada Ika. Dan mengapa Albie bisa berbuat sejauh ini karena penolakannya.
Tiba-tiba Rere merasakan tangan Ben sudah berpindah dari lutut naik ke paha jenjangnya, dia mengelus lembut kedua paha miliknya, tatapan matanya membuat Rere mati, tatapan dingin dan buas.
Tangan Ben semakin naik meraba daerah sensitif segitiga Rere. Kali ini dia menarik celana dalam Rere. Menurunkannya kebawah sehingga celana dalam itu merosot ke bawah menunjukkan kemaluan Rere dengan jelas. Berusaha untuk terus sadar. Rere merasakan sakit kembali di lututnya ketika celana dalamnya ditarik paksa dan mengenai kakinya yang jenjang.
Rere sadar dirinya sudah setengah telanjang saat seragam putih abu-abunya dirobek paksa oleh keempat pemuda tersebut. Tapi sekarang, tanpa pembungkus segitiga itu, Rere merasa sudah telanjang bulat meskipun seragam compang-camping nya masih tersanggah di badannya walaupun tidak bisa menyembunyikan sempurna seluruh anggota badannya.
"Tolong… Ben…jangan perkosa gue… Gue akan kasih apa aja yang lo mau asal jangan perkosa gue… tolong…" Seru Rere memelas.
Rere tidak menyerah dia tetap berusaha untuk bernegosiasi walaupun itu satu hal yang percuma sekarang.
Bahkan tubuh nya sekarang terasa seperti bangkai yang siap di terkam singa buas.
"Wah, dia udah tau nama lo Ben… Ha…ha…haa…ternyata cewe ini udah kenalan ma lo ya Ben?!" Celetuk Dave tepat di samping.
Ledekan itu terus terdengar di telinga Rere yang terus berdengung, Rere masih mencoba untuk tetap sadar, menurut Rere Ben mungkin ketua kelompok dari para lelaki itu.
Ada air mata menetes tepat di dada Rere yang terbuka. Ben menyeka air mata itu sambil berusaha membuka bra hitam yang Rere kenakan hari itu.
"Tolong… Ben…jangan!" mohon Rere sambil memegang tangan Ben yang berusaha melepas bra-nya dengan kedua tangannya.
"Sebutin aja angkanya, gue bakal usahain…Tapi jangan perkosa gue… please…" Rere mengiba dengan berlinangan air mata.
Ben tidak menghiraukan ricauan yang keluar dari mulut Rere dia masih terus berusaha menjamah tubuh indahnya.
Sebenarnya siapa yang menyuruh mereka melakukan ini padanya...
Air mata semakin menjalar membasahi pipinya, Perasaan Rere benar-benar kalut, dia merasa hidupnya hancur, apa yang tersisa setelah nya...
bikin ben menyesal dan semua org yg pernah benci rere menyeaal.... bukanrere aja yg sellu disiksq lama2 emosi juga.. bacanya
Hebatt bgt km thor..sehari 2x ..
aq ma suami sminggu 2x atau kadang sminggu 1x..sama2 repot,sama2 pasif mainnya,kpn2 bagi tips ya thor hehehehe