Mereka sama-sama pendosa, namun Tuhan tampaknya ingin mereka dipertemukan untuk menjalani cinta yang tulus.
Raka dan Kara dipertemukan dalam suatu transaksi intim yang ganjil. Sampai akhirnya keduanya menyadari kalau keduanya bekerja di tempat yang sama.
Kara yang supel, ceria, dan pekerja keras. Berwatak blak-blakan, menghadapi teror dari mantan suaminya yang posesif. Sementara Raka sang Presdir sebenarnya menaruh hati pada Kara namun rintangan yang akan dihadapinya adalah kehilangan orang terpenting di hidupnya. Ia harus memilih antara cintanya, atau keluarganya. Semua keluarganya trauma dengan mantan-mantan istri Raka, sehingga mereka tidak mau lagi ada calon istri yang lain.
Raka dan Kara sama-sama menjalani hidupnya dengan dinamika yang genting. Sampai akhirnya mereka berdua kebingungan. Mengutamakan diri sendiri atau orang lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septira Wihartanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Thirty
“Kamu sudah boleh pulang besok.” Kata Raka sambil masuk ke dalam kamar Kara bersama dengan Alan, Elang dan Guntur.
“Alhamdulillah...” Kara menyeringai.
“Malam ini kamu...”
Alan menghampiri Kara, menarik meja sampai ke depannya, lalu Guntur meletakkan laptop di depan Kara, dan Elang membuka-buka bantex sambil mengernyit.
“Malam ini kamu jadi notulen meeting.” Kata Raka dengan mimik wajah serius. “Karyawan bagian Finance dan Marketing demo karena kami akan melay-off hampir semua timnya, Caitlyn kami pulangkan lebih awal karena takut dia malah nggak bisa pulang. Kasihan Audrey soalnya. Tim lain akan menyusul setelah ini.”
“Dan kenapa meetingnya di ruangan ini?”
“Karena tidak ada yang akan menebak kalau kami meeting di sini. Heheheh.”
“Jadi mereka juga demo di rumah bapak yaaaa...?” tebak Kara.
“Betul.” Jawab mereka serentak.
“Jadi kantor dikosongkan?” tanya Kara.
“Yaaaa.” Sahut semua.
“Dan live di online shop dihentikan?”
“Kami blokir dulu semua, ada indikasi digunakan untuk media protes.” Kata Alan sambil membuka laptopnya sendiri.
“Hitung kerugian atas pemblokiran live online shop, akan dibebankan ke provokator demo.” Geram Raka.
“Ketua Aspirasinya Sunandar, Pak. Tampangnya muncul di medsos.” sahut Elang.
“Pak Sunandar bukannya Manajer Finance ya? Berkali-kali loh dia melayangkan somasi ke Tim Audit gara-gara temuan kami.” Kata Kara.
“Iya tuh, rivalnya Gita, khehehehe.” Goda Elang.
“Somasi itu sudah sampai di meja saya berkali-kali. Somasi ke rekan kerja sendiri, dan ada buktinya pula. Jelas kami marah lah, dipikir manajemen ini sirkus?!” sahut Raka makin emosi.
“Kalian tahu nggak sih...” Kara lalu menceritakan penderitaan mereka selama Tim Audit berurusan dengan Manajer Finance.
Sunandar sudah 20 tahun bekerja di Topaz. Dari yang awalnya Internship, sampai dia diangkat jadi manajer. Berbagai divisi sudah pernah ia coba, dan jabatan terakhirnya adalah Manajer Finance.
Ia menganggap semua pekerjaan orang lain tidak sempurna. Dan karena dia sudah pernah mencoba berbagai Divisi, jadi dia memiliki celah untuk menyangkal semua tuduhan. Karena ya sudah tahu trik-triknya. Sunandar adalah Kadiv Audit sebelum Gita, dan setelah Sunandar diangkat menjadi Manajer Finance, Gita pun masuk mengisi jabatan Kadiv Audit setelahnya.
Dan banyak sekali laporan-laporan yang tidak sesuai SOP diloloskan di jaman Sunandar.
Tentu saja Komisi Audit Kantor Pusat di bawah kepemimpinan Elang menuduh kerja Gita tidak beres. Gita pun tidak serta merta menerima hal itu, ia pun membeberkan semua laporan kalau Sunandar lah yang berbuat di luar ketentuan.
Sayangnya saat itu, Sunandar dilindungi oleh Nuna. Dan Nuna masih menjadi istri Raka. Gita tak bisa berbuat apa pun, Elang pun akhirnya memberikan solusi untuk mempetikemaskan semua temuan dan merombak peraturan dari awal. Adapun mengenai kerugian yang ditimbulkan, Elang meminta Raka untuk menutupi semua dengan suntikan modal. Untung saja, kerugian ini bisa ditanggulangi saat Caitlyn naik jabatan dan berhasil menciptakan sebuah inovasi yang membawa nama Topaz melejit memimpin pasar. Caitlyn yang memimpin Divisi Marketing saat itu tak terkalahkan, berhasil membawa Deviden mencapai titik tertinggi. Modal yang awalnya disuntikkan Raka berbuah manis.
Dan Raka pun bercerai dari Nuna.
Karena perceraian itu, Gita kini bisa bergerak.
Sunandar sudah tidak dilindungi Nuna lagi, dan Gita berkali-kali mengirimkan surat peringatan ke Tim Finance mengenai penyimpangan mereka.
“Iya sering dia langsung ke ruangan kami untuk mencak-mencak. Bahkan dokumen kami dilempar-lempar. Kami jadi terbiasa memiliki copy dari semua lembar, bahkan Bu Gita sampai beli kertas dan tinta printer pakai uangnya sendiri karena biaya operasional kami membengkak. Orang sering bertanya, audit kok konsumsi kertas dan tinta jumlah besar? Kan tugasnya cuma periksa-periksa. Padahal kami mengcopy semua dokumen master yang masuk agar kalau Pak Sunandar mengacak-acak ruangan kami lagi, kami sudah punya copynya.”
“Kenapa tidak kalian scan saja?” kata Elang.
“Mesin scan kami rusak mereka banting, dan saat kami mengajukan mesin baru tidak diacc sama Tim Finance.” Kata Kara.
“Kalian mengajukan pengadaan CCTV?”
“Jelas mengajukan, tapi tidak di acc oleh-“
“Tim Finance.” Potong semua.
“Hem.” Kara mengangguk sebal.
“Jadi selama ini kalian ngeprint dan mengopi dokumen menggunakan apa?”
“Bu Gita beli mesin printer sendiri.” Kata Kara. “Tapi sepertinya dia tidak mampu membeli mesin scanning.”
“Astaga...” Raka menggelengkan kepalanya.
“Naikkan Gaji Gitaaa!” seru Elang sambil merentangkan tangannya.
“Kami akan mengganti semua kerugian, dengan atau tanpa kwitansi.” Sahut Raka.
Siti dan Jason masuk ke dalam kamar Kara, lalu Jason mulai memperlihatkan berbagai tayangan mengenai aksi protes dan penyampaian aspirasi mengenai kebijakan Topaz Industries yang beredar di semua layar.
Lalu mereka pun terdiam sambil mendengarkan berita mengenai Demo di kantor Topaz dan rumah Raka.
“Raidan dimana?” tanya Kara ke Raka.
“Rumah Mbak Step.” Sahut Raka.
Kara mengangguk sambil menghela nafas lega.
“Dapat semua namanya, tidak semua Tim Finance ada di lokasi, kebanyakan malah karyawan yang tidak dikenali sistem.” Kata Jason.
“Orang bayaran Sunandar kayaknya khehehehe.” Kata Elang. “Orang Finance tidak sebanyak yang tertangkap di sana. Apalagi demo dibagi ke dua lokasi.”
Lalu semua diam lagi sambil menonton.
Terdengar pintu kamar Kara diketuk perlahan setelah itu.
Kepala Gita tampak mengintip dari jendela kecil disekat pintu.
“Permisi?” tanyanya ragu.
“Gita!!” seru Raka sambil menunjuknya.
“Hah?!” sahut Gita langsung khawatir. “Baik Pak?!” ia tampak waspada dan kaget.
“Gajian besok, kamu dapat bonus dua kali gaji, termasuk kamu rinci berapa mesin operasional yang kamu beli sendiri. Kami akan menggantinya.”
Gita jelas melongo mendengarnya.
Ia menatap Kara dengan mata terbelalak, Kara pun memberinya isyarat jempol.
Dan sesaat kemudian matanya tampak berkaca-kaca.
Bu Gita sampai tak dapat berkata-kata saking bahagianya.
“Anuu Pak, kalau boleh biaya pemanggilan ahli spiritual juga diganti ya, karena berkali-kali Bu Gita dikirimin santet.” Kata Eris.
“Ruqyah yang terakhir itu juga habis 20 jutaan tuh.” Desis Puspa. “Biaya perjalanan menelan beban paling banyak.”
“Kalian berpikir tim Finance yang mengirimkan semua itu?” tanya Raka.
“Di ruangan kami memang tidak ada CCTV. Tapi di koridor kan ada, Pak.” Kata Puspa. “Kami simpan rekamannya loh. Kalau orang Finance datang menyusuri koridor yang menuju ke arah ruangan kami, seringnya dini hari, membawa bungkusan di tangan mereka. Kami memang tidak memiliki bukti kuat apakah di dalamnya adalah benda ghaib untuk mencelakai kami atau lainnya. Hal-hal mistis sulit dibuktikan secara pidana. Tapi kalau pakai logika, ngapain mereka ke ruangan Audit jam 2 dini hari? Jam 12 tengah malam?! Dan paginya di ruangan kami sudah ada tanah merah lah, kotak isinya kotoran manusia lah, Buhul lah... macam-macam!”
“Dan Bu Puspa beberapa kali muntah darah, muntah rambut, batuk belatung, jarum keluar dari mata... pas ke rumah sakit laporannya sehat wal afiat.” Sambung Eris.
Semua terdiam sambil menggelengkan kepala.
Kara hanya angkat bahu meng-iyakan semua itu.
Yang Tim Finance tidak bisa prediksi adalah...
Perceraian Raka dengan istri-istrinya, juga Pertemuan Kara dengan Raka.
Yang mengubah semua rencana pesta pora mereka.
Jaman sekarang, Pembalasan itu cepat sekali timbulnya ya. Hati-hati kalau berniat jahat.