Di negeri fantasi Qingya, seorang gadis bernama Lian Yue tiba-tiba membangkitkan Spirit Rubah Perak sebelum usianya genap 18 tahun—sesuatu yang mustahil dan sangat berbahaya. Kejadian itu membuat seluruh sekte mengincarnya karena dianggap membawa warisan kuno.
Saat ia kabur, Lian Yue diselamatkan oleh pewaris Sekte Naga Hitam, Shen Ryuko, lelaki dingin dan kuat. Namun ketika tubuh mereka bersentuhan, Qi mereka saling menyatu—tanda bahwa mereka adalah pasangan ritual yang hanya bisa diaktifkan lewat hubungan intim.
Sejak itu, keduanya terikat dalam hubungan berbahaya, penuh gairah, dan diburu para sekte yang ingin merebut kekuatan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S. N. Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 — Rahasia Permaisuri
Fajar telah menyingsing di atas Ibu Kota Kekaisaran, menyinari Paviliun Tersembunyi dengan cahaya yang lembut, tetapi udara di sekitar Lian Yue dan Ryuko terasa tegang dan penuh kewaspadaan. Mereka sedang bersiap untuk melarikan diri, memahami bahwa setiap menit yang mereka habiskan di Istana hanya menambah bahaya.
Lian Yue telah selesai berganti pakaian, mengenakan gaun kulit sederhana yang diselamatkan dari koper perjalanannya—pakaian yang lebih cocok untuk melintasi hutan daripada menghadiri perjamuan. Ryuko memeriksa Formasi isolasi di sekeliling paviliun, memastikan tidak ada mata-mata yang mendekat.
Tiba-tiba, sebuah cahaya emas samar berdenyut di pergelangan tangan Lian Yue. Cahaya itu berasal dari benang sutra tipis yang entah bagaimana telah terikat di sana—ia baru menyadari benang itu pasti dipasang oleh Permaisuri selama kunjungan singkatnya.
Sebuah suara merdu, sedingin es sungai, bergema hanya di dalam pikiran Lian Yue.
“Nona Lian Yue. Aku menunggumu di Kamar Phoenix. Hanya kau. Jika Pewaris Naga Hitam menemanimu, anggaplah tawaran persahabatan ini ditarik.”
Ryuko segera merasakan fluktuasi Qi di sekitar Lian Yue. "Apa itu?"
Lian Yue menunjukkan benang sutra emas itu. "Permaisuri Lin Yuying. Dia memanggilku. Sendirian."
Ryuko mendesis marah. Sisik-sisik hitam muncul samar di punggung tangannya, tanda Naganya siap untuk meledak. "Itu adalah jebakan! Dia mencoba memisahkan kita. Jangan pergi. Kita pergi sekarang, melalui jalur darat."
"Tidak," kata Lian Yue, tatapannya tenang dan tegas. Ia mengencangkan genggamannya pada tangan Ryuko. "Justru karena ini jebakan, aku harus pergi. Jika kita melarikan diri sekarang, dia akan memburu kita dengan seluruh kekuatan Kekaisaran, dan Istana akan memiliki alasan sah untuk menyatakanmu sebagai pemberontak. Dia tahu aku tidak akan setuju. Dia hanya ingin memaksaku mendengarkan."
"Kau mempertaruhkan keselamatanmu demi permainan politiknya!" Ryuko menggeram, frustrasi.
"Aku mempertaruhkannya untuk informasi," balas Lian Yue. "Permaisuri Lin Yuying tidak tertarik pada Shen Zhaoling. Dia tertarik pada 'Warisan Purnama' dan bagaimana itu dapat mengendalikanmu. Aku harus tahu persis apa yang dia rencanakan sebelum kita pergi. Kita harus bermain sesuai aturannya, sekali saja, sebelum kita menghancurkannya."
Ryuko menatap mata Lian Yue. Ia melihat keberanian, bukan kepanikan. Ia melihat seorang Rubah yang telah memutuskan untuk menjadi Ratu-nya, bukan lagi mangsa. Ia menarik napas panjang, menenangkan Naganya.
"Baiklah. Aku akan mengizinkannya, tetapi Formasi Pengamat Qi-ku akan terpusat padamu. Tanda Sisik Nagamu akan berdenyut jika ada bahaya, dan aku akan menghancurkan Kamar Phoenix itu sampai ke fondasinya jika kau tidak kembali dalam waktu seperempat jam."
Lian Yue mengangguk. Ia mengusap Tanda Naga di lehernya. "Aku akan kembali."
Lian Yue menemukan Kamar Phoenix jauh di dalam Istana Bagian Dalam—sebuah ruangan yang dihiasi dengan permata api dan sutra merah menyala, berlawanan total dengan keindahan dingin Istana. Ruangan itu dipenuhi dengan Qi Burung Phoenix kuno, yang begitu padat hingga udara terasa berat.
Permaisuri Lin Yuying duduk di atas singgasana kecil, tampak seperti dewi api yang tenang. Kasim Zhao berdiri diam seperti patung di sampingnya.
"Kau datang," kata Permaisuri, senyumnya dingin. "Sebuah pilihan yang bijaksana. Hanya Rubah yang cerdas yang tahu kapan harus memisahkan diri dari arogansi Naga."
"Hamba datang untuk mendengarkan, Yang Mulia," balas Lian Yue, membungkuk formal, Qi Rubahnya berjuang untuk menahan tekanan Qi Phoenix.
"Duduklah," perintah Permaisuri, menunjuk ke sebuah bantalan di lantai.
Lian Yue duduk.
Permaisuri tidak berbasa-basi. "Kau telah melihat, Nona Lian Yue, bahwa kau adalah target. Lord Hei Wenzhan mengincarmu. Pangeran Yu Liang mengincarmu. Dan seluruh Istana, termasuk Aku, mengincarmu. Tapi izinkan aku mengungkapkan mengapa."
Permaisuri Lin Yuying memajukan tubuhnya, tatapannya menembus.
"Ribuan tahun yang lalu, Kekaisaran ini didirikan oleh Klan Naga Hitam dan Klan Phoenix Emas. Kedua Klan itu terikat oleh sebuah ramalan yang disebut Warisan Purnama."
Lian Yue mendengarkan dengan saksama.
"Warisan Purnama bukanlah batu giok spiritual," lanjut Permaisuri. "Itu adalah Ikatan Takdir antara Rubah Perak Murni—seorang Yueyin—dengan keturunan Naga Hitam. Rubahmu membawa Qi Yin yang begitu murni sehingga dapat menjadi saluran energi Purnama yang tak terbatas. Itu adalah kunci bagi Ritual Kebangkitan. Dan Naga Hitam, dengan Qi Yang purba dan posesifnya, adalah satu-satunya wadah yang dapat menahan dan memurnikan Qi Yin yang meledak itu."
"Ryuko tahu bahwa untuk memurnikan Qi-nya sendiri, ia harus menyerap Qi-mu. Itu adalah setengah kebenaran," desis Permaisuri. "Kebenaran penuhnya adalah: Jika Ritual Ikatan Tubuh terjadi tanpa kendali eksternal, Qi gabungan kalian akan meledak, menciptakan energi yang mampu menghancurkan Istana Kekaisaran dan mengembalikan Kekuatan Naga Hitam yang lama, membuat mereka tidak tertandingi oleh siapa pun, termasuk Klan Phoenix."
Lian Yue terengah. Ini bukan hanya tentang kekuatan spiritual; ini tentang gejolak politik yang mengancam struktur kekuasaan.
"Istana Kekaisaran tidak takut pada Naga Hitam yang berkuasa," kata Permaisuri dengan dingin. "Kami takut pada Naga Hitam yang tidak terkendali. Jika Ryuko kehilangan kendali atas dirinya dan Naganya mengklaimmu secara paksa, dia akan menjadi bencana. Itulah sebabnya kami membiarkan Shen Zhaoling membuat masalah—kami berharap konflik batin Ryuko akan membuatnya tergelincir, dan Istana akan punya alasan untuk melenyapkannya sebelum Ritual terjadi."
"Kami tidak berniat menghancurkan Warisan Purnama," tutup Permaisuri. "Kami berniat mengatur Warisan Purnama. Kami ingin kau, Nona Lian Yue, berdiri di sisi Kekaisaran. Aku akan memberimu Formasi Perlindungan Phoenix yang akan memisahkanmu dari kendali naluriah Ryuko. Kau akan menggunakan Qi Yin-mu, di bawah pengawasan kami, untuk menyeimbangkan Qi Yang Ryuko, menjadikan Naga Hitam itu sebagai perisai dan pelayan Kekaisaran, bukan sebagai Tuan yang baru."
Lian Yue menyerap setiap kata. Ia menyadari realitas yang mengerikan: Permaisuri melihatnya sebagai regulator biologis Ryuko. Dia adalah tombol pengatur untuk bom Naga.
"Kau melihatku bukan sebagai manusia, Yang Mulia," kata Lian Yue, suaranya tenang, meskipun Qi-nya kini bergejolak. "Kau melihatku sebagai Formasi Spiritual yang berjalan, alat untuk menundukkan Sekte Naga Hitam."
Permaisuri Lin Yuying tersenyum, senyum bangga. "Semua orang adalah alat, Nona. Tetapi kau adalah alat yang paling kuat. Kau memiliki pilihan: menjadi budak naluriah Naga Hitam, atau menjadi Dewi Spiritual di bawah perlindungan Kekaisaran, mengendalikan Takdirmu dan Takdirnya."
Lian Yue berdiri. Ia menolak Qi Phoenix yang memikat itu, memfokuskan pikirannya pada Qi Naga Ryuko yang ia rasakan mengintai di luar paviliun, cemas menunggu.
"Terima kasih atas pencerahanmu, Yang Mulia," kata Lian Yue. "Tetapi aku telah membuat Ikatan Takdirku. Ryuko mungkin adalah Tuan yang keras, tetapi dia jujur. Dia ingin menguasai, tetapi dia tidak pernah berbohong tentang hasratnya."
Lian Yue menatap langsung ke mata Permaisuri. "Kau menawarkan kendali, tetapi kau juga menuntut ketaatan. Aku lebih memilih kemarahan yang jujur dari Naga-ku daripada persahabatan yang licik dari Phoenix."
Permaisuri Lin Yuying menghela napas, kekecewaan melintas di matanya. "Keputusan yang disesalkan. Kau menyia-nyiakan kekuatanmu. Pergilah. Tetapi ingat, Nona Lian Yue. Waktu perlindunganmu telah berakhir. Istana tidak akan lagi berusaha melindungimu dari takdirmu. Kami akan menunggu. Dan jika Naga Hitam itu menghancurkan dirinya sendiri, kami akan membersihkan puing-puingnya dan menguasai sisanya."
Lian Yue membungkuk dan segera meninggalkan Kamar Phoenix.
Ia berlari kembali ke paviliun. Ryuko menunggunya di ambang pintu, Qi-nya siap meledak.
"Apa yang dia katakan?" tuntut Ryuko, meraih bahu Lian Yue, mencari konfirmasi bahwa dia baik-baik saja.
Lian Yue menceritakan semuanya dengan cepat—Ramalan, Warisan Purnama, ancaman Ryuko terhadap Istana, dan niat Permaisuri untuk menggunakannya sebagai regulator.
Ryuko mendengarkan, matanya menjadi semakin gelap. Ketika Lian Yue selesai, Ryuko menggenggam tangan Lian Yue erat-erat, tidak lagi dengan posesif, tetapi dengan urgensi yang mutlak.
"Kita telah menjadi bom politik, Lian Yue," kata Ryuko, suaranya dipenuhi bahaya yang dingin. "Mereka tidak akan membiarkan kita pergi. Mereka akan memenjarakan kita. Kita tidak bisa meminta izin untuk pergi."
Ryuko menoleh ke arah jendela yang menghadap ke hutan gelap di luar tembok Istana.
"Kita pergi sekarang," Ryuko memutuskan, Qi Naganya berputar cepat. "Kita akan menembus barisan mereka, di bawah kegelapan malam. Kita akan membuktikan kepada seluruh Kekaisaran bahwa Naga Hitam tidak akan pernah melayani Phoenix Emas."