NovelToon NovelToon
PEMBALASAN Di KEHIDUPAN KEDUA

PEMBALASAN Di KEHIDUPAN KEDUA

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Balas Dendam / Mengubah Takdir / Putri asli/palsu / Chicklit
Popularitas:30.9k
Nilai: 5
Nama Author: Mama Mia

Reina, seorang siswi yang meninggal karena menjadi korban buly dari teman temannya.
Di ujung nafasnya dia berdoa, memohon kepada Tuhan untuk memberikan dia kesempatan kedua, agar dia bisa membalas dendam pada orang orang yang telah berbuat jahat padanya.

Siapa sangka ternyata keinginan itu terkabul,
dan pembalasan pun di mulai.
Tetapi ternyata, membalas dendam tidak membuatnya merasa puas.
Tidak membuat hatinya merasa damai.
Lalu apa yang sebenarnya diinginkan oleh hatinya?

Ikuti kisahnya dalam

PEMBALASAN DI KEHIDUPAN KEDUA

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

32

Melihat ibunya telah kembali tertidur pulas, Reina ikut kembali memejamkan mata. Bayang-bayang mimpi buruk yang baru saja dilihat sesaat lalu, kembali berputar di depan mata. Semakin nyata semakin terlihat jelas. Tak hanya itu, semua kilasan kehidupannya yang lalu ikut hadir berputar seperti tayangan film klasik.

Bisikan-bisikan samar tentang Ibrahim Herlambang, prajurit Hera, dan peperangan terus bergema dalam pikirannya. "Panglima, aku mengingatmu" gumamnya lirih.

Keesokan harinya, Reina tampak lebih bersemangat. Ia akan pergi ke sekolah dan bertemu dengan Panglima Ibrahimnya.

“Ayo sarapan, Sayang.” Nyonya Sumitra, mamanya telah menyambutnya dengan senyum ceria. Mamanya tidak tahu apa yang terjadi kemarin Karena pada saat itu mamanya sedang tidak berada di rumah.

Starla tampak menghindari bertatapan dengannya. Masa bodoh, dia tidak peduli. Asalkan Starla tak lagi membuat masalah, maka Ia juga tak akan mengusik nya.

“Selamat pagi, Ma.” Reina memberikan pelukan dan ciuman di pipi mamanya.

Setelah itu gadis itu menarik kursi untuk Bu Marni duduk. Dan dia sendiri juga siap untuk duduk berdampingan Bu Marni. Ia tidak memperdulikan Nyonya Wulan yang sepertinya tidak menyukai keberadaan ibunya. Sejak awal dia sudah bilang, jika ibunya tidak diperbolehkan makan satu meja dengan mereka, maka dia juga tidak akan makan di sana. Ia tahu, di rumah itu hanya mamanya yang benar-benar tulus menerima kehadiran Bu Marni.

“Apa Papa tidak berhak mendapatkan itu juga?” Belum sempat Reina duduk, Tuan Adiguna menatapnya dengan pandangan sendu.

Masih merasa enggan, sekaligus segan, tapi Reina mendekat juga. “Selamat pagi, Pa,” ucapnya.

Tuan Adiguna tersenyum, “Terima kasih, Sayang,” ucapnya tulus.

Sambil mencium papanya, Reina melirik ke arah Starla. Gadis yang duduk bersebelahan dengan Nyonya Wulan itu tampak mengetatkan rahang. Tangannya yang memegang sendok dan garpu terkepal erat.

Reina tersenyum menyeringai. “Perlahan-lahan, apa yang sebelumnya kau pikir adalah milikmu, akan kembali padaku,” gumamnya dalam hati.

Mereka makan lagi dengan tenang. Tak ada suara terucap. Hanya denting sendok dan garpu beradu dengan piring yang terdengar memenuhi udara.

“Kalian sudah siap? Papa akan mengantar kalian ke sekolah.” Tuan Adiguna menyudahi kunyahan di mulutnya, meneguk segelas air putih, selalu membersihkan mulutnya dengan tisu.

“Tapi, Pa. Starla mau naik mobil sendiri seperti sebelumnya. Starla…”

“Tidak! Mulai sekarang Papa yang akan mengantar kalian ke sekolah. Pulangnya sopir yang akan menjemput.” Tuan Adiguna mulai bersikap tegas pada Starla.

Bukan ingin membatasi, tetapi tidak ingin kejadian di mana Starla menyerempet orang hingga masuk kantor polisi terulang kembali. Di kantor polisi Starla bukanya meminta maaf Tetapi malah bersikap pongah. Kini, Ia menyadari selama ini telah salah mendidik Starla, membiarkan saja bersikap semaunya, hingga membuat Gadis itu menjadi semena-mena.

Selain itu, Pria tua itu ingin mulai membangun keakraban dengan putrinya. Ia juga mengurangi aktivitasnya di luar rumah. Menyerahkan sebagian pekerjaan kepada orang kepercayaan. Tidak lagi pulang larut malam.

Kehadiran Reina, dan sikapnya yang cuek seolah tidak mengharapkannya, membuat hatinya tercubit.

Jika dulu saat hanya ada Starla, sikap Starla yang selalu bahagia hanya dengan diberikan uang, membuatnya merasa segalanya bisa dibeli dengan uang, termasuk kebahagiaan. Tapi kini setelah Reina hadir, dan Reina yang lebih menyayangi Bu Marni daripada dirinya maupun istrinya, barulah ia sadar, ternyata harta bukanlah segalanya.

Reina mendorong kursi yang didudukinya ke belakang lalu berdiri. Piring dan gelasnya sendiri, dan juga bekas makan Bu Marni Ia bawa ke belakang. “Ibu duduklah! Biar Rei saja.” Reina mencegah gemarnya yang hendak ikut ke belakang.

“Biarkan nanti pelayan saja yang mencucinya, Sayang.” Tuan Adiguna yang melihat itu, berseru.

“Hanya mencuci dua buah piring, tidak akan memakan waktu 5 menit.” Reina tidak menghentikan langkahnya.

Tuan Adiguna tertegun. Tiba-tiba saja ia jadi membandingkan antara Reina dengan Starla. Seumur hidupnya starla tidak pernah melakukan hal remeh seperti itu. Muncul perasaan bangga dalam dadanya, hingga menerbitkan sebuah senyum manis.

Starla mengepalkan tangannya. “Kurang ajar, rubah ini benar-benar suka mencari perhatian. Kalau seperti ini, seluruh kasih sayang papa akan benar-benar beralih padanya.”

“Ehh,,, Non. Biar Bibi saja.” Seorang pelayan yang merasa sungkan datang mendekat. Reina ingin tetap melakukannya sendiri, tetapi pelayan itu dengan cekatan sudah mengambil apa yang dipegangnya.

“Terima kasih ya Bi,” ucap Reina tulus.

“Sama-sama, Non. Ini kan memang sudah pekerjaan Bibi.”

Reina mengangguk lalu pergi dari tempat itu meninggalkan bibi pelayan yang memandangnya dengan tatapan kagum. Selama ini tak pernah ada yang mengucapkan terima kasih. Tapi saat ini dia benar-benar mendengarnya.

***

“Ini uang jajanmu!” Tuan Adiguna meraih tangan Reina dan meletakkan sebuah kartu berwarna kuning di atas telapak tangan gadis itu.

Saat ini mereka telah sampai di depan gerbang sekolah Reina. Tuan Adiguna sengaja duduk di jok tengah diapit oleh dua putrinya. Ia benar-benar ingin mendekatkan diri pada Reina.

“Aku sudah mendapatkan uang saku dari Mama, Pa.” Reina berpura-pura menolak kartu itu. Padahal sebenarnya dia hanya ingin mengambil hati Adiguna lebih dalam lagi. Karena ia tahu, itu akan semakin membuat starla merasa panas.

“Tidak apa, yang ini dari Papa. Maafkan papa karena tidak mendampingi tumbuh kembangmu selama ini. Papa akan berusaha untuk menebus semua waktu kita yang hilang.” Tuan Adiguna menggenggam tangan putrinya, menatap wajahnya teduh.

Reina tertegun, awalnya dia hanya ingin memanfaatkan Tuan Adiguna untuk membalas dendam pada Starla. Tapi ketulusan pria tua itu, membuatnya gamang. Ada rasa bersalah dalam hatinya. Mungkin kini saatnya membuka hati, karena tuan Adiguna adalah Papa kandungnya. Apalagi dia tahu, papanya tidak turut andil dengan kejadian delapan belas tahun silam.

“Terima kasih, Pa.”

Mendapat pelukan dari Reina yang secara tiba-tiba, membuat tubuh Tuan Adiguna serasa kaku. Benarkah ini? Rasanya seperti tak percaya. Namun sejenak kemudian, pria itu tersenyum. Membalas pelukan putrinya, dan memberikan usapan lembut di punggung.

“Mana ponselmu?” Tuan Adiguna menengadahkan tangan setelah pelukan mereka terlepas.

Reina mengerutkan kening, untuk apa papanya meminta ponsel nya. Tapi ia mengulurkan nya juga.

Tuan Adiguna mengotak-atiknya sebentar, kemudian mengembalikannya pada Reina. “Papa sudah menyimpan nomor papa di ponselmu. Jangan ragu untuk menghubungi Papa Jika kamu membutuhkan apapun.”

Starla yang duduk di sebelah kiri Tuan Adiguna mengepalkan tangannya. Dulu semua milik papanya hanya dia yang menikmati, gini semua harus dibagi dengan Reina. Atas dasar apa si miskin ini tiba-tiba masuk dalam kehidupannya lalu mengambil segalanya? Kebencian pada Reina semakin memuncak.

***

“Kenapa Baim masih juga belum masuk sekolah?” Reina bertanya-tanya dalam hati. Ini adalah hari ke tiga teman sebangku sekaligus kekasihnya itu tidak nampak batang hidungnya. Dalam hatinya terbersit rasa cemas. Apakah mungkin sesuatu sedang terjadi pada Baim?

Ada rasa kecewa dalam hati Reina. Padahal sejak pagi dia begitu bersemangat, karena dia ingin segera bertemu dengan Baim. Ia ingin mengatakan, bahwa dirinya telah mengingat segalanya.

“Apa aku ke rumahnya sepulang sekolah nanti ya?”

1
🌞MentariSenja🌞
teman ada guna??? apa ini??
🌞MentariSenja🌞
kok aku jd begidik ngeri bayanginya... astaghfir
kalea rizuky
hahaha anak hasil jebakan tuh kelakuan kek jalang
sabil abdullah
luar biasa novel mu torrr sangat keren 👏👏👏
sabil abdullah
lha ini masih penasaran aku torrr
siapa mereka torrr
〈⎳ FT. Zira
masih bocah padahal.. tapi ngancemnyaa...🤧🤧
〈⎳ FT. Zira
0ak??/CoolGuy/
〈⎳ FT. Zira: /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨: burem/Casual//Casual//Casual//Casual//Casual//Casual//Casual//Casual/
total 2 replies
sabil abdullah
pohon akasia ikut tampil 🤣🤣🤣
sabil abdullah: laku di jual kalo harum torrr
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨: ha ha , habisnya gak tahu mau pilih pohon apa. yg ada sekitar rumah itu, ya itu lah yg aku ingat/Facepalm//Facepalm/
total 2 replies
Tiah Fais
baru kapok dah starla lagian jahat si jadi manusia
Diyah Pamungkas Sari
lg tor lg...!! ❤️❤️💪💪
yanah
memang sopir nggak laporan kalau rena di cilik, kok semua santai di rumah
🌞MentariSenja🌞
8tu???
🌞MentariSenja🌞
mrmbangunkan
🌞MentariSenja🌞
ponsel ponsel baim???
sabil abdullah
memang ngeri yang namanya wulan
sabil abdullah
mewek aku torrrr
sabil abdullah: terbaik /Good//Good//Good/
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨: ehh, aduh. aku gak punya tisyuu...
total 2 replies
〈⎳ FT. Zira
tendang 🐍nyaaa/Awkward/
〈⎳ FT. Zira
Syarat rubah kecil ini ke atas ranjang... errrr
syarat... /Drowsy//Drowsy//Drowsy/
〈⎳ FT. Zira: /Facepalm//Facepalm/
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨: seretttttt/Smug//Smug//Smug/
total 2 replies
sabil abdullah
keren👏👏👏
sabil abdullah
wah bersekutu bener kah tor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!