Awalnya aku merasa melayang dan jatuh cinta, tapi setelah tahu alasannya memilihku hanya karena aku mirip cinta pertamanya, membuat hatiku terluka.
Bisakah aku, kabur dari obsesi cinta suamiku🎶
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaSheira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Tidak Berguna
Ruangan Presdir Hexana Group.
Ayah Bastian duduk di kursinya, menatap anak keduanya.
"Dasar tidak berguna."
Genta tidak berani mengangkat kepalnya, tangannya terkepal, dengan bibir tergigit. Ya, baginya aku memang hanya benda yang berguna untuk memancing Kak Bastian.
"Ma.. maafkan saya Ayah."
"Kau bahkan tidak mendapatkan informasi apapun dari wanita itu? kau benar-benar tidak berguna."
"Maafkan saya Ayah." Suara Genta terdengar bergetar, dia masih tertunduk. Ketika ayahnya tidak bicara dan hanya terdengar suara ketukan tangannya di atas meja, Genta mengangkat sedikit kepalanya. "Maaf Ayah, kenapa Ayah ingin memisahkan Kak Bastian dengan kakak ipar, saya sudah melihat sendiri bagaimana Kak Bastian mengamuk hanya karena saya mendekati Kakak ipar."
Sorot mata ayahnya langsung menukik tajam, membuat Genta reflek menunduk.
"Ma... maafkan saya sudah lancang bertanya, Ayah."
Deg... deg...
"Yang harus kau lakukan hanya melakukan perintahku, bukan mempertanyakan perintahku."
"Ba.. baik Ayah, maafkan saya."
Ayah berdecak dengan suara cukup keras. Mengisyaratkan tidak ada yang membuatnya puas.
"Wanita itu adalah kelemahan terbesar Bastian, padahal dia sempurna sebagai penerus keluarga."
Jadi aku dan ibu juga adalah dua hal yang merusak kesempurnaan Anda ya?
"Apalagi yang Bastian lakukan? dia hanya merusak barang?"
Dia melempar saya dengan kursi, bukan hanya merusak barang. Tapi, apa Anda perduli itu?
"Ibu sangat khawatir, dia mau menelpon Ayah, tapi saya melarangnya karena takut menggangu kesibukan Ayah. Tidak ada yang terluka, kakak hanya mengamuk, menghancurkan barang dan mengancam saja."
Ketukan tangan ayah terdengar lagi.
"Kau tidak perlu melarang ibu mu untuk menelepon ku."
"Ya?"
Apa maksudnya?
"Ibu mu yang lemah, yang suka menangis dan bergantung padaku, itulah daya tariknya di hadapanku. Jadi jangan menghancurkan pesona ibu mu itu."
Aku tahu dari mana Kak Bastian mewarisi kegilaanya, dari laki-laki yang aku anggap ayah tapi tak pernah sedikitpun menganggap ku anak ini.
"Saya akan menyampaikan pada ibu, ibu pasti senang mendengarnya."
Genta menunduk, berharap situasi ini segera berakhir.
"Keluarlah, terus dekati wanita itu. Korek isi hatinya, apa yang sebenarnya dia inginkan dari anakku. Dan jangan sampai Bastian tahu, cerdaslah sedikit, apa aku perlu mengajarimu."
Padahal Kak Bastian sudah memberinya peringatan.
"Baik Ayah, saya akan melakukan perintah Ayah, sekarang permisi."
"Hemm," ayah Bastian mengibaskan tangannya.
Genta keluar dari ruangan Presdir dengan wajah getir dan nelangsa.
...🍓🍓🍓...
Koridor dari arah toilet, menuju ruang kerja Viola.
Saat ini Viola dan Gisel sedang bicara setelah sama-sama kembali dari toilet.
"Ayolah Vio, kau mampir sebentar saja. Bram benar-benar ingin bertemu denganmu, dia babak belur, kasihan sekali mukanya penyok-penyok."
Memang dia bumper mobil, sampai penyok.
"Hari ini aku harus pulang tepat waktu."
"Vio... ayolah..."
Viola menarik tangannya, benar-benar mulai merasa kesal karena Gisel terkesan sangat memaksanya.
"Kali ini kau dapat apa lagi?" ujar Viola.
Gisel terperanjat, seperti tertangkap mencuri.
"Apa? Aku nggak dapat apa-apa, apa si Vio ini, aku hanya kasihan pada Bram, dia merengek mau bertemu dengan mu. Jadi aku berjanji mau mengajak mu." Gisel panik menjelaskan.
Viola tergelak sinis, hah, sudahlah Vio. Kau tidak perlu lagi mengungkit tentang hadiah itu. Atau hubunganmu dengan rekan kerja mu akan berantakan.
Vio memilih membuat pengakuan saja.
"Sel, jangan menjodohkan ku lagi dengan Bram, atau dengan laki-laki lain, aku mohon. Karena aku sudah..."
Tiba-tiba, dari belakang mereka terdengar suara laki-laki.
"Gisel! Viola!"
Pengakuan Viola tidak selesai. Keduanya menoleh, Genta tersenyum dengan ramah sambil melambaikan tangan.
Hah? kenapa dia ada di sini, selama Viola bekerja di perusahaan. Sekalipun dia tidak pernah bertemu Kak Bastian, atau Hugo dari dekat. Begitu pula dengan Genta, kenapa bocah ini ada di lantai ruang kerjaku!
"Kau memaksa Viola lagi? Padahal aku sudah memperingatkan Bram kemarin, tapi ternyata dia tidak mengindahkan kata-kata ku ya." Viola mundur ketika Genta mau menyentuh bahunya. "Vio, kenapa kau tidak bilang, kalau kau sudah punya pacar, makanya kau menolak Bram."
Gisel yang kaget sampai menutup mulutnya.
"Apa? Pacar? Vio kamu punya pacar?"
Apa si orang ini, dia mau membantuku tapi malah membuat masalah baru.
"Vio! Kok kamu nggak bilang, aku jadi kelihatan bodoh banget."
"Yaaa... aku punya pacar, makanya aku nggak mau pacaran lagi dengan Bram."
"Siapa? Siapa pacarmu?" tanya Gisel lagi.
Genta berdehem pelan, sambil menepuk dadanya.
Lagi-lagi Gisel menutup mulutnya, kali ini bukan hanya kaget, sampai dia kehilangan kata-kata. Karena dia sebenarnya naksir Genta sudah cukup lama.
"Vi.. Vio kamu pacaran sama Genta? se.. sejak kapan?"
Plak! Plak! Viola memukul bahu Genta, sambil mendelik. Pukulannya sangat keras, sampai Genta mengaduh.
"Aku bertemu dengan mu saja baru kemarin, maaf ya, pacarku itu lebih tampan, lebih keren, lebih wawww dari pada kamu! Jangan bicara seenaknya yang bisa membuat orang salah paham!"
Gisel kaget lagi karena ternyata Viola bisa marah begitu, dan saat mendengar Genta tertawa dia semakin terpesona.
"Haha... aku bercanda, ya ampun galak banget Vio kamu ini." Viola membuang muka kesal. "Aku kan sudah membantumu lepas dari Bram kemarin, inikah balasan terimakasih mu?"
Genta mengusap bahunya yang masih terasa panas karena dipukul tadi.
"Huh, makanya jangan bicara aneh-aneh, kau bisa membuat Gisel salah paham."
Gisel tersipu, lalu menyelipkan rambutnya di belakang telinga.
"Aku kaget beneran lho Gen, aku pikir kamu suka beneran sama Vio."
"Aku memang suka beneran sama Vio kok."
Plak! Plak!
"Sudah kubilang jangan bercanda, sudahlah aku pergi. Aku tidak mau berurusan baik dengan Bram maupun denganmu, Genta. Sel, aku duluan, bawa pergi teman mu itu."
Viola membuang muka, lalu berjalan cepat menuju ruang kerjanya.
Apa sih dia itu, memang dia tidak peka atau sengaja. Padahal jelas-jelas Gisel menyukainya, mulutnya itu. Kau tahu tidak aku tidak mengatakan apapun tentangmu pada Kak Bastian, hah, tau begitu aku mengadu saja kalau adik tirinya menggangu ku, bisa habis kamu. Viola masih menggerutu sampai dia duduk di kursinya.
...🍓🍓🍓...
Genta terlihat berdendang, dia senyum-senyum sendiri, bergumam lalu tersenyum lagi.
Ternyata menggoda kakak ipar itu lucu juga ya, tadi apa dia mau mengaku menikah... haha, lucu sekali kalau orang-orang tahu dia sudah menikah.
"Aaaaa!"
Brug! Karena sedang melamun keseimbangan Genta jadi tidak seimbang, dia tidak melihat ada kaki yang melintang di depannya. Dia ambruk sampai tangannya menyentuh lantai. Saat mendongak tentu saja dia tersentak kaget.
"Hu.. Hugo, kenapa kau ada di sini?"
Laki-laki di depannya, sama menyeramkannya dengan kakaknya. Bedanya, dia tidak akan sampai dilempar kursi atau pajangan kristal, tidak akan ada darah yang tumpah.
Tapi...
"Ikut saya, Tuan Muda Kedua..."
Deg...
Genta sudah membentur tembok, tangan Hugo mencengkeram jas yang dia pakai.
"Apa Anda pikir, Tuan Bastian sedang bercanda?"
"Aku.. aku tidak melakukan apapun, aku kebetulan bertemu Viola barusan, dia diajak... kau juga yang membuat Bram masuk RS kan? Awww!" Hugo menghentakkan tangannya, membuat kepala Genta terbentur tembok. "Aku..."
"Anda bilang mau menjilat kaki Tuan Bastian, tapi Anda juga masih menjilat Presdir ya? Apa Anda mau berdiri di dua kaki?"
Glek! Ahhhh, lepaskan tanganmu dulu sialan! Genta memukul tangan Hugo.
Hugo berdecak.
"Saya tahu apa yang Anda bicarakan dengan Nona Viola kemarin."
Deg...
"Aku tidak tahu kau bicara apa?"
"Nona Andien, kekasih dan cinta pertama Tuan Bastian, mungkin setidaknya kepala Anda bocor atau tangan Anda patah, kalau sampai Tuan Bastian tahu, Anda membicarakan gadis itu di depan Nona Viola."
Orang gila! Artinya kau sudah tahu kalau Viola tahu kan! Kenapa kau diam saja? Sebenarnya segila apa kau ini!
Genta menabrak tembok lagi.
"Jaga mulut Anda dan sikap Anda, Tuan Muda Kedua." Setelah mendorong Genta, Hugo menundukkan kepala. "Saya permisi, Anda juga harus kembali bekerja kan?"
Dia gila! dia benar-benar gila!
Bersambung
Belum juga tahu isi hati Bastian, dah disuruh nebak pikiran Hugo 🙄
Pembaca 🍍: Berat amat kerjaan 😌
good vio krluarin semua isi hatimu biar bastian faham dan mau ju2r kalok dia cinta kamu seutuhnya bukan cuma pengganti
lanjut
lagi seru²nya+tegang²nya lho kak Shei😭
biar semua jelas dan gamblang