Kecelakaan maut yang menimpa sahabat baiknya, membuat Dara Asa Nirwana terpaksa menjalani nikah kontrak dengan Dante Alvarendra pria yang paling ia benci.
Hal itu Dara lakukan demi memenuhi wasiat terakhir almarhumah untuk menjaga putra semata wayang sahabatnya.
Bagaimanakah lika-liku perjalanan lernikahan kontrak antara Dara dan Dante?
Cerita selengkapnya hanya ada di novel Nikah Kontrak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter - 35
"DANTEEE..."
Angel berteriak kencang saat Dante memacu kendaraannya sepeda motornya dengan kecepatan tinggi.
Nyawa Angel serasa di bawa terbang melayang, terlebih saat Dante menyalip mobil besar di depannya. "Dante aku masih mau hidup denganmuuuu..."
Dante tak peduli dengan suara sumbang di belakangnya, ia semakin mempercepat laju kendaraannya.
***
Sementara itu di tempat berbeda, Dara meraih tasnya begitu ia mematikan sambungan telepon, ia kemudian berlari menuju pintu depan.
Saat pintu terbuka ia di kejutkan dengan kehadiran Axel yang hendak mengetuk pintu. "Dara..." Axel pun sama terkejutnya.
"Pegawaimu bilang, kau sedang sakit. Kamu sakit apa? Biar aku periksa." Axel mengulurkan tangannya untuk menyentuh dahi Dara, namun Dara justru mendorongnya menjauh.
"Minggir! Aku sedang buru-buru."
Tak ada waktu untuk meladeni pria brengsek itu, Dara merogoh tasnya untuk mencari kunci mobil. Tapi Dara tak menemukannya, ia mencoba mengingat-ingat di mana terakhir kalinya ia menaruh kunci mobilnya.
"Jangan-jangan?"
Dara menghembuskan napas kesal, ia baru ingat pagi tadi Dante mendekati meja riasnya. Pasti suaminya itu yang mengambil kunci mobil dari tasnya agar ia betul-betul tidak kemana-mana seharian ini.
"Dara, apa yang terjadi?" tanya Axel bingung.
Dara berbalik ke arah Axel. "Antar aku ke bandara sekarang juga," ia menarik Axel menuju mobil.
Axel yang tak kuasa menolak permintaan Dara pun akhirnya menurutinya meski Dara tak mengatakan apa yang sebenarnya terjadi.
"Ngebut Axel!" perintah Dara, tidak sabar.
"Memangnya ada apa, Ra?" Axel masih bingung.
"Dion diculik dan akan di bawa keluar negeri. Aku mohon ngebut lah!" pintanya putus asa.
Tanpa pikir panjang Axel menambah kecepatannya, ia yakin jika ia berhasil membantu Dara maka wanita itu akan jadi miliknya lagi, dan ia akan menyingkirkan Dante sialan itu. Ia akan mendapatkan Dara dan jimat keberuntungan (Dion) sekaligus.
"Baiklah Daraku sayang..." Axel menggunakan segenap kemampuan mengemudinya untuk menyelamatkan Dion, ia berhasil melewati setiap kendaraan yang ada di depannya.
Tiba di bandara, bertepatan dengan Dante dan Angel yang juga baru saja sampai. Dara menatap sinis kearah Angel yang ternyata bersama suaminya, sementara Dante menatap Dara dengan rasa khawatir, ia sama sekali tak peduli dengan Axel.
Namun keduanya memilih tak membahasnya, karena yang utama adalah Dion. Mereka berlari menuju tempat informasi, ada banyak penerbangan sore itu yang menuju daratan Eropa.
"Bagaimana ini?" tanya Dara putus asa.
Dante mencoba menanyakan nama Albert dan Cindy, namun pihak informasi tak bisa membocorkan nama penumpang pada sembarangan orang.
"Tapi ini penting sekali, anak saya di culik!" desak Dara.
Mereka tetap tidak memberikan informasi sebab tidak ada perintah dari atasan maupun pihak berwajib.
Axel melihat sekeliling untuk mencari solusi, ia melihat lalu lalang orang berjalan menuju Gate Internasional, salah satu diantaranya ada yang tengah menggendong seorang anak dan anak tersebut di tutupi dengan jaket.
"Mencurigakan sekali," gumam Axel, ia menyipitkan matanya. Memperhatikan sepatu yang di kenakan anak itu, kemudian tatapannya beralih pada boneka gajah yang di pegang oleh orang di sebelahnya.
Boneka yang sering Dion mainkan saat di toko roti, dan Axel pernah main bersamanya.
"Dara kau lihat itu?" ia langsung menarik tangan Dara dan menunjuk orang yang membawa boneka gajah.
Dante dan Angel pun turut melihat kerah tangan Axel menunjuk.
Tidak salah lagi, boneka tersebut milik Dion, dan kemungkinan besar anak yang tengah di gendong adalah Dion.
Tak membuang waktu, mereka berempat berlari mengejar rombongan tersebut. Dante semakin yakin sebab ia kemudian melihat Albert dan Cindy yang berpenampilan bak bangsawan, di depan dan belakangnya terdapat pengawal, sementara seseorang yang menggendong Dion merupakan pengasuhnya.
Tapi mengapa Dion di tutupi seperti itu? Dan mengapa tidak bergerak? batin Dante. Biasanya Dion paling tidak betah menggunakan topi apa lagi ditutup rapat seperti itu.
Ramainya bandara membuat mereka tak bisa berlari dengan cepat, beberapa kali mereka berempat hampir menabrak orang, sehingga membuat mereka semakin jauh dari rombongan Albert dan Cindy.
Secara tak terduga rombongan Albert dan Cindy berbelok menuju pintu khusus yang di jaga ketat oleh petugas, sehingga tentu saja Dante dan lainnya tidak dapat masuk.
"Kami hanya ingin mengambil anak kami," ucap Dara.
Perdebatan pun tak terhindarkan lagi. Dante, Dara dan Axel terus berupaya melakukan negosiasi sementara Angel hanya memperhatikan petugas yang mencegat mereka.
Hingga akhirnya Angel teringat sesuatu. "Minggir!" ia menyingkirkan Dante, Dara, dan Axel.
Angel mengalungkan tangannya di leher sang petugas, kemudian mendorongnya hingga mepet ke dinding. "Apa kau sudah lupa dengan..." ia membuka resleting dadanya dan memperlihatkan tatto di dadanya.
Rupanya sang petugas merupakan mantan kekasih Angel, dulu mereka sempat membuat tatto yang sama di dada mereka masing-masing. Tatto tersebut merupakan ide dari pria itu, namun pria itu sendiri yang justru mencampakan Angel demi wanita lain.
"Kau tau berapa kali aku sudah laser tapi tidak juga hilang?" bentak Angel.
Di tengah perdebatan Angel dan mantan pacarnya, Dante menggunakan kesempatan itu untuk menerobos masuk.
"Heh.... Kalian mau kemana?"
Petugas keamanan mencoba mencegahnya namun cengkraman Angel semakin kencang. "Dasar pria brengsek tak tahu malu!" ia mencekik mantan kekasihnya.
Sementara itu Dante, Dara dan Axel berlari mengejar rombongan, hingga mereka tiba di depan pesawat pribadi yang akan di naiki Albert dam rombongan.
"Tunggu!" teriak Dante.
Semuanya menoleh ke arah mereka bertiga, termasuk Albert dan Cindy. Beberapa orang pengawal bersiap menghadang ketiganya.
"Lepaskan Dion, kalian tidak bisa membawanya?" teriak Dara, suaranya terdengar samar karena terbawa angin.
Albert mendekat ke arah Dante. "Mau apa kalian kemari?" tanyanya heran, sebab bagaimana bisa mereka mengejar hingga ke pesawat.
"Lepaskan Dion! Kami tahu kalian akan menjual Dion ke luar negeri," ucap Dante.
"Kalian adalah sindikat perdagangan anak di bawah umur, dan kalian ingin menjual Dion ke luar negeri," lanjut Dara.
Albert tersenyum sinis. "Bicara apa kalian ini? Kami hanya ingin mengajak Dion berlibur. Bukankah selama Dion tinggal bersama kalian, kalian hanya mampu mengajaknya berkemah?" ejeknya.
"Lebih baik kalian urus hidup kalian yang miskin dari pada terus menurusi Dion demi mendapatkan harta warisannya." Albert tertawa terbahak-bahak.
Dante dan Dara tak terima dengan kata-kata yang di lontarkan Albert, namun Axel menahan keduanya untuk menyerang dengan merentangkan tangannya. Karena bagaimana pun jumlah mereka lebih banyak di bandingkan dengan mereka bertiga.
"Baiklah, kalau begitu kami ingin melihat Dion sebelum dia pergi. Kami hanya ingin berfoto dengannya, tidak masalah kan?" pinta Axel sembari tersenyum akrab.
Sejak tadi Axel sudah curiga dengan gerak gerik pengasuh yang membawa Dion.
jadi Max dan Yulia dibunuh sama Alfredo juga.. ga nyangka Max dan Yulia mafia berlian
Heh waktu sama Dara dan Dante, tuh pengacara datangin terus sedangkan pas sama Albert palsu malah main percaya aja krn kemakan omongan manis mereka