NovelToon NovelToon
THANZI, Bukan Penjahat Biasa

THANZI, Bukan Penjahat Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Spiritual / Kebangkitan pecundang / Budidaya dan Peningkatan / Akademi Sihir / Penyelamat
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Mr.Xg

pernahkah kau membayangkan terjebak dalam novel favorit, hanya untuk menyadari bahwa kau adalah tokoh antagonis yang paling tidak berguna, tetapi Thanzi bukan tipe yang pasrah pada takdir apalagi dengan takdir yang di tulis oleh manusia, takdir yang di berikan oleh tuhan saja dia tidak pasrah begitu saja. sebuah kecelakaan konyol yang membuatnya terlempar ke dunia fantasi, dan setelah di pikir-pikir, Thanz memiliki kesempatan untuk mengubah plot cerita dimana para tokoh utama yang terlalu operfower sehingga membawa bencana besar. dia akan memastikan semuanya seimbang meskipun dirinya harus jadi penggangu paling menyebalkan. bisakah satu penjahat figuran ini mengubah jalannya takdir dunia fantasi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr.Xg, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Labyrinth Resonansi dan ujian sejati

Pengumuman misi latihan khusus menyebar seperti api di seluruh Akademi. Thanzi, yang namanya tercantum di antara para elit—Pangeran Lyra, Elian, dan Michael—menjadi perbincangan utama. Beberapa siswa menatapnya dengan rasa ingin tahu bercampur waspada, sementara yang lain terang-terangan mencibir, yakin Thanzi hanya akan menjadi beban.

Ujian ini bukan hanya tentang kekuatan dan sihir mereka, batin Thanzi, seringai tipis terukir di bibirnya. Ini tentang adaptasi. Dan tidak ada yang lebih adaptif dari seekor tikus got yang harus bertahan hidup.

Pagi itu, Thanzi berkumpul bersama timnya di gerbang utama Akademi. Udara dingin Majalengka menyelimuti, menyegarkan, namun juga menambahkan ketegangan. Pangeran Lyra berdiri tegak dengan aura kepemimpinannya, Elian memegang gagang pedangnya dengan ekspresi serius, dan Michael tersenyum ceria, seolah ini hanya permainan. Ketika mata Michael bertemu dengan Thanzi, ia melambaikan tangan dengan riang. Thanzi membalasnya dengan anggukan kecil.

"Baiklah, para siswa terpilih!" suara Kepala Profesor menggelegar, diperkuat oleh sihir. "Misi kalian adalah menembus Labyrinth Resonansi Hutan Kuno. Labyrinth ini bukan hanya penuh monster, tetapi juga diatur dengan sihir ilusi yang kuat, dirancang untuk menguji koordinasi tim, kecerdasan, dan daya tahan kalian. Tujuan kalian adalah mencapai inti labyrinth dan mengambil kristal resonansi di sana. Kalian tidak diizinkan menggunakan mantra ofensif yang berlebihan atau kekuatan penuh yang bisa merusak ekosistem hutan. Gunakan akal dan strategi."

Labyrinth Resonansi? Dan tidak boleh pakai kekuatan penuh? Ini sempurna! Thanzi merasakan adrenalinnya terpompa. Ini adalah panggungnya.

Misi dalam Bayangan: Menguji Batas Ilusi Resonansi

Tim pun memasuki Labyrinth. Hutan Kuno langsung menyelimuti mereka dengan pepohonan raksasa dan kabut tipis. Sesaat kemudian, ilusi pertama muncul: kabut itu menebal, suara-suara aneh mulai terdengar dari segala arah, dan jalur-jalur tampak bergerak.

"Ini ilusi!" seru Pangeran Lyra, mencoba membubarkan kabut dengan sihir cahayanya. Elian menyiapkan pedangnya, siap menghadapi bahaya yang tidak terlihat. Michael, dengan sihir anginnya, mencoba meniup kabut, tetapi ilusi itu terlalu kuat.

Lihatlah mereka. Terlalu bergantung pada kekuatan mentah. Thanzi hanya mengamati. Ia tidak ikut panik. Ia mulai bersenandung pelan, melodi yang nyaris tak terdengar. Gelombang ilusi resonansi miliknya menyebar. Ia fokus pada gelombang yang sudah ada di labyrinth, merasakan frekuensi sihir ilusi yang digunakan. Perlahan, ia mulai menumpangkan gelombangnya sendiri, menciptakan gangguan halus pada ilusi Akademi.

Awalnya, efeknya kecil. Kabut terasa sedikit lebih terang, suara-suara aneh terdengar sedikit lebih sumbang. Para profesor yang mengamati dari kejauhan melalui kristal pantau mengerutkan kening.

"Ada gangguan pada ilusi hutan," gumam Profesor Eldrin, matanya memicing. "Sangat halus, nyaris tak terdeteksi. Bukan dari mana, tapi... resonansi?"

Thanzi terus bersenandung, menguji batas kemampuannya. Ia berhasil membuat sebagian kecil jalur ilusi itu terganggu, membuatnya tampak berkedip atau berubah-ubah sesaat. Ini membuat Pangeran Lyra dan Elian frustrasi.

"Sihirnya terlalu kuat!" gerutu Elian, pedangnya menebas udara kosong.

"A-aku tidak tahu arahnya!" Michael mulai sedikit ketakutan, berpegangan pada jubah Pangeran Lyra.

Bagus. Biarkan mereka merasa tidak berdaya sedikit. Thanzi tersenyum tipis. Ini adalah langkah pertama untuk menyeimbangkan plot. Para "pahlawan" ini terlalu sering mendapatkan jalan mudah. Kali ini, mereka harus berpikir keras.

Mereka tersesat beberapa kali, melewati rintangan yang sama berulang kali. Thanzi tidak memberikan petunjuk terang-terangan. Ia hanya sesekali mengarahkan gelombang resonansinya untuk membuat ilusi tertentu sedikit lebih meyakinkan ke arah yang salah, atau membuat ilusi di jalur yang benar menjadi sedikit lebih buram, sehingga mereka harus berusaha lebih keras untuk menemukan jalannya.

"Thanzi, kenapa kau diam saja?" tanya Pangeran Lyra, tatapannya kesal. "Apa kau tidak bisa melakukan sesuatu?"

Thanzi hanya mengangkat bahu. "Aku tidak punya bakat sihir seperti kalian. Aku hanya bisa mengamati."

Tentu saja aku bisa melakukan sesuatu. Aku sedang melakukannya.

Dinamika Kelompok: Ketegangan dan Kekhawatiran Baru

Seiring waktu, ketegangan mulai muncul di antara Michael, Pangeran Lyra, dan Elian. Pangeran Lyra yang biasanya tenang mulai menunjukkan tanda-tanda frustrasi. Elian semakin agresif dan mudah terpancing amarah. Michael, yang polos, mulai merasa tidak nyaman dengan suasana itu.

"Kita harus lebih cepat!" Elian menggerutu. "Kita akan kehabisan waktu!"

"Sulit, Elian! Ilusi ini gila!" Pangeran Lyra menjawab dengan nada tajam.

Thanzi mengamati dinamika itu. Ini adalah kesempatan bagus untuk menanam benih kecurigaan. Ia akan memastikan Michael tidak akan sepenuhnya aman di sisi mereka.

Di suatu titik, saat mereka menghadapi ilusi monster besar yang sangat meyakinkan, Thanzi melihat Michael ketakutan dan hampir saja melontarkan sihir yang berlebihan, melanggar aturan misi. Dengan sangat cepat, Thanzi bersenandung lagi, mengarahkan gelombang resonansinya untuk menciptakan sensasi ketakutan yang mendalam di dalam diri Michael. Michael menjerit, tersentak, dan sihirnya mereda, tidak jadi dilontarkan.

"Michael! Ada apa?" Pangeran Lyra meraih Michael, yang kini gemetar.

"M-monster itu... dia... dia lebih menyeramkan dari yang kukira!" Michael terbata-bata, padahal monster ilusi itu sudah menghilang.

Elian melirik Thanzi, yang kini berdiri tenang, tatapannya seolah menganalisis. Dia... dia tidak melakukan apa-apa. Tapi Michael tiba-tiba ketakutan. Apa dia punya cara lain untuk memanipulasi emosi? Kecurigaan Elian terhadap Thanzi semakin dalam, bukan hanya karena kekejaman, tetapi karena kemampuan tak terlihat ini.

"Kita harus hati-hati dengan Thanzi," bisik Elian pada Pangeran Lyra saat Thanzi agak menjauh. "Aku merasa dia melakukan sesuatu pada Michael."

Pangeran Lyra mengangguk, ekspresinya serius. "Aku juga merasakan hal aneh. Energi yang tidak familiar. Dia mungkin punya kemampuan unik, tapi jika itu merugikan kita atau Michael..."

Uji Coba Latihan Bela Diri di Tengah Bahaya

Labyrinth juga dipenuhi monster-monster hutan yang tidak terlalu kuat, namun cukup banyak dan gesit untuk menguji kemampuan bertarung. Saat mereka disergap oleh sekelompok Goblin Hutan, Pangeran Lyra dan Elian dengan sigap menggunakan sihir dan pedang mereka.

Thanzi, yang biasanya hanya menghindari atau mundur di kelas praktik, kini menunjukkan pergerakan yang mengejutkan. Ia tidak menggunakan sihir ofensif, tetapi dengan ilmu bela diri dan pedang yang ia latih secara mandiri, ia bergerak seperti bayangan. Gerakannya cepat, gesit, dan efisien. Ia menebas Goblin dengan dahan pohon yang ia pungut, dan menghindari serangan mereka dengan kelincahan yang luar biasa, seringkali membuat mereka saling menabrak atau melukai diri sendiri.

Gerakan ini... ini jauh lebih cepat dari yang kuduga! Thanzi terkejut dengan peningkatan kemampuannya sendiri. Ia menyadari bahwa ketika ia mengintegrasikan gelombang resonansinya dengan gerakan fisiknya, tubuhnya menjadi lebih responsif dan ringan, seolah ia bisa memprediksi gerakan lawan dan bereaksi sepersekian detik lebih cepat.

Para profesor yang mengamati terkesiap.

"Lihat! Dia bertarung! Dan dia tidak kaku lagi!" seru Profesor Boros, terkejut melihat Thanzi yang tiba-tiba lincah.

"Kecepatannya... sangat aneh. Bukan karena bakat fisik, tapi seolah setiap gerakannya diperkuat oleh sesuatu yang tak terlihat," Profesor Serena mengamati dengan seksama.

Thanzi, saat bertarung, juga menggunakan ilmu pedang yang ia latih secara diam-diam. Tebasannya sederhana, namun presisi, memukul titik lemah musuh. Ia tidak sekuat Elian, tapi ia jauh lebih gesit, dan setiap serangannya memiliki tujuan. Ia bergerak dalam garis lurus yang tak terduga, lalu tiba-tiba berputar di belakang musuh.

"Ini... ini tidak seperti anak bodoh yang kami tahu!" desis Marquess Aerion, yang juga mengamati dari kristal pemantau. "Dia menyembunyikan terlalu banyak!"

Michael dan Persepsi Baru

Dalam kekacauan pertempuran, Michael sempat terpojok oleh dua Goblin yang gesit. Ia melontarkan sihir angin, namun Goblin-goblin itu terlalu lincah.

"Michael, awas!" Elian berteriak.

Tiba-tiba, Thanzi bergerak. Ia tidak menggunakan sihir atau tebasan pedang. Ia bersenandung pelan, mengarahkan gelombang resonansinya ke Goblin-goblin itu. Secara instan, kedua Goblin itu menjadi gelisah parah, saling bertabrakan, dan salah satu di antaranya terjatuh. Thanzi memanfaatkan momen itu, dengan gerakan kaki yang lincah, ia menendang Goblin yang terjatuh ke arah Goblin lain, membuat keduanya terlempar jauh dari Michael.

Michael menatap Thanzi dengan mata berbinar. "Kakak Thanzi hebat!"

Thanzi hanya mengangguk kecil, lalu kembali fokus pada Goblin lain. Ia memastikan Michael melihat beberapa kali ia "menolong"nya dengan cara aneh ini. Biar kau melihat sendiri. Biar kau ragu pada penilaian mereka tentangku.

Misi terus berlanjut. Mereka akhirnya mencapai inti Labyrinth, mengambil kristal resonansi, dan kembali ke Akademi. Mereka memang berhasil, tetapi dengan banyak kesulitan dan tanpa kekuatan berlebihan.

Thanzi telah mencapai tujuannya. Ia telah menguji dan mengembangkan bakat ilusi resonansinya. Ia telah menunjukkan bahwa ia mampu bertarung secara fisik. Dan yang terpenting, ia telah menanamkan keraguan dan kekhawatiran baru di hati para profesor, Pangeran Lyra, dan Elian.

Kalian berpikir aku adalah penjahat? Baiklah. Aku akan menunjukkan pada kalian bagaimana rasanya bermain dengan penjahat yang cerdas. Ini baru permulaan.

Thanzi berjalan kembali ke asramanya, senyum tipis, dingin, dan penuh perhitungan terukir di wajahnya. Labyrinth Resonansi hanyalah pemanasan. Ujian sejati untuk para "pahlawan" itu baru saja akan dimulai.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!