+Cinta satu malam】Terjebak Cinta Tuan Presdir
Deskripsi Cerita:
Alana, seorang perempuan cantik yang tumbuh dalam lingkungan keras, tidak pernah menyangka bahwa hidupnya akan berubah dalam satu malam yang tragis. Sejak kecil, ia telah kehilangan kedua orang tuanya dan terpaksa tinggal bersama bibi serta sepupunya yang memperlakukannya dengan buruk. Meskipun hidup dalam tekanan, Alana selalu menjaga kehormatan dan kesuciannya.
Namun, segalanya berubah ketika Clara, sepupunya yang licik, bersama ibunya, Sandra, menjebaknya dalam sebuah rencana busuk demi uang. Dengan tipu daya dan obat bius, mereka menyerahkan Alana kepada seorang lelaki kaya yang haus nafsu. Namun, keberuntungan tampaknya masih berpihak pada Alana—lelaki yang seharusnya menjadi pemilik tubuhnya justru mengembalikan uangnya dan pergi.
Sayangnya, Alana tetap tidak bisa lepas dari jeratan takdir. Dalam keadaan setengah sadar akibat pengaruh obat, ia terbangun di kamar hotel bersama seorang pria asing.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Asila27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
hampir menabrak orang
Di tempat lain. Alana yang mengendarai mobilnya dengan pikiran yang masih tidak bisa fokus.
Ia masih memikirkan bagaimana harus menghadapi bibi dan sepupunya, bagaimana harus melindungi anak-anaknya, dan bagaimana menahan Ronal agar tidak terlalu dekat dengan Andra dan Dira, ia masih takut kalau suatu saat Ronal akan mengambil anak-anak nya darinya.
Di tengah lamunannya, saat melewati tikungan menuju jalan kecil yang agak sepi, tiba-tiba seorang pria muncul dari trotoar dan melangkah ke tengah jalan tanpa melihat ke arah mobilnya.
" gawat..! Minggir!!" teriak Alana spontan, sementara tangannya cepat-cepat memutar kemudi dan menginjak rem sekuat tenaga.
Ban mobil berdecit keras, dan tubuh Alana terdorong ke depan karena hentakan mendadak. Mobil itu berhenti hanya beberapa inci dari pria yang kini berdiri membeku di depan kap mobilnya.
Jantung Alana berdegup kencang. Ia menghela napas panjang, berusaha menenangkan diri sebelum membuka pintu dan keluar dengan wajah kesal.
"Hei! apa kau ingin mati..! Kalau mati jangan di depan mobil ku..!" serunya dengan nada marah.
Pria itu, yang tadinya tampak sedikit kaget, akhirnya mengangkat wajahnya.
Saat Alana memperhatikannya lebih jelas, ia melihat pria itu tinggi, bertubuh tegap, dengan garis wajah tegas yang memberi kesan dingin. Rambutnya sedikit berantakan, seakan tertiup angin, dan sorot matanya tajam.
Pria itu mengerutkan kening, lalu mendengus sambil mengusap tengkuknya.
"Seharusnya aku yang bilang begitu. Kau mengemudi seperti orang kesetanan." jawab lelaki itu,
Alana melipat tangan di dadanya, menahan diri untuk tidak melemparkan komentar lebih pedas.
"Aku mengemudi dengan normal. Kau yang tiba-tiba muncul di tengah jalan tanpa melihat sekitar!" seru Alana tak mau di salahkan.
Pria itu tidak langsung membalas. Ia justru menatap Alana lama, seakan sedang menilai sesuatu. Lalu, tanpa diduga, ia tersenyum miring.
"Aku Reza," katanya akhirnya, nada suaranya santai.
Alana mengerutkan alis. "Dan aku harus peduli?" tanya Alana merasa kalau Reza itu aneh. Baru hampir di tabrak nya dan sekarang mengenalkan dirinya.
Reza terkekeh kecil, tampaknya tidak tersinggung dengan sikap ketus Alana.
"gak juga sih, aku hanya ingin mengenalkan diri saja, siapa tau nanti kamu akan menabrak ku lagi." ujar Reza.
Alana mendesah kesal, tetapi akhirnya berkata, "Alana."
Reza mengangguk pelan, seakan mengingat-ingat nama itu. "Alana... Nama yang bagus." ucap Reza.
Alana menatapnya tajam. Ia tak ingin berlama-lama di sini.
"Kalau kau baik-baik saja, aku pergi,." pinta Alana.
Namun, saat ia hendak berbalik menuju mobilnya, Reza tiba-tiba berkata.
"Kau tinggal di sekitar sini?"
"Kenapa kau ingin tahu?" tanyanya dingin.
Reza mengangkat bahu santai. "Aku hanya penasaran. Aku baru kembali ke kota ini setelah beberapa tahun di luar negeri. Jarang melihat wajah baru." jawab Reza.
Alana menatapnya sejenak sebelum menjawab, "Aku bukan orang baru di sini."
Reza tersenyum kecil, tertarik dengan sikap galak Alana.
"Menarik..." gumamnya.
Alana mengerutkan kening. Ia tidak suka dengan cara pria ini berbicara.
"Kalau sudah selesai, aku pergi," ucapnya, lalu masuk ke dalam mobil tanpa menunggu jawaban dari Reza.
Saat mobil Alana melaju pergi, Reza masih berdiri di tempatnya, menatap ke arah mobil itu menghilang di ujung jalan. Ia mendengus pelan, lalu memasukkan tangannya ke dalam saku celana.
"Wanita yang manis." Gumam Reza. Kemudian Reza melangkah, menuju mobil mewah nya yang terparkir di sebrang jalan.
Reza membuka pintu mobilnya dan masuk dengan santai. Begitu duduk di kursi pengemudi, ia menghela napas pelan sambil kembali teringat pada wanita yang baru saja nyaris menabraknya.
"Alana ya?" gumamnya, jemarinya mengetuk ringan kemudi.
"aku harap kita bisa bertemu lagi, kamu wanita pertama yang membentak ku. Dan meneriaki ku.!" gumam Reza tersenyum sendiri. Mengingat sikap galak Alana.
Reza menggeleng kan kepala nya. lalu menyalakan mesin mobilnya.
"Aku tidak pernah terlalu tertarik pada wanita yang galak," katanya pada dirinya sendiri, lalu tersenyum tipis. "Tapi sepertinya, aku ingin tahu lebih banyak tentangnya Alana.." gumam Reza kembali.
Dengan satu gerakan, Reza menarik tuas perseneling dan mulai melaju di jalanan kota.
Sementara itu…
Alana akhirnya tiba di rumah. Begitu memasuki ruang tamu, ia langsung melepas sepatu dan menjatuhkan dirinya ke sofa. Kepalanya masih dipenuhi berbagai pikiran, dari pertemuannya dengan Ronal hingga pria asing yang hampir ia tabrak tadi.
Ia mendesah, menutup mata sejenak.
"Kenapa aku harus bertemu dengan pria menyebalkan hari ini?" gumamnya, teringat bagaimana Reza tersenyum santai setelah hampir tertabrak olehnya.
Melinda yang baru keluar dari dapur dengan segelas teh, menatap Alana heran.
"Kamu kenapa al? Kelihatan capek banget." tanya Melinda.
Alana membuka matanya dan menatap Melinda.
"Aku baru saja bertemu pria menyebalkan di jalan." jawab Alana dengan wajah kesal.
Melinda mengernyit. "Siapa?"
Alana menggeleng. "Aku tidak tahu. Aku hampir menabraknya, lalu dia malah bersikap santai seolah itu bukan masalah besar."
Melinda terkekeh. "Mungkin dia pria yang suka tantangan."
Alana mendengus. "Aku harap tidak akan bertemu dia lagi."
1. Awal kalimat gunakan huruf kapital.
2. Penggunaan tanda baca yang tidak pada tempatnya contohnya di kalimat ini coba perhatikan lagi letak tanda bacanya.
3. Setelah ku baca chapter satu ini aku koreksi untuk penggunaan huruf kapital dan huruf kecilnya masih ada salah tempat
4. Saran aku sih banyak mampir dan baca karya-karya lainnya amati dan perhatikan penulis mereka
Sekian terimakasih🤗