"Hei anak kecil, Saya mau kamu menjadi penguntit untuk mencari tau apa yang di lakukan oleh tunangan saya di luar sana" ucap Seorang pria tampan yang tak lain adalah presedir di perusahaan itu.
"Saya mau. Asal bapak mau membayar saya 2x lipat"
"Deal"
Berawal dari kerja sama yang saling menguntungkan membuat seorang Devano jatuh hati pada gadis yang biasa dia panggil dengan sebutan anak kecil.
Nadira puspita, Seorang karyawan magang di perusahaan milik keluarga besar Devano. Ikuti kisahnya, Ya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Mia Novita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perihal berkas penting
"Baiklah, Mas. Jika memang itu yang kamu inginkan. Aku akan menuruti syarat itu, Asalkan jangan pernah memintaku untuk membunuh anakku sendiri. Karna aku tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi. Lebih baik aku kehilangan kamu dari pada kehilangan malaikat kecil yang sudah di amanah kan untuk aku jaga" balas Farah sambil menatap Alex.
Dadanya terasa begitu sesak. Seakan pasokan oksigen itu sulit untuk sekedar masuk pada rongga Paru-parunya.
"Good, Pilihan yang sangat tepat" ucap Alex dan langsung berlalu dari hadapan Farah. Meninggalkan Farah yang masih terdiam mematung di sana.
Setelah kepergian Alex, Farah berjalan pelan dan duduk di salah satu kursi panjang di sana. Tiba-tiba saja ada suara yang tak begitu asing menerpa indra pendengarannya. Mendengar itu membuat Farah menoleh ke arah sumber suara.
"Farah" panggil seseorang sambil berjalan mendekati Farah. Farah membalikkan tubuhnya serta mencari sumber suara.
"Si-siapa orang itu. Kenapa dia bisa tau jika namaku adalah Farah" batin Farah sambil menatap seseorang yang sedang berjalan ke arahnya.
"Kamu Farah Amelia kan?"tanya orang itu sambil duduk di samping Farah.
" I-iya. Kenapa kamu bisa tau jika aku adalah Farah. Memangnya kamu siapa?" tanya Farah yang merasa tidak asing dengan orang yang ada di hadapannya namun lupa siapa dia.
"Ya ampun Farah, Kebiasaan kamu melupakan aku. Ini aku Far, Ini aku Alano" ucap pria itu seraya mengangkat kedua sudut bibirnya.
"A-alano? Maksud kamu Alano yang sekolah di SMA merpati?" tanya Farah sambil berusaha mengingat pria yang sedang menggunakan almamater kedokteran.
"Yup, Tepat sekali. Ini aku Alan. Sahabat kamu Farah. Gak nyangka kita di pertemukan di sini"
Farah terdiam, Wanita itu menatap Alan yang kini masih menunjukkan senyuman termanis nya.
"Hebat kamu Alan. Hebat kamu bisa menjadi apa yang kamu cita-citakan. Selamat ya"
Di Tempat Lain.
Setelah selesai menghabiskan semua makanan dan juga beberapa cemilan, Nadira tertidur. "Astaga wanita ini. Habis makan malah molor" ujar Devano sambil menatap raut wajah Nadira yang sudah tenang, Lelap dan damai dalam tidurnya.
"Tapi kalau di perhatikan dia cantik juga" ucap Devano tanpa sadar.
Namun sedetik kemudian pria itu menggelengkan kepalanya saat menyadari apa yang baru saja dia katakan.
"Ah ngomong apa aku. Mana ada dia cantik, Ngeselin begitu" ucapnya dan langsung memalingkan wajahnya ke lain arah. Menatap ke luar jendela sambil sesekali melihat jam di tangannya.
"Rasanya masih sangat tidak percaya jika Ratna sangat tega melakukan hal ini padaku" batinnya yang penuh dengan rasa kecewa.
Kenapa selama ini Devano tidak menyadari sikap serta sifat asli Ratna. Selama satu tahun, Ternyata Ratna sangat pandai menggunakan topengnya.
Kata-kata Ratna terus saja mengganggu pikirannya "Awas saja kamu, Ratna. Akan saya pastikan kamu menyesali apa yang sudah kamu lakukan terhadapku" ucap Devano sambil mengepal kuat kedua tangannya.
1 jam kemudian, Mereka berdua sudah tiba di jakarta. Devano membangunkan Nadira yang masih begitu menikmati tidurnya kali ini.
"Nadira bangun. Nadira" ucap Devano sambil menepuk pundak Nadira.
"Nadira ayo bangun" ucap Devano lagi.
Namun wanita itu masih terus menikmati tidurnya dan tidak terganggu sedikitpun. "Ais wanita ini. Bener-bener memang. Suka makan, Ngeselin, Suka tidur juga. Astaga!. Kasian sekali pria yang menjadi suaminya kelak. Sangat tidak beruntung memiliki istri sepertinya. Nilainya jelek semua" ucap Devano sambil menggelengkan kepalanya.
"Apa bapak bilang, Nilai saya jelek semua? Lalu bagaimana dengan anda? Apa anda merasa pria paling baik sedunia. Hello pak Devano, Dengerin saya ya. Siapapun yang menjadi suami saya kelak, Dia akan menjadi pria paling beruntung sedunia. Karna apa? Karna selain saya cantik dan pintar, Saya juga wanita sholehah dan pintar masak tentunya" ucap Nadira yang tiba-tiba.
Mendengar Nadira memuji dirinya sendiri membuat Devano mengangkat sebelah sudut bibirnya "Apa kamu bilang? Apa saya tidak salah dengar? Bukannya beruntung malah buntung" balas Devano sambil terkekeh.
"Heh pak. Hati-hati, Nanti kalau misalnya yang menjadi jodoh saya adalah bapak bagaimana? Apa bapak termasuk pria yang tidak beruntung?" tanya Nadira sambil menatap Devano.
"Sayangnya saya tidak mau jodoh sama kamu. Lebih baik jomblo dari pada punya istri yang modelnya begini. Udah suka tidur, Bawel, Ngeselin lagi"
Mendengar itu membuat Nadira menatap tajam Devano "Apa yang bapak katakan tadi? coba ulangi lagi, Saya tidak jelas" ucapnya sambil terus menatap Devano.
Glek
Mendapatkan tatapan seperti itu tentu saja membuat Devano bergidik ngeri"Astaga, Kenapa aku lupa jika dia adalah calon wanita syco yang cukup meresahkan" batin Devano sambil memalingkan wajahnya kelain arah.
"Kenapa diam saja pak Devano. Bisa tolong ulangi lagi apa yang tadi anda katakan, Hmm" ucap Nadira lagi sambil terus menatap tajam Devano.
"S-saya tidak mengatakan apa-apa. Ah, Tadi saya hanya bilang kalau kamu itu wanita yang sangat cantik dan juga pintar. Siapapun yang nanti menjadi suamimu, Dia adalah pria yang paling beruntung" balas Devano yang mencoba berbohong.
"Ah, Begitu rupanya. Ya sudahlah, Saya juga tau kalau pria yang nanti akan menjadi suami saya adalah pria yang sangat beruntung" gumam Nadira dan langsung keluar dari dalam jet itu.
"Dasar wanita tak waras. Beruntung dari mana nya. Kalau sampai jadi suami wanita calon syco seperti nya"
Setelah tiba di luar, Devano memanggil Nadira dan memintanya untuk mempersiapkan berkas yang akan mereka gunakan meeting siang ini .
"Nadira, Kamu siapkan berkas yang akan kita gunakan meeting 1 jam lagi" ucap Devano pada Nadira
"Berkas yang mana, Pak?" tanya Nadira yang terlihat sedikit bingung.
"Berkas yang kemaren saya titip sama kamu. Kamu taroh dimana berkas itu. Cepat ambil dan langsung menuju lokasi meeting"
"Berkas kemaren. Yang mana pak?" tanya Nadira lagi.
"Itu beberapa lembar kertas yang saya berikan sama kamu di ruangan"
Mendengar perkataan Devano membuat Nadira berusaha mengingat kejadian dua hari yang lalu.
"Bukan kah kemaren bapak meminta saya buat membuang kertas-kertas itu ya. Jadi saya membuang semuanya"
"Apa! Jangan bercanda, Nadira. Ini bukan waktunya bercanda" ucap Devano yang terlihat sedikit panik.
"Saya tidak bercanda, Pak. Memang dia hari yang lalu saya membuang kertas yang bapak kasih. Memangnya itu kertas apa, Pak?"
"Astaga Nadira, Itu berkas yang sangat penting. Bagaimana bisa kamu membuangnya tanpa membaca isinya terlebih dahulu. Dasar asisten tidak berguna! Apa kamu tau, Itu adalah berkas penting yang akan saya gunakan untuk meeting dengan klien penting, Jika seperti ini, Bila-bila saya gagal"
"Maafkan saya, Pak. Saya benar-benar tidak tau kalau kertas itu penting" ucap Nadira sambil menundukkan wajahnya.
"Pergi kamu, Dan mulai hari ini, Kamu tidak usah lagi datang ke kantor, Saya pecat kamu. Saya tidak butuh karyawan yang teledor sepertimu"
