NovelToon NovelToon
TERSERET JANJI ATHAR

TERSERET JANJI ATHAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Idola sekolah
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Halwa adalah siswi beasiswa yang gigih belajar, namun sering dibully oleh Dinda. Ia diam-diam mengagumi Afrain, kakak kelas populer, pintar, dan sopan yang selalu melindunginya dari ejekan Dinda. Kedekatan mereka memuncak ketika Afrain secara terbuka membela Halwa dan mengajaknya pulang bersama setelah Halwa memenangkan lomba esai nasional.
Namun, di tengah benih-benih hubungan dengan Afrain, hidup Halwa berubah drastis. Saat menghadiri pesta Dinda, Halwa diculik dan dipaksa menikah mendadak dengan seorang pria asing bernama Athar di rumah sakit.
Athar, yang merupakan pria kaya, melakukan pernikahan ini hanya untuk memenuhi permintaan terakhir ibunya yang sakit keras. Setelah akad, Athar langsung meninggalkannya untuk urusan bisnis, berjanji membiayai kehidupan Halwa dan memberitahunya bahwa ia kini resmi menjadi Nyonya Athar, membuat Halwa terombang-ambing antara perasaan dengan Afrain dan status pernikahannya yang tak terduga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Beberapa jam kemudian mereka berdua telah sampai dan Halwa turun dari mobil.

Afrain sedikit terkejut ketika melihat mobil yang sama seperti yang digunakan oleh lelaki yang pernah berpapasan dengannya.

"Kak Afrain, kenapa kakak disini?" tanya Halwa.

Afrain mengambil kotak kue yang tadi ia beli dan ia menyerahkannya kepada Halwa.

"Ini kue tart mini strawberry kesukaan kamu." jawab Afrain.

"Kak, kenapa repot-repot segala?"

Afrain menggelengkan kepalanya sambil tersenyum ke arah Halwa.

"Nggak merepotkan sama sekali, Hal. Oh, ya Hal. Kamu sama siapa kesini?" tanya Afrain.

"S-sama Paman aku, Kak."

Afrain mendekat ke arah Halwa dan langsung menggenggam tangannya.

"Apa kamu sedang menyembunyikan sesuatu, Hal?"

Halwa menelan salivanya saat mendengar pertanyaan dari Afrain.

"Nggak kok, Kak. Aku nggak nyembunyiin apa-apa," jawab Halwa berusaha meyakinkan.

Afrain menghela napas panjang dan menatap wajah Halwa.

"Lalu, kenapa kamu terlihat gugup? Dan kenapa mobil yang mengantarmu sama persis dengan mobil lelaki yang pernah aku temui? Mobil itu sepertinya mobil mahal, Hal. Apa pamanmu benar-benar sekaya itu?"

Halwa menarik tangannya perlahan dari genggaman Afrain.

"Aku nggak tau soal mobilnya, Kak. Mungkin kebetulan aja. Paman aku memang lumayan berada." jawab Halwa.

Afrain mengangkat dagu Halwa agar menatap wajahnya.

Aku kenal kamu. Kamu nggak pernah bohong sama aku, Hal. Kataka sama aku, siapa lelaki itu ? Dan kenapa dia yang mengantarmu?"

Halwa merasa kebingungan dan ia merasa terpojok dengan pertanyaan Afrain.

"Dia bukan paman aku, Kak. Dia..."

TIIN!

TIIN!

Suara klakson yang dibunyikan oleh Yunus, agar Halwa lekas masuk ke dalam mobil.

"Kak, aku pulang dulu. Aku jelasin lagi kalau aku sudah sekolah." ucap Halwa.

"Halwa!"

Halwa menghentikan langkahnya dan seketika itu juga Afrain langsung mencium bibir Halwa.

Halwa membelalakkan matanya saat merasakan bibir Afrari yang sangat lembut sekali.

"Pulanglah dan kabari aku kalau sampai rumah." ucap Afrain.

Halwa segera berlari dan masuk ke dalam mobil dengan perasaan campur aduk.

Jantungnya berdetak kencang saat mengingat Afrain menciuminya.

"Aku akan merahasiakan semuanya, Nyonya. Asalkan ini yang terakhir kalinya." ucap Yunus yang melihat lelaki itu mencium bibir istri pimpinannya.

"I-iya Yunus, aku janji ini yang terakhir kalinya."

Yunus menghela nafas panjang dan melajukan mobilnya menuju ke rumah.

Tanpa mereka sadari bahwa Athar mengetahui semuanya.

Ia mencengkram erat kedua tangannya di kemudi sampai tangannya membiru.

"Halwa, ini yang kamu lakukan dibelakang ku? Aku memintamu untuk menjaga jarak, tapi kamu tidak melakukannya." gumam Athar yang kemudian melajukan mobilnya menuju ke rumah.

Secepatnya ia melajukan mobilnya menuju ke rumah sebelum Halwa datang bersama dengan Yunus.

Halwa dan Yunus telah sampai di rumah, Yunus meminta Halwa untuk segera masuk kedalam kamarnya

Ia menganggukkan kepalanya dan menyembunyikan kotak berisi kue pemberian Afrain.

Ceklek!

Halwa masuk dan melihat Athar yang masih tertidur pulas di sofa nya.

"Untung saja dia masih tidur," gumam Halwa yang kemudian naik ke atas tempat tidur.

Halwa membuka kotak kue dan melihat kue tart mini strawberry yang siap ia makan.

"Hmmm... Enak sekali kuenya," ucap Halwa diambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Makan apa kamu, Hal?"

Halwa membelalakkan matanya saat mendengar perkataan dari suaminya.

Ia tidak sempat menyembunyikan kotak kue pemberian dari Afrain.

"Hal, kenapa diam? Kamu makan apa?" tanya Athar sekali lagi.

"A-aku makan kue tart mini strawberry, Athar. Apa kamu mau?"

Athar mengambil kue tart itu dan memakannya semua sampai habis.

"Athar, itu kan kue ku. Kenapa kamu habiskan?" tanya Halwa.

"Kue kamu kan juga kue aku. Hal, ingat kalau kita ini suami istri. Dan aku tidak suka jika ada orang lain yang ikut menikmati kue ini." jawab Athar yang kemudian bangkit dari duduknya.

Athar keluar dari kamar dan meminta Halwa untuk segera mandi.

"Kenapa perkataannya seperti itu? Jangan-jangan dia tahu semuanya?"

Hawa menggelengkan kepalanya sambil membayangkan kalau Athar tahu semuanya.

Tok.... tok..... tok.....

"Nyonya, ini pakaian anda. Mari saya bantu ke ke kamar mandi." ucap salah satu pelayan.

Halwa melihat dress santai yang sudah disiapkan oleh Athar.

Ia pun mengambil dress santai yang diulurkan pelayan itu.

Dress itu berwarna dusty pink dan terbuat dari bahan lembut, terlihat mahal namun sangat nyaman.

Halwa mengangguk pada pelayan itu dan masuk ke kamar mandi.

Saat air hangat mengguyur tubuhnya, Halwa mencoba mengusir pikiran tentang ciuman Afrain dan tatapan tajam Athar tadi.

Ia sangat khawatir jika Athar tahu dengan apa yang dilakukan Afrain tadi.

Jangan-jangan dia benar-benar tahu soal Kak Afrain," bisik Halwa pada dirinya sendiri.

Setelah selesai mandi, Halwa mengenakan dress tersebut.

Pakaian itu memang membuat Halwa terlihat segar kembali .

Halwa keluar dari kamar dan langsung berpapasan dengan Athar yang ternyata sudah menunggunya di ambang pintu.

“Sudah selesai?” tanya Athar.

Ia mengenakan kaus polo berwarna gelap dan celana santai, kontras dengan Halwa yang tampak formal dalam dress pemberiannya.

“S-sudah, Athar,” jawab Halwa pelan, tanpa berani menatap mata suaminya.

Athar menggenggam tangan istrinya dan membawanya ke ruang makan dimana pelayan sudah menyiapkan makan malam.

Ruang makan telah diubah menjadi tempat yang sangat formal.

Meja kayu panjang dihiasi lilin, centerpiece bunga segar, dan peralatan makan perak.

Di atas piring, sudah tersaji hidangan utama yang mewah seperti Beef Wellington dan mashed potato yang dikelilingi sayuran panggang.

Athar menarik kursi dan mempersilahkan Halwa untuk duduk.

"Kalian boleh pergi dari sini, karena aku ingin makan malam berdua dengan istriku."

Semua pelayan dan Yunus langsung meninggal ruang makan dan menuju ke taman belakang.

Kemudian Athar duduk di seberangnya, mengambil pisau dan garpu dengan gerakan yang presisi.

“Makanlah, Halwa,” ucap Athar, suaranya datar dan tenang, namun justru ketenangan itu yang membuat Halwa merinding.

Halwa menundukkan kepalanya dan mulai memotong Beef Wellington di piringnya,

Jantungnya berdetak kencang saat suaminya yang dari tadi menatapnya.

"Apakah kue tart tadi enak?” tanya Athar dengan tatapan mata yang tajam.

"E-enak, Athar. Sangat enak,”

Halwa menjawabnya dengan sangat cepat dan hampir saja ia menjatuhkan garpunya.

"Bagus, kalau kamu menyukainya. Siapa pun yang memberikannya pasti mengenalmu dengan baik.”

Halwa mengangkat kepalanya dengan jantungnya berdetak kencang.

Ingin sekali rasanya ia berlari dan kembali ke kamar atas untuk menghindari pertanyaan Athar.

"Aku tidak tahu maksudmu, Athar.”

Athar meletakkan pisau dan garpunya dengan bunyi denting pelan yang nyaring di ruang makan yang sunyi.

Ia bersandar di kursi, melipat tangannya di dada sambil menatap Halwa.

“Halwa, kamu tidak pandai berbohong. Terutama padaku. Aku tahu kamu bertemu Afrain. Aku tahu kamu melepas infus dan memaksa Yunus mengantarmu, Halwa. Dan yang paling penting, aku tahu dia menciummu.”

1
November
lanjut
My 78
di tunggu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!