Kerudung Yang Tersimpan

Seminggu berlalu, Syamil sedang menunggu Syakilah bersama dengan ibu nya, rencana nya mereka akan berkunjung ke rumah Rabiah orang yang begitu berarti bagi ibu Syamil.

"Tuan" seorang pria berumur 30 tahun datang menghampiri nya.

"Bagaimana apa kau sudah menemukan nya?" tanya Syamil seraya menatap tajam pria tersebut.

"Sudah tuan, semua data akan saya kirim ke nomor anda" jawab pria tersebut.

"Ok, bagaimana dengan perusahaan yang ada di Bali?"

"Semua aman tuan, kita tinggal meninjau ulang beberapa lokasi"

"Ok, kamu atur jadwal ku dalam dua Minggu ke depan!" ujar Syamil dan diangguki pria tersebut.

"Baik tuan, saya permisi" pamit pria itu ketika melihat istri dan ibu dari tuan nya melangkah menghampiri Syamil. Syamil mengangguk memberi jawaban.

"Lho, kenapa Leo pergi?" tanya ibu pada Syamil yang melihat pria yang bernama Leo itu melenggang pergi.

"Dia ada pekerjaan banyak umi" jawab Syamil. Ibu Syamil terlihat kecewa.

"Jadi Leo tidak ikut ke rumah ammah Rabiah?" tanya ibu.

"Kita pergi bertiga saja umi, lain kali jika Leo lenggang biar umi pergi di antar Leo" jawab Syamil datar. Sedangkan Syakilah hanya memperhatikan interaksi mereka berdua.

"Ayo umi kita berangkat nanti jiddah menunggu lho" ajak Syamil, ibu pun mengangguk.

"Mana kuncinya biar aku bawah sendiri" pinta Syamil pada sopir. Sopir pun memberikan kunci mobil pada Syamil, seraya membukakan pintu untuk Syamil, sedangkan Syakilah dan ibu memilih masuk terlebih dahulu saat penjaga membukakan pintu mobil untuk mereka berdua.

"Thanks.." balas Syakilah pada pengawal.

Mobil pun berhenti di pekarangan rumah yang bangunan nya nampak sederhana tapi begitu asri. Banyak nya bunga yang mekar bersamaan membuat mata tak hentinya kagum dengan warna warni yang menyejuk kan ketika di pandang. Dengan sigap pengawal membukakan pintu untuk mereka, Ya, meski Syamil menyetir sendiri tapi pengawal selalu mengikuti mereka di belakang dengan membawa mobil sendiri.

"Terima kasih" ucap ibu bersamaan dengan Syakilah yang turun terlebih dahulu. Sedangkan Syamil baru turun setelah memastikan mobil nya mati.

"Sama-sama nyonya" jawab pengawal seraya membungkuk.

"Ayo umi kita masuk!" ajak Syamil setelah memberikan kunci mobil pada pengawal. Ibu pun mengangguk, mereka berjalan menuju teras rumah, rumah dengan bangunan sederhana pintuya pun dari kayu dengan ukiran, di depan pintu tersedia lonceng untuk mengetuk. Syamil mulai mengetuk pintu itu, tak lama pintu pun terbuka dimana ada seorang wanita sementara ibu berdiri di ambang pintu, terukir senyum di bibir nya.

"Assalamu'alaikum" salam ibu.

"Wa'alaikum salam," jawab wanita itu ramah.

"Mbak Asi kok gak kabarin kalau mau datang kesini? " lanjut Safa seraya menyalami ibu.

"Kebetulan ada Syamil jadi mbak ajak mereka kesini" jawab ibu.

"Ammah, apa kabar?" sapa Syamil.

"Alhamdulillah sehat, ini istri kamu cantik sekali?" Safa mengulas senyum ramah pada Syakilah.

"Ya ammah benar, namanya Syakilah" timpal Syamil memperkenalkan Syakilah pada Safa. Syakilah mencium punggung tangan Safa dengan takzim.

"Nama saya Syakilah ammah" ujar Syakilah. Safa membalas dengan senyuman.

"Nama yang cantik" timpal Safa.

"Ayo masuk, umi dan baba di dalam, mereka pasti senang!" ajak Safa mempersilahkan masuk para tamu nya.

"Umi, baba lihat lah siapa yang datang" ujar Safa ketika mereka sampai di ruang tengah dimana ibu menyongket dan ayahnya sedang duduk di karpet menonton televisi. Mereka serempak mengarah ke belakang, jari ibu berhenti ketika melihat sosok yang sangat dia sayangi ada di depan mata nya.

"Asih, dan cucu jiddah" ujar nya seraya berdiri menghampiri.

"Ammah, apa kabar?" tanya ibu memeluk ammah.

"Alhamdulillah, kenapa gak kabarin kalau mau datang?"

"Surprise jiddah" timpal Syamil. sontak ammah mengarah pada Syamil dan Syakilah yang ada di belakang ibunya.

"Ini cucu menantu jiddah kan?"

"Hem, istri Syamil yang cantik jiddah" lagi Syamil yang menjawab. Syakilah tersenyum canggung, pasalnya sudah dua kali Syamil berhasil membuat dirinya tersipu malu dengan wajah yang sudah seperti kepiting rebus.

"Baba apa kabar?" tanya ibu pada baba yang berdiri di belakang ammah Rabiah. Dengan mengulas senyum tulus baba menjawab.

"Alhamdulillah baik Asi, ayo kita duduk!" ajak baba dan semua pun duduk di karpet yang ada di ruang tengah rumah ammah. Sedangkan Safa mengambil beberapa kudapan juga minuman di bantu oleh ibu Asiyah.

***

Di negara lain dua orang nampak duduk santai di mini bar yang tersedia di rumah tersebut mereka nampak menikmati moktail yang ada dalam gelas.

"Apa kau sudah yakin ingin membuang masa lajang mu dude?" sarkas lelaki yang usianya sudah setengah abad tapi masih tampan di usianya.

"Hem,, aku ingin memiliki keturunan" jawab teman nya seraya meneguk minuman yang ada di tangan nya.

"Apa dia sudah mencintai mu?"

"Entahlah, yang terpenting dia akan menjadi milik ku selamanya dengan ikatan pernikahan ini" jawab teman nya dengan yakin, sedangkan lelaki itu tersenyum kecut.

"Kenapa kau tak mencoba membuka hatimu Husen, apa kau ingin melajang selama nya?" celetuk sang teman.

"Tidak ada wanita seperti dia"

"Tapi dia kan sudah menjadi istri orang"

"CK, jangan belagu, nasib kita sama"

"Setidaknya kini aku akan menikahi wanita yang ku cintai"

"Terserah" timpal Husen yang meninggalkan teman nya.

"Hei, Jangan lupa janjimu untuk memperketat keamanan ku" ujar teman nya. dia menarik nafas panjang untuk merendahkan gemuruh dalam perasaan nya.

"Nuri, aku akan melakukan apa pun untuk keselamatan mu" ucap lelaki itu yang tak lain adalah Carlos. Sebelum beranjak Carlos menarik nafas panjang, dia tahu kehidupan yang dia jalani sangat lah kejam dan penuh bahaya. Untuk itu dia akan melakukan apa pun untuk keselamatan Nuri. Langkah Carlos memang berat tapi untuk menikahi Nuri adalah pilihan nya. Ponsel nya berdering segera dia menggeser tombol hijau yang ada di layar.

"Ada apa sayang?"

'Apa kamu masih lama?'

"Baru di jalan menuju rumah, apa ibu bertanya sesuatu?"

'Ya, beliau nanyain kamu'

"Ok, tunggu aku sayang, bilang sama ibu aku segera datang"

'Hem, hati-hati'