Ditindas, dijual oleh keluarga sendiri, dimanja dan dibela oleh keluarga suami
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16. Menghajar Pak Alan
Mertua dan menantu pergi dengan taksi, Bu Lusi menolak diantar oleh Juni ataupun Agus, karena Bu Lusi tidak mau mengganggu pekerjaan anaknya.
Bu Lusi tau kalau Juni terburu-buru ke restoran cabang di kota S, jadi Bu Lusi tidak mau menghambat karena dia juga sudah memesan taksi.
Taksi yang ditumpangi oleh Bu Lusi dan April berhenti didepan mall, kedua wanita beda usia itu turun dari taksi.
Bu Lusi menggenggam tangan April, keduanya berjalan beriringan. "Bu, apa tidak apa-apa memakai kartu mas Juni membayar belanja ?" tanya April pada mertuanya, dia merasa tidak enak menggunakan uang Juni untuk kepentingannya.
"Tidak apa-apa, kamu jangan merasa tidak enak, kamu istrinya Juni, jadi kamu berhak pada uang Juni, dan kartu itu kamu yang pegang, jangan dikembalikan, Juni masih punya banyak kartu lain." Jawab Bu Lusi sembari bergandengan memasuki mall.
"Tapi Bu, belinya satu aja ya, soalnya kasihan mas Juni, dia pasti lelah mencari duit." Ujar April lagi polos.
Mendengar April berkata sedemikian, Bu Lusi memutar bola matanya, menantunya itu terlalu polos.
"Kamu tidak tau aja, Juni punya banyak duit, bisnisnya lancar, kamu itu terlalu polos, lagian membeli beberapa pakaian untuk istrinya tidak akan membuat dia bangkrut." Bu Lusi geleng kepala dengan menantunya itu.
April akhirnya tidak berkata apapun lagi, dia gimana kata mertuanya, April tinggal ikuti aja.
keduanya sampai disebuah toko pakaian mewah, Bu Lusi memilih baju yang sedikit mahal dan elegan untuk April.
"Coba yang ini, ini sangat cocok ditubuh mu." Ujar Bu Lusi memberikan baju itu ketangan April.
April menerima, dia terkejut Samapi sulit menelan saliva saat melihat label harga baju yang dipilih mertuanya untuknya.
"Kamu kenapa melamun, pergi coba sana !" titah Bu Lusi.
"Jangan yang ini, aku gak suka, kita lihat yang lain aja ya Bu." April beralasan tidak suka, padahal dia takut banyak menghabiskan uang Juni karena harga baju itu sangatlah mahal bagi gadis miskin seperti April.
Ibu Lusi tersenyum, dia tau menantunya itu bukan tidak suka sama bajunya, tapi takut karena baju itu mahal harganya.
"Kenapa tidak suka ? Baju ini cantik kok, Ibu aja suka, pokoknya Ibu mau kamu memakainya." Paksa Bu Lusi.
"Tapi Bu--" April terdiam, bibirnya tertutup rapat seperti terkunci, dia tidak berani berbicara lagi kalau Ibu mertuanya sudah membuat keputusan.
"Jangan membantah, kalau tidak Ibu pecat kamu jadi menantu." Ancam Bu Lusi tidak serius.
"Hahaha, Ibu lucu ya, mana ada menantu dipecat, menantu itu di usir, dan di ceraikan." Jawab April polos.
"Sama aja, udah sana coba baju ini." Titah Bu Lusi menarik tangan April masuk keruangan ganti untuk mencoba.
April tidak bisa beralasan lagi, mau tidak mau, dia harus mencobanya, urusan uangnya Juni nanti dia akan mencari cara untuk membayarnya, begitu pikirnya.
April dan Bu Lusi menghabiskan waktu di mall sudah 4 jam, dari membeli baju dan beberapa aksesoris, keduanya juga jalan-jalan dan makan-makan.
April terlihat begitu senang, Ibu mertuanya sangat baik padanya, dia sangat dimanjakan oleh Ibu mertuanya.
Setelah mereka rasa cukup, keduanya keluar dari mall, Mertua dan menantu itu akan pulang.
Keduanya menunggu taksi, namun tiba-tiba Bu Lusi perutnya mulas, dia terlalu banyak makan pedas tadi, terpaksa Bu Lusi kembali masuk kedalam mall karena toilet yang tersedia hanya ada disana.
"Kamu tunggu disini sebentar, kalau taksinya sudah tiba suruh nunggu Ibu sebentar." Ujar Bu Lusi.
"Ibu mau kemana ?" tanya April, khawatir melihat wajah mertuanya seperti menahan sesuatu.
"Ibu mau ke toilet, perut Ibu sakit." Jawab Bu Lusi langsung pergi meninggalkan April sendiri.
April menunggu taksi, seperti yang diminta oleh Ibu mertuanya, namun tanpa disangka seseorang menarik tangannya keras.
"Ayah," April terkejut saat menoleh ternyata yang menarik tangannya adalah Pak Alan.
"Anak kurang ajar kamu, kamu mau membuat juragan Sofyan membunuhku, ayo ikut ayah pulang." Pak Alan menarik paksa tangan April.
"Aku tidak mau, aku tidak mau menikah dengan juragan tua itu, lepaskan, lagian aku sudah menikah." April mencoba melepaskan tangannya dari cengkraman Pak Alan.
"Jangan kurang ajar kamu, ikut aku pulang," Pak Alan tetap memaksa walaupun April sudah mengatakan kalau dia sudah menikah.
"Tidak, aku tidak mau, aku sudah menikah, aku sekarang istri orang," April tetap melawan.
Plaaak, lima jari mendarat dipipi manis April hingga membuat pipi manis itu merah, namun tidak cukup sampai disitu, Pak Alan sekali lagi menampar April.
Pak Alan juga mendorong April hingga tubuh April terhuyung dan hampir jatuh.
Namun tubuh itu di topang oleh seseorang. "Siapa kamu, apa yang kau lakukan pada menantuku ?" Bu Lusi terlihat marah, dia menatap tajam pada Pak Alan yang dia lihat menampar dn mendorong April menantunya.
"Siapa kamu, berani ikut campur urusan ku, dia anakku, ini urusan keluarga, kamu jangan ikut campur !" Pak Alan menunjuk wajah Bu Lusi.
Bu Lusi menatap April, dia ingin memastikan apa benar yang dikatakan oleh lelaki didepannya saat ini.
"Apa benar itu orang tau kamu ?" tanya Bu Lusi.
April menggeleng. "Dia bukan Ayahku, dia lelaki yang akan menjual ku, ke lelaki tua, dan memaksa ku menikah agar hutangnya lunas." April akhirnya jujur.
"Mendengar pernyataan April, Bu Lusi berang, tangannya mengepal erat, tatapannya tajam bagaikan mata harimau yang melihat mangsanya.
"Dia sekarang menantuku, lebih baik kamu jangan ganggu dia lagi, pergi ." Bu Lusi masih menahan amarahnya.
Dia tidak mau ribut didepan banyak orang yang sedang berlalu lalang keluar masuk mall.
"Aku gak peduli, dia harus pulang, dia harus menikah dengan juragan Sofyan." Pak Alan menarik lagi tangan April.
Tapi Bu Lusi tidak akan membiarkan itu, dia langsung mencengkram tangan Pak Alan dan menghempasnya.
Bu Lusi juga menarik April kebelakang tubuhnya untuk melindungi menantunya itu.
Pak Alan yang kesakitan karena tangannya dihempas kuat oleh Bu Lusi, dia sangat marah, dia tidak terima.
"Kamu ingin melawanku rupanya," Pak Alan pikir melawan seorang wanita sangat enteng baginya, tidak ubahnya seperti Bu Martha istrinya.
Pak Alan langsung menyerang Bu Lusi, namun siapa sangka tubuh Pak Alan jatuh tengkurap, karena tendangan Bu Lusi.
Pak Alan bangun, mukanya sudah memerah karena amarah, dia akan memukul Bu Lusi yang telah berani menendangnya.
Namun sayang sekali, tubuh Bu Lusi tidak tersentuh oleh Pak Alan, yang ada Pak Alan sekali lagi terpelanting.
Bu Lusi kemudian menyerang Pak Alan, dengan beberapa pukulan dan tendangan sehingga tubuh Pak Alan babak belur.
"Apa mau lagi ?" tanya Bu Lusi, dengan tawa mengejek.
"Kurang ajar kamu, aku tidak akan melepaskan mu ?" ancam Pak Alan sembari lari dari hadapan Bu Lusi.
Bu Lusi sangat pintar berkelahi, karena dia mantan pemegang sabuk hitam sebelum menikah dengan Bapaknya Juni.
Bersambung.
kisah nya sama dengan April karena April juga awal nya ditolong sama Juni dan akhirnya mereka menikah ibu Juni pun sosok yang baik dan sayang serta perhatian sama April.. semoga ibu nya Agus pun demikian juga dengan Ayu
Blum y thor..🤣🤣🤣