Zhang Jian adalah Pangeran, pendekar, pembual, dan penegak keadilan yang suka bikin onar.
Dia bukan murid biasa di Sekte Kunlun, ia datang membawa warisan legendaris: Cincin Naga Langit, peninggalan Siluman Naga dari dunia lain yang membuatnya kebal terhadap serangan Qi dan nyaris tak terkalahkan.
Akan tetapi, tak ada kekuatan yang abadi.
Cincin itu hanya akan melindunginya selama sepuluh tahun. Setelah itu? Dia akan menjadi sasaran empuk di dunia yang tak mengenal belas kasihan. Dunia di mana para pendekar saling menyingkirkan demi kejayaan sekte, harta karun langit, dan ramalan kuno yang bisa mengguncang tatanan alam.
Ketika Sekte Demon mengancam kehancuran dunia, Zhang Jian harus memilih: tetap menjadi bayangan dari kekuatan pinjaman, atau membuka jalan sendiri sebagai pendekar sejati.
Langit tak akan selamanya berpihak.
Bisakah seorang pembual menjadi legenda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bang Regar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ye Xiu
Lemak perut Ye Xiu bergetar hebat saat ia tertawa terbahak-bahak. “Ada apa, Feng? Kenapa kau malah cemberut melihatku padahal bukan aku yang tidak mampu kau kalahkan,” ejeknya.
“Diam kau, Ye Xiu!” bentak Li Feng.
Grgrgrgrgrgrgr!
Monster Harimau Hitam memamerkan taringnya, ikut marah karena majikannya dihina oleh manusia gendut di depannya.
Shshshshshsh!
Monster Ular Kobra berkepala emas mendesis dan melepaskan aura yang mengintimidasi, sehingga bulu-bulu Monster Harimau Hitam berdiri.
“Tenanglah sayangku!” Ye Xiu membelai kepala Monster Ular Kobra, lalu menatap Li Feng dengan seringai lebar. “Apa kau ingin menambah musuh untuk faksimu?”
Li Feng tentu tidak berani melawan Ye Xiu, sebab faksinya adalah yang terlemah di Sekte Kunlun. Selama ini mereka hanya berani melawan murid-murid baru saja, ia dendam pada Zhang Jian karena dipermalukan di depan murid-murid baru tersebut.
“Karena kau tidak menanggapi ucapanku, maka aku anggap kau tidak berani melawanku he-he-he ….” Ye Xiu tertawa terbahak-bahak. “Baiklah, aku akan memberikan sedikit saran padamu. Sebaiknya kau meminta maaf pada Zhang Jian atau ajak murid-murid senior yang lebih kuat melawannya. Kalau tidak diatasi sekarang, maka kalian tidak akan bisa mengalahkannya di masa depan.”
Ye Xiu sudah menonton pertarungan mereka tadi. Walaupun Zhang Jian hanya menggunakan Tehnik dasar, tetapi seni beladirinya sudah sangat ahli. Itu pasti ditempa oleh Pasukan Kerajaan, kalau Zhang Jian diberikan sebuah Tombak atau Pedang—maka monster Harimau Hitam pasti akan terluka.
Li Feng mendengus dingin dan menjauh dari Ye Xiu sembari mengatakan, “Urus saja urusanmu sendiri!”
Namun, ia merasa apa yang dikatakan oleh Ye Xiu memang benar. Tapi masalahnya adalah senior-seniornya di faksi Li Mu tidak mau turun tangan membantunya. Mereka sibuk berkultivasi untuk persiapan perang melawan Sekte Demon.
Itu juga alasan faksi lain yang membenci Zhang Jian juga tidak bergerak hingga saat ini, karena semua orang ingin meningkatkan Kultivasi masing-masing agar tidak terbunuh dengan mudah saat berhadapan dengan Sekte Demon. Apalagi rumornya, seni beladiri murid-murid Sekte Demon sangat kuat—mereka bahkan menghancurkan Sekte besar di wilayah utara hanya dalam kurun waktu satu hari saja.
...***...
“Sialan kau Li Feng, aku tidak punya rakit bambu lagi!” keluh Zhang Jian hanya berdiri di sebatang pohon bambu saja.
Dia tidak menyangka Li Feng sangat pendendam, padahal murid senior lain yang ia permalukan tidak ada yang balas dendam padanya. Toh, aksi pembullyan di Sekte beladiri adalah hal yang wajar untuk meningkatkan persaingan.
Zhang Jian menarik nafas dalam-dalam dan menenangkan hatinya. Lupakan saja tentang Li Feng, ia adalah Pangeran baik hati yang sudah terbiasa menghadapi berbagai macam watak warganya. Masalah Li Feng bisa diselesaikan kapan saja—untuk saat ini lebih baik ia fokus pada misinya agar bisa menukarkan Poin Sekte dengan seni beladiri level tinggi.
“Kalau tidak salah dibalik gunung itu ada kota kecil, nanti dari sana aku akan naik kereta kuda menuju Klan Yi,” gumamnya.
Dia tidak membawa uang tunai, tetapi kata tetua aula misi. Ada cabang asosiasi alkemis di sana. Dia bisa menukarkan Batu Spritual dengan uang tunai Kerajaan Yunhai. Uang itu akan menjadi bekal perjalanannya selama menjalankan misi.
Tak lama kemudian, ia akhirnya sampai ke kota kecil bernama kota Lereng Gunung Phoenix tersebut.
Menurut legenda setempat, nama itu diambil dari monster Phoenix yang dulu pernah bersarang di puncak gunung. Namun, pemimpin pertama Puncak Penjinak Monster menangkap Phoenix tersebut dan menjadikannya sebagai peliharaannya.
Zhang Jian teringat, Tetua aula misi mengatakan jika ia membutuhkan biaya untuk membayar transportasi atau untuk membeli makanan, maka ia bisa menukarkan beberapa Batu Spritual ke Asosiasi Alkemis cabang setempat.
Assosiasi Alkemis adalah sebuah organisasi bisnis besar dari dataran tengah. Anggotanya semuanya adalah Kultivator. Menjalankan bisnis pembuatan Pil Spritual khusus penyembuhan yang dipasarkan pada manusia fana, jual-beli monster termasuk Batu Spritual, jual beli tanaman herbal, dan lain-lain.
Setelah berjalan seratus langkah dari pinggir sungai, Zhang Jian langsung melihat plakat kayu terpampang di atas pintu bangunan megah bertuliskan “Cabang Asosiasi Alkemis Kota Lereng Gunung Phoenix”.
Zhang Jian langsung masuk ke dalam untuk menukarkan Batu Spritual menjadi uang tunai Kerajaan Yunhai.
“Ada yang bisa kami bantu, tuan muda?” Seorang Pria berusia sekitar Tiga Puluhan tahun menyapa Zhang Jian dengan senyum ramah khas para pedagang.
“Aku akan menukarkan Batu Spritual dengan uang tunai!” sahut Zhang Jian menyerahkan sebuah Batu Spritual kelas rendah.
“Oh, hanya satu saja? Apa tuan muda tidak mau menukar yang lain? Misalnya Pil ataupun Batu Spritual kelas tinggi, kami akan membayar mahal.” Alkemis merayu Zhang Jian, karena ia tahu Zhang Jian adalah murid Sekte Kunlun hanya dari pakaiannya saja.
Transaksi bisnis dengan murid-murid Sekte yang jarang keluar dari sarangnya adalah yang terbaik, karena ia bisa membeli barang bagus semurah-murahnya sementara menjual semahal mungkin.
Sebagai Putra mahkota yang sering melakukan pencitraan, Zhang Jian sudah terbiasa bergelut dengan pedagang. Tentu ia tahu apa yang dipikirkan oleh alkemis ini.
“Itu saja,” sahut Zhang Jian dengan ekspresi wajah datar. “Oh, Paman Alkemis, apakah ada jasa transportasi menuju Klan Yi?”
Senyuman Alkemis itu langsung memudar karena Zhang Jian ternyata hanya ingin menukarkan sebuah Batu Spritual kelas rendah. Transaksi ini tidak menguntungkan sama sekali, karena ia hanya mendapatkan biaya administrasi senilai satu persen saja dari nilai jual Batu Spritual itu.
“Ini 99 Koin Emas!” seru Alkemis itu. “Pergilah ke Pengawal Besi, mereka menyediakan jasa transportasi ke berbagai tempat di Kerajaan Yunhai ini.”
Karena suasana hati Alkemis itu memburuk, Zhang Jian tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia langsung mengucapkan terima kasih dan keluar dari gedung Asosiasi Alkemis.
Adapun cabang Pengawal Besi ternyata ada di seberang jalan saja.
“Apakah ada transportasi yang berangkat melewati Klan Yi?” Zhang Jian bertanya pada seorang Pria kekar yang sedang mengangkat muatan ke atas gerbong kereta kuda.
Pria kekar itu menoleh ke arah Zhang Jian sembari tersenyum lebar. “Kebetulan semua barang-barang ini akan melewati Klan Yi, naiklah ke gerbong paling depan. Biayanya Satu Koin Emas.”
Zhang Jian mengerutkan kening, ongkosnya sangat mahal sekali.
“Itu kereta kuda super-mewah, kalau mau yang biasa-biasa saja maka datanglah kemari besok pagi. Transportasi murah selalu berangkat dari sini saat pagi hari,” kata pria kekar itu sudah tahu apa yang ada dibenak Zhang Jian.
Zhang Jian memaksakan diri untuk tersenyum dan berkata, “Aku akan ikut kereta kuda super-mewah ini saja.”
Dia tidak ingin membuang-buang waktu di sini, ia ingin segera menyelesaikan misi ini agar bisa segera kembali ke Sekte Kunlun dan lanjut berkultivasi.
“Ambil tiketmu ke kasir dan langsung masuk ke gerbong kereta. Kita akan segera berangkat,” kata pria kekar itu.
Barang-barang yang ia angkat ke dalam gerbong kereta adalah muatan terakhir. Pasukan Pengawal Besi yang berjumlah 15 Pendekar sudah naik ke kuda masing-masing.