Samantha diusir oleh ayah nya karena menolak pria yang dijodohkan oleh ayah nya,dia pergi kesebuhan kota dan tinggal disana untuk menunjukan pada ayah nya jika dia bisa bertahan hidup tanpa bantuan ayahnya.pada suatu malam Samantha menemukan seorang bayi laki-laki didepan rumah nya.
Karena iba Samantha memungut bayi itu dan berjuang membesarkan nya.tiga tahun kemudian Samantha kembali memungut seseorang didepan rumah nya.
Kali ini bukan bayi laki-laki,tapi seorang pria tampan yang hilang ingatan.siapa kah laki-laki itu?
Dan bagaimana perjuangan Samantha mempertahan kan bayi itu saat kedua orang tua sang anak kembali untuk meminta anak nya kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gara-gara Jhon
Samantha memandangi jalanan yang dia lalui dari jendela bus yang dia tumpangi dengan perasaan campur aduk.
Padahal kehidupannya biasa saja tiga tahun belakangan ini, dia berusaha merawat Edward dan memberikan yang terbaik untuknya tanpa ada gangguan.
Dia sudah sangat yakin jika orang tua Edward tidak akan datang mencari Edward lagi, tapi entah kenapa hari ini orang-orang yang dia temui membuat nya takut.
Takut akan kehilangan Edward dan takut jika mereka merampas Edward dari sisinya.
Samantha menarik nafasnya dan kembali memandangi jalanan.
Dia hanya melamun disepanjang jalan, tanpa dia sadari ponsel didalam tasnya berbunyi dan membuyarkan lamunannya.
Samantha segera merogoh ponselnya dan menjawabnya.
"Halo." katanya dengan tidak semangat.
"Kenapa suaramu seperti itu? Apa kau tidak senang daddy menghubungimu?"
"Daddy?" Samantha tidak percaya mendengar suara ayahnya.
Sudah tiga tahun dia pergi dan Samantha tahu ayahnya masih marah padanya. Ayahnya tidak mungkin menghubunginya begitu saja jika tidak ada apa-apanya.
"Apa kabarmu?" tanya ayahnya lagi.
"Jangan basa-basi, apa yang daddy mau?" tanyanya dengan ketus.
"Anak kurang ajar, apa aku tidak boleh tahu keadaanmu?" teriak ayahnya
"Bukan begitu, aku hanya curiga dengan sikap daddy."
Alex menarik nafasnya, tiga tahun sudah putrinya pergi. Dia mengira jika Samantha tidak akan bertahan diluar sana dan merengek pulang dan mengikuti perkataannya, tapi siapa sangka?
"Aku dengar dari mommymu jika kau sudah punya pacar, apa itu benar?" tanya ayahnya tanpa basa basi.
Samantha memijit pelipisnya, dia sedang pusing memikirkan masalah Edward tapi sekarang ayahnya malah bertanya soal kekasih?
"Kenapa diam saja? Apa kau bohong pada mommymu?"t anya ayahnya lagi
"Tidak, itu benar!" jawabnya.
"Bagus kalau begitu! Bawa pacarmu pulang untuk menemui kami, jika pria itu sesuai dengan harapanku maka aku tidak akan menjodohkanmu lagi." perintah ayahnya.
"Apa maksud daddy dengan pria yang sesuai dengan harapan dady?" tanyanya.
"Kau tahu bukan maksudku? Aku bisa menebak kau hanya bisa berpacaran dengan gembel dengan statusmu sekarang." hina ayahnya.
Samantha mengepalkan tangannya, dia sangat ingin menyangkal perkataan ayahnya tapi dia sedang malas berdebat dengan ayahnya.
"Tidak bisa dad, aku sibuk!" katanya dengan kesal.
Ayahnya masih saja tidak berubah, selalu ingin mengatur kehidupannya.
"Sibuk? Sibuk apa?"
Samantha hanya diam, tidak mungkin dia mengatakan pada ayahnya jika dia bekerja disebuah restorant karena ayahnya pasti akan marah.
"Jangan-jangan kau hanya berbohong?" tebak ayahnya.
"Tidak daddy, aku tidak bohong." jawab Samantha dengan cepat.
"Kalau begitu, segera pulang kerumah bersama pacarmu. Jika tidak aku dan ibumu yang akan pergi kesana! Dan asal kau tahu, jika kau berbohong maka kau tidak akan bisa menolak lagi pria yang akan aku jodohkan padamu." kata ayahnya lagi
Samantha menarik nafasnya, dia benar-benar frustasi dan sebaiknya dia mengiyakan ucapan ayahnya saja.
"Baiklah, aku akan pulang nanti." jawabnya.
"Bagus!"
Setelah berkata demikian Alex langsung mematikan ponselnya dan kembali menghubungi seseorang.
"Apa kau yakin melihat putriku?" tanyanya pada orang yang dia hubungi lewat ponselnya.
"Yah, tentu saja aku yakin. Mana mungkin aku salah mengenali perempuan yang akan dijodohkan padaku." jawab seorang pria disebrang sana.
"Ya sudah kalau begitu!" Alex mematikan ponselnya dan meletakkannya diatas meja.
"Anak bodoh, pergi dari rumah malah bekerja direstoran, untuk apa aku menyekolahkanmu tinggi-tinggi. Hanya membuat malu saja dan aku bisa menebak, pacarnya pasti hanya orang biasa." gerutu Alex.
Sebenarnya Alex ingin marah saat mendengar putrinya bekerja direstoran tapi dia urungkan karena dia tahu jika dia marah saat ini maka putrinya tidak akan mau pulang kerumah membawa kekasihnya.
Sedangkan saat itu, Samantha memandangi ponselnya dan menggenggamnya dengan erat.
"Semua ini gara-gara Jhon!" pikirnya
"Jika saja pria itu tidak membuat ibunya salah paham, ayahnya pasti tidak akan memintanya pulang sambil membawa pacar."
Samantha menyimpan ponselnya dan tampak merenung.
Ada baiknya juga, bukankah ayahnya bilang tidak akan menjodohkannya lagi?
Sekarang dia hanya perlu meminta pria itu berpura-pura menjadi kekasihnya.
"Akhirnya pria gila ini ada gunanya juga." pikirnya dalam hati.
Setelah bus yang dia tumpangi tiba, Samantha segera turun dan berjalan kearah rumahnya.
Seperi biasa komplek rumah itu sangat sepi saat malam hari dan entah kenapa dia merasa sedang diawasi oleh beberapa orang.
Samantha berjalan sambil melihat kebelakang, dia merasa ada yang mengikutinya dan benar saja tampak beberapa orang pria mengikutinya dari belakang.
Karena tidak ingin mencari masalah Samantha segera berlari menuju rumahnya, saat dia berlari beberapa pria itu juga berlari mengikutinya.
Samantha semakin mempercepat larinya dan hampir kehabisan nafas saat sudah tiba dirumahnya.
Dengan cepat dia masuk kedalam dan menutup pintu rumahnya rapat-rapat.
Samantha bersandar didaun pintu sambil mengatur nafasnya, bukannya dia takut tapi dia tidak ingin membuat keributan didaerah itu.
"Sam, ada apa denganmu?"
Anne keluar dari dalam kamar dan melihatnya dengan keheranan.
"Aunty Ann, kenapa belum pulang?" tanyanya dengan nafas yang tersengal-sengal.
"Aku tidak bisa pulang karena aku tidak bisa meninggalkan Edward sendiri." jawab Anne
"Maksudmu?"
Samantha tidak mengerti, biasanya Anne telah kembali saat dia pulang kerumah dan biasanya Jhon yang menjaga Edward dan menidurkannya.
Yah...semenjak Jhon tinggal dirumahnya, Anne pasti sudah pulang pada saat-saat seperti itu.
"Waktu kami pulang tuan Jhon tidak ada jadi aku harus menjaga Edwrad sampai kau pulang?" jelas Anne.
Samantha hanya tercengang, tidak ada?
Waktu pagi dia juga tidak melihat pria itu, berarti kemarin Jhon keluar dari rumahnya dan tidak kembali lagi?
"Oh ya sudah, maaf aku tidak tahu. Bibi sudah bisa pulang sekarang." katanya.
Anne tersenyum padanya dan segera mengambil tas dan mantelnya.
"Kalau begitu aku pulang dulu."
"Ya, berhati-hatilah."
Samantha mengunci pintunya saat Anne telah keluar dari rumahnya, dia melihat wanita itu dari balik jendela karena takut orang yang mengejarnya tadi menangkap Anne.
Dia melihat kearah Anne sampai wanita itu hilang dari pandagannya. Samantha merasa lega, untunglah orang-orang tadi tidak mencelakai Anne.
"Mungkin hanya preman!" pikirnya.
Samantha segera berjalan kearah sofa dan duduk disana.
"Jadi pria gila itu sudah pergi?"gumamnya
Dia tahu cepat atau lambat Jhon akan pergi dari rumahnya, mungkin pria itu sudah ingat siapa dirinya dan memutuskan untuk pergi.
Entah kenapa dia merasa sedikit kecewa.
"Ya sudahlah, padahal aku mau meminta bantuannya. Tapi mungkin begini lebih baik." gumamnya.
Samantha segera bangkit berdiri dan menuju kamarnya, dia segera mendekati Edward yang tertidur dengan pulas.
Samantha membelai wajah Edward dengan lembut, wajah pria kecil itu memang sangat mirip dengan pria yang dia temui tadi.
Dia membaringkan tubuhnya diatas ranjang dan menatap langit-langit kamarnya.
"Jhon, pergi kemana sih?"
Samantha memejamkan matanya dan menarik nafasnya dengan berat.
"Pria ini benar-benar menyebalkan, datang seenaknya dan membuat masalah sekarang pergi seenaknya dan meninggalkan masalah." pikirnya kesal.
not i'm promise