"Aku mohon jadilah Mamaku Ra!!" Pinta Hannah temannya sejak pertama kali masuk SMA.
"Jika dalam waktu satu minggu, orang tua mu tak bisa membayar sisa hutangnya, kamu harus menikah denganku manis." Ucap pria lintah darat yang terkenal didaerah itu.
Danira Grisela,
Seorang gadis polos yang baru saja menyelesaikan pendidikan SMA, harus terjerat ancaman seorang lintah darat yang akan menikahinya jika orang tuanya tak bisa melunasi sisa hutangnya.
Namun, ia juga dihadapkan dengan permintaan sahabatnya yang memintanya untuk dengan Ayahnya dan berjanji akan melunasi semua hutang orang tuanya dan menanggung semua kebutuhan keluarganya.
Pilihan manakah yang akan Danira pilih?
Yuk langsung baca ceritanya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 32
Arvin duduk termenung di kamarnya, ia mengingat pertemuannya dengan Dona, sesaat setelah ia pulang dari rumah sakit.
Entah kenapa, pikirannya langsung mencurigai Dona, sebagai dalang dari kecelakaan Danira.
Kecurigaan itu tak bisa diusirnya karena hanya Dona yang membenci Danira.
Bahkan Dona sudah mengajaknya untuk bekerjasama untuk memisahkan Danira dan Hajun.
Flasback
Arvin menatap tajam mata Dona yang kini berdiri dihadapannya.
"Ini ulah Tante kan?! Polisi bilang, ada kemungkinan mobil box itu sengaja nabrak mobilnya Danira, jawab Tante!" Teriak Arvin di depan Dona.
"Kamu kenapa berpikir seperti itu? Oke ... aku emang mau mereka pisah, tapi aku gak sejahat itu!" jawab Dona dengan suara tak kalah keras.
"Ingat ya Tante, kalau sampai terjadi sesuatu sama Danira, dan itu Tante penyebabnya, kemanapun Tante bersembunyi, aku pasti akan menemukan Tante!"
Flashback end
"Tante Dona jangan coba-coba bermain sama keselamatan Danira, karena aku gak bakal tinggal diam!" Janji Arvin dalam hatinya.
***
Seminggu di rumah sakit, akhirnya Danira sudah dibolehkan pulang juga.
Meski pihak kepolisian belum bisa melacak mobil box itu, karena ternyata mobil itu memakai plat nomer palsu.
Hari ini adalah hari ke dua kepulangan Danira dari rumah sakit, dan beberapa hari ini, juga sejak masih di rumah sakit, sampai kembali ke rumah.
Hajun merasa Danira lebih banyak diam, bahkan tak pernah lagi tidur minta dipeluk. Hajun tak tau apa penyebabnya. Pernah Hajun bertanya dan jawabnya.
"Nggak apa, lagi males aja." itu jawaban Danira.
Malam ini, hampir jam sembilan malam, Hajun baru sampai di rumah dan Bibi yang membukakan pintu.
"Tuan mau makan malam, biar Bibi siapkan?" tanya Bibi.
Kepala Hajun mengangguk. Ia masuk ke dalam kamar, ia melihat Danira sudah tertidur.
Hajun masuk ke dalam kamar mandi. Ia mandi dulu sebelum makan. Setelah mandi, Hajun ke dapur dan melihat Bibi sudah selesai memanaskan makan malamnya.
"Danira sama Hannah udah makan, Bi?"
"Non Danira tadi belum makan, Tuan. Kalau Non Hannah, tadi makan di luar sama Den Shaka."
"Ya udah makanannya taruh di nampan aja, biar aku bawa ke kamar." ucap Hajun.
"Baik, Tuan."
Hajun membawa makan malamnya ke dalam kamar. Ia meletakkan nampan di atas meja lalu ia membangunkan Danira.
"Danira, bangun, Sayang. Danira...." Hajun membangunkan Danira dengan menggoyangkan bahu istrinya lembut.
Danira membuka matanya saat merasakan goncangan ditubuhnya.
"Baru pulang ya?"
"Iya, kita makan bareng ya, kata Bibi kamu belum makan malam."
"Aku lagi males makan." Jawab Danira.
"Kamu gak boleh males makan, kasihan anak kita nanti kelaparan." bujuk Hajun.
Danira berusaha untuk duduk dan Hajun membantunya. Hajun meletakan bantal di punggung Danira yang hendak bersandar di kepala ranjang.
Hajun menyuapi makanan ke mulut Danira. Tanpa bersuara, Danira mengunyah makanannya.
Hajun menyuap untuknya sendiri dari piring dan sendok yang sama.
"Masih ada yang terasa sakit, Sayang?" tanya Hajun.
Kepala Danira menggeleng.
"Atau ada sesuatu yang kamu inginkan?"
Danira hanya menggeleng lagi.
Hajun menarik nafas panjang. Ia menatap mulut Danira yang mengunyah dalam diam.
Hajun merasa gemas, melihat bibir mungil Danira yang bergerak mengunyah, sambil kadang mengeluarkan lidah untuk menjilati bibirnya.
Sampai selesai makan dan selesai gosok gigi, mereka berbaring bersebelahan, mereka masih tetap saling diam. Hajun mengambil ponselnya lalu ia mengetik sebuah pesan.
"Aku kangen.. Kangen tawa kamu. Kangen candaan kamu. Kangen manjanya kamu. Kangen cium kamu. Kangen meluk kamu juga. Bilang salah aku sama kamu biar aku bisa memperbaiki diriku. Aku cinta sama kamu." pesan itu Hajun kirim pada Danira yang kini ada disampingnya.
"Sepertinya aku harus banyak belajar, gimana caranya bersikap romantis sama istri. Gak papa lah kalau disebut Om-Om lebay juga." batin Hajun.
Ting!!
Ponsel Danira yang berada di atas nakas berbunyi. Danira meraih ponselnya lalu tiba-tiba ia terkikik geli.
Saat mendengar tawa Danira, Hajun membalikan badannya lalu meraih bahu Danira.
"Danira, kamu kenapa?" tanya Hajun, ia menarik bahu Danira, sampai Danira telentang.
"Ada orang malam-malam gini, ngirim pesan, katanya kangen, ini lihat!" Danira memperlihatkan pesan di ponselnya.
Hajun tersenyum. "Alay yah? Apa lebay? Tapi itu isi hatiku, Sayang."
"Kenapa gak ngomong langsung aja, Ay?"
Pesan Hajun sudah membuat mood Danira kembali baik lagi.
"Kamu mendiamkanku berhari-hari, gimana aku bisa ngomong langsung sama kamu?"
"Aku kan udah bilang, kalau aku cuma lagi malas bicara."
"Cuma itu?" tanya Hajun menyelidik.
Danira terpaksa mengangguk. Ia tak ingin mengatakan alasan sebenarnya, kalau ia kesal, karena Hajun membela Dona.
Hajun sudah memperingatkan agar tak lagi menyebut nama Dona di depannya.
"Karena aku udah bikin kamu tertawa, boleh aku peluk kamu?" tanya Hajun sambil meraih kepala Danira, ia meletakkan kepala Danira di atas lengannya. Sementara tangannya yang lain mengelus lembut perut Danira.
"Geli Ay, jangan gitu ngelusnya!" protes Danira manja, karena Hajun seolah menggelitik, bukan mengelus.
"Hmmm... aku mau anak kita namanya khas nama orang Indonesia. Bagusnya apa ya, Sayang?"
"Kita belum tau, anak kita cowok, atau cewek. Kata dokter, belum kelihatan jenis kelaminnya." Jawab Danira.
"Kalau cowok, pasti ganteng kaya aku. Kalau cewek, manis kaya Mamanya." Ucap Hajun seraya mencolek pipi Danira.
"Eehhh... nggak, kalau cewek harus cantik kaya Hannah, jangan dekil kaya Mamanya aah!" protes Danira.
"Biar dekil ... Mamanya ini udah bikin pria tua ganteng ini tergila-gila karena cinta."
"Tapi nggak ada buktinya, kalau si pria tua ini udah tergila-gila karena cinta." Ucap Danira mengejek.
"Mau bukti?" tanya Hajun.
Tangan Hajun ditarik dari bawah kepala Danira, lalu meletakan tangannya di sisi kiri dan kanan kepala Danira.
Ia menurunkan wajahnya dan kini Bibir Hajun menyentuh bibir Danira.
Danira membuka bibirnya untuk menyambut ciuman Hajun membuat lidah Hajun menari dalam mulut Danira.
Sementara Tangan Hajun mulai melepaskan baju, dan penutup dada Danira.
Ciuman Hajun turun ke atas dada dan memberi tanda merah bekas kecupan di sana.
"Aayyy...." lirih suara Danira.
"Hmm...." jawab Hajun, tanpa menghentikan kegiatan tangan dan bibirnya.
Kecupan Hajun turun ke atas perut Danira, ia memberi banyak tanda juga di sana. Aroma khas tubuh Danira, membuat Hajun ingin terus dan terus menciumnya membuat kecupan Hajun terus turun ke bawah.
"Aayyy...." Ucap Danira dengan suara serak karena hasratnya sudah berada diujung tanduk.
Hajun tersenyum saat mendengar suara Danira. Ia mengangkat tubuhnya, lalu menatap Danira tepat di matanya.
"I love you, Sayang." bisik Hajun di telinga Danira.
Kemudian ia menggigit bagian bawah Telinga Danira dan menghisap leher Danira pelan.
"Aaayyyy...." suara Danira kini bergetar.
Hajun membungkam mulut Danira dengan kecupannya yang semakin agresif.
Saat kecupan bibir mereka terlepas, bibir Danira mengecup pundak Hajun denga kuat. Danira merasakan, Hajun membawanya terbang ke atas awan.
Setelah mereka berdua selesai melepas rindu, Hajun menatap wajah Danira yang berkeringat.
Rambutnya yang menyebar di atas bantal membuatnya terlihat sangat seksi.
Bibir sedikit terbuka dengan mata yang terpejam rapat. Dadanya yang semakin besar naik turun, dengan nafas yang tak beraturan.
Hajun merapikan rambut Danira dan menyeka keringat di dahi Danira. Bibir Hajun turun untuk mengecup bibir Danira yang sedikit terbuka.
Membuat Danira membuka matanya dan Hajun melepaskan bibir Danira.
"Iih... Ayy, baru juga selesai, keringetnya aja belum kering, masa minta lagi!" protes Danira.
Hajun terkekeh. "Liburnya kemarin terlalu lama, Sayang, boleh dirapel kan?" goda Hajun.
"Iiih... nanti kalau habis melahirkan, harus tahan liburnya lama!"
"Makanya dirapel sekarang aja semuanya." goda Hajun lagi.
"Ngggak... nggak mau, masih capek, Ayy." rajuk Danira manja.
Hajun kembali terkekeh. "Aku cuma becanda, Sayang." ucap Hajun lalu mengecup kening Danira.
***
Hajun yang kaget seketika terbangun saat mendengar teriakan Danira. Ia melihat Danira sudah duduk dengan nafas yang tersengal.
"Sayang, kamu kenapa? Mimpi buruk lagi?!" tanya Hajun cemas, sambil meraih Danira ke dalam pelukannya
Danira mengangguk, suara isak tangisnya terdengar jelas.
"Mimpi ... yang sama, Ayy...." ucap Danira disela isak tangisnya.
Hajun memeluknya erat. "Kita sholat malam yuk, Sayang. Biar pikirannya tenang, minta dijauhkan dari hal buruk juga." ajak Hajun.
Hajun menghapus air mata Danira lalu kepala Danira mengangguk.
"Ay mandi duluan sana!" Danira mendorong tubuh Hajun.
Hajun mengangkat tubuh Danira. "Mandinya sama-sama saja yaa!"
Danira hanya mengangguk, mau menolak juga pasti sia-sia karena Hajun sudah mengangkat tubuhnya.
*********
*********