GELORA CINTA SIENA

Dengan adanya Yolanda, dia dengan cepat mengambil rekaman pengawasan. Rekaman tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa seorang gadis yang mengenakan rok mini hitam mendorong Qiana saat dia sedang mengagumi anggrek.

Rekaman tersebut menunjukkan bahwa Qiana lengah dan langsung terjatuh ke depan. Saat dia terjatuh, dia teringat bahwa dia tidak dapat menyentuh anggrek yang berharga itu, namun dia tidak dapat mengatasi kelembaman musim gugur, jadi, pada akhirnya, dia tetap terjatuh ke rak yang memajang anggrek tersebut.

Mata Qiana memerah. Penuh kebencian, dia berbalik dan mencari wanita yang berusaha bersembunyi di balik kerumunan. “Tiara! Beri aku penjelasan!”

Wajah Tiara sepucat selembar kertas, dia tersandung dan berkata, “Tidak, Qiana, bukan itu yang kamu pikirkan. Aku kehilangan keseimbangan dan tidak sengaja menabrakmu. Sungguh...Tolong percaya padaku, oke? Kita adalah sahabat, aku tidak punya alasan untuk menjebakmu.”

Sahabat? Sahabat macam apa ini! Semua orang yang hadir tidak bisa tidak memandang Tiara dengan jijik. Bagaimanapun, semua orang tahu bahwa Qiana dan Tiara adalah teman baik. Keduanya praktis tidak dapat dipisahkan, tetapi Tiara mendorong Qiana dari belakang...Tidak ada yang berani memiliki teman bermuka dua.

Qiana sedih sekaligus marah. “Kamu berani bilang kita teman baik? Apa yang telah kulakukan padamu hingga membuatmu bersusah payah menjebakku?”

“Aku juga tidak mau. Aku tidak melakukannya dengan sengaja, Qiana.” Tiara tidak berpikir bahwa dia akan terungkap. Dia menangis, “Aku tidak sengaja menabrak Anda. Awalnya aku ingin meminta maaf, tapi keadaan menjadi tidak terkendali. Aku tidak berani… Aku tidak berani berdiri… Qiana, tolong percaya padaku, oke?”

“Kamu tidak berani mengakui kesalahan, jadi kamu hanya diam-diam melihatku menderita?” Qiana memandangnya dengan kecewa.

Qiana mencurahkan hati dan jiwanya pada Tiara. Keluarga Tiara memprioritaskan anak laki-laki daripada anak perempuan. Orangtuanya menindasnya dan tidak memberinya uang. Para sosialita di Kota S akan menertawakannya setiap kali mereka berkumpul. Qiana tidak peduli dengan identitasnya atau apa yang dikatakan orang lain.

Ketika orang lain menertawakan pakaian Tiara yang compang-camping, Qiana akan mengajaknya berbelanja dan membeli pakaian. Dia akan memberikan hadiahnya agar Tiara merasa dirinya juga termasuk di kalangan sosialita dan tidak ditertawakan. Tapi pada akhirnya? Apa imbalan yang didapatkannya?

“Saat aku dikritik, saat aku kebingungan dan tidak berdaya, apa yang kamu lakukan? Apakah kamu juga berdiri di tengah kerumunan dan menertawakanku? Apakah kamu menertawakan kebodohanku dan caramu mempermainkanku?” pekik Qiana marah.

“Tidak, aku tidak melakukannya. Qiana, kamu harus percaya padaku. Aku takut."

Tiara meraih pergelangan tangan Qiana dan memohon dengan lembut, “Aku berbeda denganmu. Aku tidak punya siapa pun yang mendukungku. Aku tidak berani, aku tidak berani menonjol untukmu… Qiana, maafkan aku kali ini.”

Tiara menangis hingga suaranya serak, dan dia tidak peduli dengan citranya sebagai seorang sosialita. Di masa lalu, setiap kali Tiara menangis, maka Qiana akan menyingsingkan lengan bajunya dan memberi pelajaran kepada orang-orang yang menindasnya.

Tapi sekarang, Qiana memperhatikan saat Tiara dengan sedih memohon padanya, air mata dan ingusnya bercampur, dan dia merasa ironi dan tidak berdaya. Tidak ada yang mendukungnya? Ketika Qiana dikritik oleh semua orang, dia juga sendirian. Dia tidak pernah berpikir begitu tidak ada yang akan mendukungnya!

Alasan dia bisa berdiri di sini dan mendengarkan permintaan maaf Tiara yang menyayat hati adalah karena kakak iparnya tiba-tiba muncul dan melindunginya seperti seorang pahlawan. Namun bagaimana jika kakak iparnya tidak muncul? Konsekuensi apa yang akan dia hadapi. Qiana memejamkan mata dan mengingat ekspresi Siena sebelumnya.

Qiana mengangkat tangannya dan menampar Tiara. PLAK! Ketika Tiara memandangnya dengan tidak percaya, Qiana berkata dengan jelas, “Tiara, mulai hari ini dan seterusnya, kita bukan lagi teman. Tamparan ini adalah hutangmu padaku.”

Setelah mengatakan itu, Qiana menampar Tiara lagi. “Tamparan ini untuk pengkhianatanmu meskipun aku memperlakukanmu dengan sangat tulus. Mulai sekarang, kita berdua tidak akan ada hubungannya satu sama lain!”

Setelah mengatakan itu, Qiana berbalik dan berjalan ke sisi Siena tanpa ragu-ragu. Dia bersandar pada Siena dan memeluk lengannya erat-erat untuk mendapatkan kehangatan. Dadanya, yang dipenuhi amarah dan keluhan, perlahan-lahan menjadi tenang.

Qiana menarik napas dalam-dalam dan mendapatkan kembali ketenangannya sesuai dengan statusnya sebagai putri keempat dari keluarga Yilmaz. “Nona Zuard, aku telah membodohi diri ku sendiri. Pelaku perusakan anggrek telah ditemukan. Silakan lakukan sesuai keinginanmu.”

Ketegasannya mengejutkan Yolanda. Dia hanya bisa berpikir bahwa Qiana memang berasal dari keluarga Yilmaz. Yolanda tersenyum ramah padanya dan berkata, “Baiklah, aku sudah salah paham, Nona Qiana. Aku harap kamu tidak keberatan.”

Setelah dia selesai berbicara, dia melihat ke arah Tiara dan ekspresinya langsung berubah dingin. Yolanda memerintahkan, “Teman-teman, tolong antar Nona Tiara keluar. Mulai sekarang, dia tidak diterima di jamuan makan keluarga Zuard. Tak seorang pun dari keluarga Tandjaya akan disambut juga.”

Tiara berteriak putus asa, “Tidak!”

Jika dia satu-satunya yang diusir, itu hanya akan sedikit memalukan. Namun, jika seluruh keluarga Tandjaya juga masuk daftar hitam oleh keluarga Zuard, orang tuanya, yang selalu menghargai anak laki-laki daripada anak perempuan, tidak akan melepaskannya. Mereka akan memukulinya sampai mati!

“Qia, Qia Qiana, aku benar-benar tahu kesalahanku. Mohon maafkan aku, oke? Aku hanya terobsesi. Aku tidak akan melakukannya lagi,” seru Tiara dan memohon, “Qiana, bukankah kamu memperlakukanku dengan baik selama ini? Kita adalah teman baik. Mohon maafkan aku sekali saja.”

“Aku sebenarnya tidak melakukannya dengan sengaja. Itu adalah ulah Ezaz. Semuanya adalah kesalahan Ezaz. Dialah yang mendesakku melakukan ini padamu!”

Sayangnya, tidak ada yang mempercayai penjelasannya. Itu seperti ketika Tuan Besar Zuard marah sampai dia tidak peduli siapa sebenarnya orang di balik layar. Dia hanya memilih untuk mengusir Qiana, yang sepertinya diduga adalah pelakunya, sehingga dia bisa tenang. Dalam situasi ini,

Kini Tiara menggantikan peran Qiana. Tidak ada yang peduli apakah yang dia katakan itu benar atau salah. Mereka hanya ingin segera menyingkirkannya. Saat teriakan itu perlahan menghilang, semua orang kembali ke ruang perjamuan. Musik lembut yang tadinya berhenti tiba-tiba mulai diputar lagi.

Aula perjamuan kembali ke keadaan semarak sebelumnya seolah-olah pemandangan kacau sebelumnya tidak pernah terjadi. Jika ada perbedaan, Siena mungkin memiliki dua orang di sisinya, bukan satu sekarang. Qiana dan Valerie, satu di kiri sementara yang lain di kanan. Mereka berharap bisa mempertahankan Siena.

Kedua gadis kecil itu memandang Siena dengan mata berbinar penuh kekaguman dan terpesona. Seperti anak anjing yang perlu ditenangkan, Siena hanya bisa membiarkan mereka menempel padanya. Selain itu, para sosialita yang awalnya meremehkan Siena juga maju untuk mengobrol dengannya. Mata mereka dipenuhi rasa ingin tahu dan sedikit kekaguman yang tersembunyi.

“Nyonya Yilmaz, kamu cantik sekali dan kulitmu bagus sekali. Bagaimana biasanya Anda merawat kulitmu? Bisakah Anda membaginya dengan kami?”