Setiap manusia punya jalan kisah cinta sendiri, dimana ia tidak dapat memilih dengan siapa dan dimana Allah menyuratkan episode perjalanan kita.
Begitupula yang Aliza alami, ia tidak pernah menyangka jika sosok yang diam-diam ia kagumi teryata menaruh hati yang sama bahkan berniat menikahinya. Gus Asfhan Syarfiq Al Ghazali, putra Kyai Nya, yang menarik hati Aliza.
Tetapi, teryata sang maha cinta memiliki takdir lain dimana Aliza harus kehilangan Asfhan, namun tanpa di sangka Asfhan meninggalkan pesan kepada Alfhan untuk menikahi Aliza.
namun perjalanan mereka tak semulus yang di bayangkan di mana berbagai lika liku mengguncang hubungan Meraka.
hingga kedatangan pak Rahmad yang membuka semua rahasia dan merubah kebahagiaan mereka, bersama fitnah tentang kematian Sang pengasuh Ponpes Abu Abbas, hingga membuat Alfhan membenci Aliza.
Namun, di balik semua luka, sebuah kata masih terpatri di hati Aliza, bahwa dia tetap mengakui Alfhan sebagai suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anafitrotun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TIGA PULUH DUA
"Sebentar ya Bah," Dengan hati-hati Alfhan membantu Kyai Azzam turun dari bangsal lalu mendudukkannya di kursi roda , 1 minggu berlalu dan kini Kyai Azzam sudah di perbolehkan pulang.
Dengan begitu sabar Alfhan mendorong kursi roda Kyai Azzam dan berhenti tepat di dalam mobil.
"Makasih," ucap Kyai Azzam melihat Alfhan yang membantunya duduk di dalam mobil.
"Udah?" Tanya Alfhan melihat Aliza yang baru saja datang setelah mengurus surat-surat rumah sakit Kyai Azzam.
"Udah, yuk pulang, kasihan Abah," jawab Aliza menaiki mobil di ikuti Azzam. Dan, tidak lama mobil yang mereka tumpangi segera melaju.
"Za, kamu mau beli-beli nggak?" Tanya Alfhan yang tengah menyetir, sesekali Alfhan terlihat melihat Aliza dari kaca spion mobil dalam.
"Nggak Mas, kita langsung pulang saja__"
"Kalau mau beli-beli dulu tidak apa-apa nduk buat buka puasa nanti,"potong Kyai Azzam menoleh ke arah Aliza, yang sebenarnya tergiur dengan para pedagang buah duku di pinggir jalan.
"Mau beli dulu?" Tanya Alfhan menoleh ke arah Aliza karena tanpa Aliza ketahui Alfhan memperhatikan gerak geriknya.
"Emm...,"
Alfhan menghentikan mobilnya tepat di depan penjual duku.
"Mau berapa, aku beliin?"
"Aku aja," sahut Aliza menatap Alfhan yang melihatnya.
"Aku aja yang beli, kamu nggak bisa milihnya kan," lanjut Aliza yang di balas anggukan Alfhan.
"Ini nduk, uang__,"
"Nggak usah Abah, pake yang Alfhan aja,"sahut Alfhan memotong ucapan Kyai Azzam.
"ini dompet aku bawa aja, habis berapa nanti kamu ambil dari situ," ujar Alfhan memberikan dompetnya kepada Aliza yang segera kluar dari mobil.
"Kamu dapet uang dari mana?" tanya Kyai Azzam melihat Alfhan di sisinya.
"Kan Alfhan kerja bah," jawab Alfhan singkat tanpa melihat Kyai Azzam yang hanya terdiam mendengar ucapan Alfhan.
...****************...
Di kamarnya kini Rahmad terlihat berdiri di depan cermin, rambutnya yang gondrong baru saja ia potong dengan gaya rapi,
"Kamu__" ujar Hana menggantung saat melihat rambut Rahmad.
"Iya, kenapa ganteng kan," Rahmad tersenyum bangga memuji dirinya sendiri. Hana hanya diam mendekati Rahmad lalu memegang dadanya.
"Kenapa Lo lakuin ini, punya rencana apa lo?"
Rahmad tertawa pelan.
"Ada, gua udah siapin semuanya dan Lo lakuin aja tugas lo," jawab Rahmad memakai pecinya lalu menyemprotkan farfum di kemajanya.
"permainan akan segera di mulai," bisik Rahmad tersenyum jahat melihat pantulan dirinya dari kaca.
...****************...
"Ayo Abah," ucap Aliza menuntun Kyai Azzam untuk duduk di kursi roda lalu Alfhan mendorongnya melewati para santri yang berdiri menyambut kedatangan Kyai mereka.
"Alhamdulillah, Abah sudah sembuh,"
"Iyo, Alhamdulillah,"
Kyai Azzam hanya tersenyum mendengar bisikkan para santri yang terlihat bahagia.
"Alhamdulillah, ini juga berkat kalian anak-anakku," Ujar kyai Azzam dalam hati seraya melambaikan tangan kepada para santri sebelum memasuki ndalem.
"Assalamualaikum,"
"Walaikumsalam," jawab Bu Azni segera mencium tangan dan pipi Kyai Azzam setelah satu minggu tidak bertemu.
"Ummah kangen banget sama Abah," ucap Bu Azni menggenggam tangan Kyai Azzam yang mengangguk mencium tangan Bu Azni.
"Iya ummah, Abah juga kangen," sahut Kyai Azzam yang lalu terdiam saat melihat Rahmad yang berdiri di belakang Bu Azni.
"Kamu__" ujar Kyai Azzam menggantung saat melihat penampilan Rahmad yang terlihat berubah, dengan rambut cepak dan kemeja rapi.
"Iya mas, aku mau berubah, aku malu dengan para santri, dan aku juga malu dengan mas," ujar Rahmad melihat Kyai Azzam yang hanya bisa diam.
"Alhamdulillah, berubah lah karena Allah maha menerima tobat hambanya," ujar Kyai Azzam menyetuh pundak Rahmad lalu menyetuh tangan Alfhan di pegangan kursi rodanya.
"Antar Abah ke kamar," pinta Kyai Azzam yang di jawaban anggukan Alfhan yang mendorong kursi rodanya.
Setelah sampai di kamar Alfhan segera membantu Kyai Azzam duduk di atas kasur.
"Sudah ya Bah, Alfhan kluar dulu," ujar Alfhan yang masih merasa canggung berada lama di sisi Kyai Azzam.
"Alfhan," panggil Kyai Azzam menghentikan langkah Alfhan lalu mengisyaratkannya untuk duduk di sampingnya.
"Abah, mau bicara sama kamu," ujar Kyai Azzam dan Alfhan segera menghampirinya.
"Bicara apa Bah?" tanya Alfhan dan Kyai Azzam terdiam lalu menyetuh tangan Alfhan.
"Makasih, sudah rawat Abah selama di rumah sakit,"
Alfhan tersenyum simpul.
"Iya bah, itu sudah kewajiban Alfhan,"
Kyai Azzam tertawa pelan mendengar ucapan Alfhan.
"Kamu sudah pintar ya, sekarang, Abah bangga sama kamu, jujur Abah suka lihat kamu memperlakukan Aliza, ya mungkin karena Aliza lah kamu bisa sedikit berubah seperti ini," jelas Kyai Azzam yang hanya di balas senyuman simpul Alfhan.
"Cafe kamu, sudah kamu tinggalkan?"
"DEG"
Alfhan terdiam saat pertanyaan itu meluncur dari mulut Kyai Azzam.
"Maaf Bah__"
"Ya Abah harap kamu cepat meninggalkan Cafe itu dan fokus dengan pesantren," potong Kyai Azzam menepuk pundak Alfhan yang terdiam.
"Jika saya tidak bisa,"
"Silahkan Kluar dari tempat ini, mudahkan nak, berhenti dari kebiasaan Cafe kamu atau kluar dari KK Abah," jelas Kyai Azzam tajam dan Alfhan hanya diam mengangguk lalu kluar dari ruangan itu.
"Aku tidak minta hal lain, dan keputusan ku tetap keputusanku," bisik Kyai Azzam melihat ke arah Alfhan yang menjauh.
...****************...
"BRAK!!" Alfhan melempar pecinya lalu membuka semua kancing kemejanya. Aliza yang tengah memuthola'ah kitab segera teralih melihat tingkah Alfhan, dan segera mengndekatinya.
"Kamu kenapa?"tanya Aliza. Dan Alfhan mendengus kesal.
"Aku harus lakuin apa lagi buat Abah?" tanya Alfhan tajam tanpa melihat Aliza.
"Kamu kenapa__"
"JAWAB! AKU HARUS LAKUIN APA LAGI?!" seru Alfhan tidak bisa menahan emosinya.
"Mas, kamu kenapa?" tanya Aliza lembut karena ia masih bisa menahan emosinya. Namun, tiba-tiba saja Alfhan mencengkram lengan Aliza.
"Aku, udah lakuin apa yang kamu suruh, buat deketin Abah, dan kamu tau Abah minta apa," bisik Alfhan begitu dekat dengan wajah Aliza yang merasa takut melihat Alfhan seperti ini.
Aliza hanya menggeleng pelan menjawab pertanyaan Alfhan.
"Abah minta aku buat ninggalin cafe, Lo tau kan Za, seberapa berharga cafe itu!" Lanjut Alfhan dan Aliza menatap balik Alfhan.
"Itu, itu yang bikin kamu marah?, aku udah bilang, turuti dulu apa yang Abah mi__"
"Dan aku harus ngorbani Cafe itu?" potong Alfhan tajam Aliza terdiam menggeleng.
"Seberapa berharga Cafe itu buat kamu?, sampai kamu memilih itu dari pada orang tua kamu sendiri mas?" Ujar Aliza melihat Alfhan yang melihatnya.
"Cafe itu lebih berharga karena dia yang udah kasih Gua kebahagian, yang nggak pernah gua dapet dari Abah," jawab Alfhan dengan mata berkilat melihat Aliza lalu kluar di iringi suara keras dari pintu kamar.
"Astaghfirullah, ampuni Aliza ya Allah, ampuni Mas Alfhan juga," bisik Aliza lalu terduduk terisak menumpahkan air matannya tanpa menyadari sebuah mata tengah melihat mereka.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
buat para Otun mau kasih tau nih jadwal update, insya Allah Otun bakal update tiap hari minimal satu bab...
udah cuma itu aja salam dari Azzam's Family, 👋😄
semangat terus nulisnya kakak😁/Smile/
bisa gak si it adi pa haji di karungin dulu
semangat nulisnya kakak☺