anatasya deanza putri, berusia 17 tahun.
Semula, Dia hidup dalam keluarga yang penuh dengan cinta. Rumah yang selalu menjadi tempat ternyaman baginya, rumah yang selalu memeluknya saat dia rapuh. Namun, tiga tahun yang lalu saat berusia 14 tahun, Segalanya berubah. Dirinya dituduh sebagai seorang pembunuh, dan penyebab meninggalnya bunda. Hari demi hari dia lewati dengan rasa sakit dari keluarganya.
Rumah yang dulu menjadi tempat dia berlindung. Kini rumah itu menjadi tempat penyiksaan dan rasa sakit bagi fisik maupun mentalnya.
Akankah gadis itu terus bertahan sampai akhir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon flowerrrsss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 31
Pagi yang cerah dengan suasana hati yang senang. Pagi itu, tasya sedang bersiap untuk pergi ke sekolah.
"hari ini lo naik angkutan umum aja" ucap hazel yang baru saja masuk ke dalam kamar.
Tasya sempat bingung kenapa hazel menyuruhnya naik angkutan umun, kenapa tidak bareng saja dengannya. Tetapi tasya tak mempermasalahkan itu.
"iya, aku naik angkutan umum aja" jawab tasya dengan senyuman yang terukir di wajahnya.
Tanpa mengucapkan apa pun lagi, hazel melangkah pergi lebih dulu meninggalkan tasya sendiri.
Tasya terlihat berpikir keras dengan sikap hazel pagi itu, seperti ada yang berbeda dengan sahabatnya.
Tasya tak mengambil pusing sikap hazel pagi itu, mungkin hazel sedang datang bulan. Pikir tasya.
Setelah menunggu angkot selama beberapa menit, akhirnya angkot yang di tunggu-tunggu oleh tasya pun tiba. Tasya mulai menaiki angkot tersebut.
Tak lama setelah menempuh jarak yang lumayan jauh, tasya pun tiba di depan sekolahnya.
"tasya!" panggil seseorang yang jaraknya cukup jauh dari tasya.
Saat tasya sedang berjalan di karidor sekolah, tiba-tiba seseorang memanggilnya. Tasya membalikkan tubuhnya. Seseorang itu adalah clara.
Clara berlari menghampiri tasya yang berdiri diam menunggunya.
"pagi sya" ucapnya clara. Tumben sekali clara bersikap baik kepadanya. Sebelum geng laura mencari masalah dengan dirinya, geng clara yang lebih dulu mencari masalah dengan tasya. Memang sudah cukup lama clara dan teman-temannya itu tak pernah mencari masalah lagi dengan tasya.
Tasya tak menjawab sapaan clara, dia hanya membalasnya dengan senyuman yang terukir di wajah tasya. Tasya tak mengerti dengan maksud clara menyapanya.
"ada apa kak?" tanya tasya.
Clara terlihat berpikir selama beberapa detik.
"karena bentar lagi gue mau ujian dan lulus sekolah. Gue mau minta maaf sama lo" ucap tasya sambil mengulurkan tangannya.
Tasya tak mengambil pusing dengan apa yang di ucapkan dengan kakak kelasnya itu. Tasya mengulurkan tangannya dan menjabat tangan kakak kelasnya itu.
"iya kak"
"thank you sya" ucap clara yang langsung memeluk tasya.
Tasya sangat terkejut dengan sikap clara kepadanya. Apakah ini sungguhan? Pikirnya.
Clara melepas pelukan itu. Tasya mengangguk, dan kembali tersenyum.
"sama-sama kak. Tasya mau ke kelas dulu ya kak"
"oh iya, sok"
Tasya kembali melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju kelasnya yang berada di lantai dua.
Saat dia tiba di kelas, tasya tak melihat ransel sahabatnya itu di bangku sampingnya. Tetapi, saat tasya mencari-cari keberadaan sahabatnya itu, hazel sedang duduk sambil memainkan ponselnya di bangku paling belakang yang awalnya bangku itu memang kosong. Mengapa hazel duduk di sana? Tasya mulai bertanya-tanya kepada dirinya sendiri, ada apa dengan sahabatnya itu.
Tasya menaruh ranselnya di bangku. Setelah menaruhnya, tasya melangkah menghampiri hazel di bangku belakang.
"kenapa kamu duduk di sini?" tanya tasya heran.
"bosen gue duduk di sana" jawabnya ketus.
"aku ada salah ya zel?"
"bisa ga sih gausah ganggu orang?" ucap hazel sambil melangkah pergi keluar kelas.
Tasya tak diam begitu saja, dia berlari keluar kelas dan menyusul hazel menuruni tangga.
Hazel berjalan menuju taman sekolah, tasya yang masih membuntutinya pun ikut menuju taman sekolah.
"hazel!" panggil tasya.
"jelasin sama gue zel, gue ada salah? Kasih tau gue. Jangan diemin gue kaya gini"
Hazel berbalik dan menghadap tasya. Di menatap tasya dengan tatapan tajam.
"harusnya lo mikir sya. Gue tuh apa sih sebenarnya? sahabat lo? Atau sekedar orang asing? Lo aja ga pernah nganggap gue"
"lo itu lebih dari sekedar sahabat bagi gue. Lo segalanya zel, lo keluarga gue. Cuma lo yang tulus sayang sama gue. Gue cuma punya lo"
"udahlah sya. Gausah berlebihan, enek gue dengarnya"
"lo kenapa sih zel?" tanya tasya.
"kenapa lo ga pernah cerita sama gue tentang semua yang terjadi sama lo sya. Kenapa lo ga pernah cerita sama gue kalau lo pernah di bully sama laura dan gengnya itu. Lo baikkan sama clara pun lo ga bilang sama gue. Bahkan lo jalan sama kak kevin, motoran berdua sama dia lo juga ga bilang itu sya. Lo juga ga pernah bilang sama gue kalau lo suka kan sama kak kevin?!"
Tasya menggeleng. "gue ga mau lo jadi ikut ngerasain apa gue rasa zel. Lo udah cukup tau tentang keluarga gue. Gue ga mau lo iku ke bawa-bawa sama mereka yang ga suka sama gue. Dan soal gue bisa naik motornya kak kevin, itu karena kemarin gue sama dia mau jenguk papah di rumah sakit. Dan gue juga ga pernah suka sama kak kevin. Gue udah anggap dia kaya kakak gue sendiri zel, sama kaya kak will ga lebih dari itu" tasya mencoba menjelaskan kesalah pahaman hazel.
"bahkan lo ga bilang kalau papah lo di rumah sakit"
"aku pasti bilang semuanya ke kamu, tapi emang waktunya aja yang belum tepat"
"lo ga jujur sya"
"soal apa?"
"gue yakin lo itu suka sama kak kevin! Iya kan?"
Tasya menggelengkan kepalanya kembali. "ngga hazel. Aku ga suka sama kak kevin. Kenapa? Kamu suka sama dia?" tasya kembali bertanya kepada hazel, melihat sahabatnya itu, hazel seperti perempuan yang sedang cemburu.
Hazel terdiam beberapa saat. "ngga" jawabnya singkat.
"kenapa lo ga pernah bilang sama gue kalau lo suka sama kak kevin?" tanya tasya.
"gue kan udah sama lo! Gue ga suka sama dia"
"aku minta maaf ya. Mungkin aku ga terlalu terbuka sama kamu zel"
"gue selalu nunggu lo buat cerita sya. Tapi apa? Lo ga pernah percaya sama gue"
Air mata tasya mulai terjatuh, sedari tadi dia berusaha untuk menahannya. Tetapi, dia sudah tak mampu untuk menampung air mata itu. Hazel yang melihat sahabatnya itu menangis, dia pun ikut menangis.
Tasya langsung memeluk sahabatnya itu, dan meminta maaf kepadanya. Tetapi, ada yang berbeda dengan hazel. Hati tasya seperti bilang kalau hazel menyukai kevin. Dia seperti tak jujur dengan perasaannya. Tasya tak ingin memperpanjang masalah, dia memilih diam. Akhirnya setelah terjadinya perdebatan antara keduanya, mereka pun kembali berdamai.
"tadi laura sama gengnya nyamperin gue sya" ucap hazel.
"hm?" mendengar itu, tasya langsung menatap sahabatnya itu.
"ngapain mereka?" lanjutnya.
"ga ngapa-ngapain sih. Mereka cuma bilang sesuatu aja"
"apa?" tanya tasya penasaran.
"ya itu, mereka ngasih tau gue kalau mereka sempat ngerjain lo di toilet sekolah"
"buat apa mereka bilang ke kamu zel?"
Hazel menggeleng. "mungkin buat ngasih gue sama lo peringatan kali sya. Udahlah gausah di pikirin, ga penting"
Keduanya mulai menaiki tangga untuk kembali ke kelas mereka, karena bel masuk sudah berbunyi.
saya sangat suka dengan cerita nya apalagi dgn ketabahan Tasya yang bikin saya sebagai pembaca menangis pilu kk😭😭😭
sekali lagi semangat ykk author cepat 2 abdate y💪🏻💪🏻💪🏻👍🏻
walaupun bnyk mengadung bawang tpi aku suka k..
semangat k