Niel Vilet adalah seorang pangeran dari kerajaan Loginia yang memiliki reputasi buruk sepanjang kerajaan berdiri, hanya dalam masa menjabatnya 3 tahun sebagai raja, dia telah memicu pemberontakan terhadapnya yang dipimpin oleh empat pahlawan reformasi yang terdiri dari pahlawan pedang, tombak, perisai dan gadis suci.
Keempatnya berhasil membunuhnya setelah menggabungkan seluruh kekuatan dalam peperangan panjang, dalam penyesalan itu Niel berharap bisa mengulang kembali semuanya dari awal hingga akhirnya dia menyadari telah kembali ke sosoknya di masa lalu 10 tahun yang lalu. Di kesempatan keduanya ia ingin menghindari eksekusinya dengan berbagai cara yang dapat ia lakukan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isekai Fantasy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 32 : Wilayah Count
Gilbert akan marah jika aku sembarangan memanggil seseorang hanya untuk menemaniku pergi dia haruslah seorang yang pandai bertarung untuk menjagaku sekaligus. Setelah menimbang-nimbang akhirnya aku memutuskan untuk memanggil Amnesti, putri Gilbert sekaligus petualang atas dari guild.
Dia memicingkan mata karena aku menyuruhnya, mengingat dia bukanlah pegawaiku.
"Semua orang sedang sibuk, anggap saja aku menyewamu."
Amnesti mempertimbangkannya sesaat sebelum setuju dengan anggukan kecil, setelah roh agung ada di kota ini dia jelas merasa tidak banyak mengambil pekerjaan di sini, alih-alih menggunakan seekor kuda akan lebih baik kami menunggangi seekor serigala panggilanku untuk meninggalkan kota.
Amnesti berteriak senang saat dia bergerak cepat menembus deretan pohon putih.
"Jika aku punya satu yang seperti ini, aku akan mudah dalam mengambil pekerjaan."
Tak lama kemudian seekor beruang muncul di hadapan kami hendak menyerang, Amnesti memilih untuk menghadapinya seorang diri, dia berdiri di atas serigala sebelum melompat selagi mengayunkan pedang besarnya, satu tebasannya membuat beruang itu tumbang ke tanah.
"Gerakan yang bagus," aku memujinya hingga dia menggosok hidungnya bangga.
"Ini mudah untukku."
Serigala itu mendapat pujian dengan Amnesti mengelus kepalanya.
"Aku tidak keberatan untuk memberikannya padamu, sepertinya dia juga menyukaimu."
"Benarkah itu?"
"Tentu, kau mungkin bisa menamainya selanjutnya memberikan nama juga."
Amnesti terlihat senang atas tawaranku, serigala ini adalah roh jadi mereka akan senang jika memiliki tuan, untukku sendiri mereka hanya dikontrak sementara waktu dengan imbalan makanan jadi aku tidak benar-benar memberikan mereka nama.
Saat mereka mati mereka hanya akan berubah menjadi bola cahaya yang kemudian hidup kembali di dunia roh dan bisa dipanggil secara terus-menerus.
"Kalau begitu aku akan menerimanya, mulai sekarang namamu adalah Ness."
Ness melolong dengan suara penuh kegembiraan, sementara serigala di sebelahku terlihat menunjukkan wajah senang juga.
Untuk pergi ke wilayah Count memerlukan waktu 5 hari dengan serigala dan 3 Minggu dengan kereta kuda. Dengan serigala kami bisa bergerak melewati sungai ataupun bebatuan yang terjal karena itulah pergerakan kami merupakan paling efisien tanpa memutar.
Kami berhenti di salah satu gua untuk beristirahat sambil mengeringkan pakaian di depan api unggun, kami juga memanggang daging beruang yang sebelumnya dikalahkan Amnesti.
Aku memanggangnya dengan saos spesial yang membuatnya menjadi makanan jauh lebih enak. Amnesti dan dua serigala terlihat bahagia memakannya.
"Ada apa?"
"Bukan apa-apa, hanya saja kamu juga bisa terlihat seperti seorang gadis pada umumnya."
Dia segera mengarahkan ujung pedang di depan wajahku.
"Aku yang salah, aku minta maaf."
Dia menarik kembali pedangnya setelah aku mengatakan hal demikian.
"Aku seorang petualang, tidak pantas untuk terlihat seperti gadis."
"Aku tidak berfikir begitu, semua gadis bisa melakukan apa yang mereka inginkan."
"Usaha bagus, aku tidak akan tergoda dengan perkataanmu."
Aku jelas tidak bermaksud melakukan hal itu.
Mungkin Amnesti tipe orang yang lebih suka dianggap sebagai pejuang dibandingkan seorang gadis. Kami beristirahat semalaman sebelum paginya kembali melanjutkan perjalanan. Beberapa hari terlewati dan dari kejauhan kami bisa melihat kota besar yang berdiri di bawah tebing yang kami pijak.
"Kota yang besar, dibandingkan dengan kota kita ini kota yang maju."
"Aku tidak bisa menyangkalnya."
Kami mengantri dengan orang-orang di dekat gerbangnya, beberapa penjaga akan memberikan pertanyaan sekilas tujuan kami, untuk para serigala dilarang masuk karena itulah keduanya menghilang sampai kami panggil nanti.
Beberapa orang memperhatikan kami atau lebih tepatnya pada Amnesti, aku seorang pengeran tapi tidak banyak orang yang tahu denganku namun hal itu tidak masalah.
"Bukannya itu nona Amnesti."
"Benar, seorang petualang yang berhasil menaklukkan dungeon seorang diri, aku ingin minta tanda tangannya."
"Aku juga."
Tidak perlu waktu untuknya dikerumuni banyak orang.
