NovelToon NovelToon
Dewa Abadi Vs Dewa Perusak

Dewa Abadi Vs Dewa Perusak

Status: tamat
Genre:Tamat / Fantasi Timur / Dikelilingi wanita cantik / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:14.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ex_yu

Menjalani hidup sebagai seorang dewa, mengharuskan Dewa Abadi berhadapan dengan berbagai macam masalah; masalah keluarga, percintaan, musuh yang menghalanginya menjadi yang terkuat, dan lain sebagainya.

Sampai suatu ketika Dewa Abadi harus melindungi seluruh alam semesta dari kehancuran. Menyelamatkan kehidupan di alam semesta dan harus menjadi beban bagi Dewa Abadi? Tidak perlu terpikirkan sebelumnya, dan juga bukan keinginannya.

Namun, keadaan yang memaksanya harus menyelamatkan alam semesta dari kekejaman Dewa Perusak dan Pasukan Omniverse.

Apakah Dewa Abadi sanggup menghadapi keganasan mahkluk-mahkluk super raksasa yang disebut Pasukan Omniverse, iblis bermata satu?

Ikuti kisah perjalanan terakhir Dewa Abadi!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ex_yu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gua Harta ke-9.

Bab 30. Gua harta Ke-9.

Di gua penyimpanan harta tingkat kedelapan lebih besar dari sebelumnya, dua kali lipat. Hartanya jelas lebih banyak. Seperti yang dikatakan oleh Bing Bingzu, gua ini dijaga oleh tiga tetua Suku Shiren Zu yang sedang berkultivasi.

Mereka segera membuka mata karena merasakan kehadiran empat orang yang mendekati tempatnya. Mereka tidak segera berdiri, tetap duduk bersila dengan mata tertuju pada pintu rahasia.

Pintu rahasia terbuka, dan ketiga orang itu bisa melihat wujud Dewa Abadi dan istrinya yang berubah menjadi udara. Ketiga tertua tersebut melihat punggung kedua tangan Bing Bingzu karena ada tato Suku Shiren Zu, tapi tidak mengenalinya karena penampilannya berubah setelah memakai pakaian baru.

Karena bukan bagian dari anggota Suku Shiren Zu, ketiga tertua tersebut segera berdiri dan mengayunkan tinju jarak jauh berenergi tinggi. Dewa Abadi, Yuna Aurora dan Xin Jie justru menerima serangan mereka dengan menggunakan kedua telapak tangannya.

Ketiga tertua terkejut karena serangannya diserap oleh telapak tangan tanpa memicu ledakan energi, seperti menguap begitu saja. Bing Bingzu melongo karena baru tahu jika suami dan kakak-kakak memiliki kemampuan unik yang baru pertama kali dilihatnya.

Tidak mempercayai apa yang dilihatnya dengan mata kepala sendiri, ketiga tetua itu kembali mengayunkan tinju berenergi dengan kekuatan penuh; tinju diayunkan berkali-kali.

Boom boom boom...

Ledakan teredam ketika serangan itu sedikit memberikan tekanan ketika diserap oleh Dewa Abadi dan kedua istrinya, dan mereka sedikit mundur saat menerima serangan.

Ketiga tertua saling berpandangan karena pencuri ini berbeda dengan orang yang pernah dihadapi selama ini. Lalu mereka mengincar Bing Bingzu yang berlindung di belakang Dewa Abadi dan kedua istrinya.

Melihat sorot mata ketiga tertua tertuju pada Bing Bingzu, Dewa Abadi, Yuna Aurora dan Xin Jie segera melesat ke arah lawannya. Dewa Abadi jelas memilih tertua terkuat, dan yang lainnya ditangani oleh istrinya.

Ketiga tetua tersebut tersenyum tipis karena lawan berinisiatif untuk menggunakan pertarungan jarak dekat dengan menggunakan fisik. Pertarungan fisik menjadi keunggulan Suku Shiren Zu, dan mereka percaya bahwa akan dengan mudah mengalahkan tiga pencuri ini. Tiga tetua itu melesat ke depan dengan menyiapkan kepalan tangan untuk beradu pukulan.

Dhummm... Dhummm Dhummm...

Dentuman keras ketika kepalan tangan berbenturan. Ketiga tetua syok ketika kalah dalam benturan fisik sampai terdorong ke belakang beberapa meter. Tangan mereka gemetaran dan merasakan nyeri pada tulang kepalan tangannya. Mereka mendengar tetesan darah yang keluar dari luka di tangan.

Ketiga tetua itu menyempitkan mata untuk mengetahui siap sosok ketiga pencuri ini yang sangat kuat, bahkan bisa dikatakan seimbang dengan Panglima Hu. Ketika mereka ingin tahu siapa sebenarnya pencuri Dewa Abadi dan kedua istrinya, mereka dikejutkan dengan kemunculan Dewa Abadi di depannya yang sudah mengayunkan tinju.

Dhummm Dhummm Dhummm... Bang bang bang...

"Arghhh...!?"

Ketiga tetua itu membentur dinding gua karena kalah berada pukulan, dan teriakan kesakitan akibat tulang tangan remuk. Belum sempat untuk berdiri, mereka dikejutkan dengan bola api yang sangat panas yang dilemparkan oleh Yuna Aurora.

Bhuzh bhuzh bhuzh...

Seketika ketiga tetua itu tewas menjadi abu, lalu abunya menghilang dilahap oleh Api Semesta skala kecil. Bing Bingzu sampai terduduk di tanah dengan tubuh lemas karena suami dan kakak-kakaknya sangat kuat.

"Ka... Kalian... Basis kultivasi... Bagaimana mungkin mengalahkan yang lebih kuat dua tingkat... Tiga tingkat... Aduh kepalaku rasanya mau pecah!!" Bing Bingzu syok melihat kejadian ini yang sulit untuk diterima akal pikirannya.

"Karena kami berbeda, kami jauh sudah ada di dunia ini sebelum mereka, bahkan kamu," kata Xin Jie dengan nada yang sedikit sombong, namun sesuai kenyataan.

Dewa Abadi hanya tersenyum sambil menyimpan harta di gua ini, dibantu oleh Yuna Aurora. Kedua mata Bing Bingzu berkedip-kedip menatap Xin Jie, lalu melihat Dewa Abadi dan Yuna Aurora. Dia tidak melihat ciri-ciri manusia yang telah lama hidup, penampilan mereka masih sangat muda sepantaran dengannya.

"Apakah kalian datang bersama dengan fenomena beberapa tahun yang lalu?" Tanya Bing Bingzu dengan berdiri.

Dipikiran Bing Bingzu, jika fenomena waktu itu karena kedatangan suami dan kakak-kakaknya, maka ramalan itu benar.

Ramalan ini disebut Kegelapan Hati Dunia, diramalkan oleh Sang Peramal Tua jutaan tahun lalu. Setelah kemunculan lima fenomena di Alam Anak, akan ada sembilan orang pendatang di Benua Kun, mereka yang akan merubah segalanya di Alam Anak.

Bing Bingzu dan semua orang yang mengetahui ramalan tersebut mempercayai. Apalagi Bing Bingzu melihat Batu Keabadian di kening Dewa Abadi dan delapan kakaknya. Angka itu sama dengan catatan ramalan.

"Hanya menumpang!" Jawab Xin Jie, sedikit ada rasa bangga jika kedatangannya telah diramalkan oleh Sang Peramal Tua.

"Menumpang? Sembilan meteor waktu itu kereta (kendaraan) kalian?" Tanya Bing Bingzu karena akal pikiran belum bisa menerima kenyataan ini.

"Ayo, kita ke gua harta berikutnya!" Ajakan Dewa Abadi yang sengaja menyela karena ingin segera melihat tontonan di lingkaran tingkat keenam.

Bing Bingzu segera naik ke punggung Dewa Abadi, ingin lebih manja dan dekat. Xin Jie mendengus dingin karena kesal. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Yuna Aurora yang memeluk pinggang Dewa Abadi.

"Ini yang namanya menumpang!" Gerutu Dewa Abadi yang menjadi kendaraan angkut bagi ketiga istrinya ini yang langsung tertawa.

Mereka berubah menjadi udara dan melesat ke tempat gua lingkaran tingkat kesembilan. Ketika dalam perjalanan, mereka mengobrol.

"Huff... Kalian ini bertubuh langsing kenapa begini berat?" Sungut Dewa Abadi karena tidak leluasa bergerak, bukannya merasa terbebani membawa tiga orang.

"Itu karena cintaku sangat berat untukmu," kata Yuna Aurora.

"Jika kita berada di Bumi, cintamu yang berbobot ini sudah pasti aku kilo. Lumayan dapat nasi sebungkus tanpa repot-repot harus demontrasi!" Balasan Dewa Abadi.

Xin Jie tertawa terbahak-bahak karena tahu kehidupan manusia di Bumi yang lucu-lucu. Yuna Aurora seketika cemberut, lalu mengigit lengan kiri Dewa Abadi. Namun gigitan itu tidak terasa bagi Dewa Abadi. Sedangkan Bing Bingzu jelas tidak mengerti pembicaraan ini.

"Apa itu demonstrasi? Apakah mereka kultus penimbun harta seperti Kuil Mahaguru Agung?" Tanya Bing Bingzu.

Xin Jie yang menjawab dan menceritakan kehidupan manusia di Bumi...

Perjalanan berat karena tekanan kuat dari medan gravitasi menjadi tidak terasa karena mengobrol dan bercanda. Mereka akhirnya tiba di gua harta kesembilan, berhenti di depan pintu rahasia.

Bing Bingzu berkata bahwa gua harta kesembilan ini dijaga oleh dua tertua yang sangat kuat, lebih kuat dari sebelumnya, di tingkat Ruler Of The Multiverse level 2 dan 4.

Dewa Abadi, Yuna Aurora dan Xin Jie tidak sedikitpun takut dengan kekuatan para penjaga seperti sebelumnya. Bing Bingzu tidak bisa berkata-kata melihat suami dan kakaknya tidak sedikitpun takut.

Kemudian, Bing Bingzu melihat ke dinding gua sebelah kirinya untuk mencari tombol pembuka pintu rahasia, dia meletakkan telapak tangan kanan ke dinding untuk diraba, bergerak perlahan. Dewa Abadi, Yuna Aurora, dan Xin Jie melakukan hal yang sama.

Ketika Xin Jie meraba-raba dinding gua, dia melihat ada lubang sebesar jari telunjuk sedalam lima inci. Karena penasaran, dia memasukkan jari telunjuk, dan merasakan ada benda keras yang bisa digerakkan ke dalam. Dia pun menekan benda tersebut.

Pintu rahasia perlahan terbuka. Dewa Abadi dan ketiga istrinya segera melihat ke pintu yang bergerak tersebut...

1
Joni Anwar
lanjut thir
Anton Setianto
lanjut kah?
John de Joenk
hajarr teruss shimoo
Antho Seven
nanggung
Ahmad Mulyana
laah ini kemana author nye yech
butiran debu
ok
herry bjb
bahasa inggrisnya bikin gak sedap untuk di baca,gak cocok sama nama tokoh
herry bjb
kau.kamu,mu.....bukan semua jadi kau
Sianying
lanjut up thor
zian
mantap 👍👍👍👍👍👍
Manthou Hermanto
mantap. lanjutkan thor
Rhakean Djati
pelajaran apa lagi Thor ?
Rhakean Djati
sama² psikopet kayak suamine.
mcgregor
kok lama bos q kelanjutannya?
Rhakean Djati
murid durhako. guru sendiri dikerjain.heheee
Rhakean Djati
bareng Ama kredit panci yaa ? hahaa
Qing shan
🙏🙏🙏
Qing shan
🤩🤩🤩
Sianying
bagus thor
Qing shan
🙏🙏🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!