Bercinta Satu Malam Dengan CEO Dingin

"Argh…"

Niat hati ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Mata Elina terpaksa harus ternodai karena ulah si Damian. Lelaki berstatus suaminya itu tanpa rasa malu berdiri di ambang pintu hanya mengenakan celana dalam dan bertelanjang dada.

"Ada apa? Elina kenapa kamu ketakutan," ucap Damian terkesiap karena suara teriakan keras Elina.

Mata gadis itu terbuka sedikit dan langsung menutupnya kembali sembari tangannya menunjuk kebawah junior Damian.

"Setidaknya kenakan sesuatu saat kamu keluar," ketus Elina masih menutup matanya.

Bukannya merespon Damian tersenyum devil.

"Ingin mandi bersama ku," goda Damian ingin menjahili Elina.

"Dasar mesum siapa yang mau mandi bersama mu," tolak keras gadis itu seraya beranjak pergi secepat mungkin.

Pria bertubuh tegap itu tertawa senang.

Hari ini Damian sangat bahagia akhirnya Elina dapat dia luluhkan walau caranya salah dengan membohongi gadis itu dia tak peduli apapun asalkan istrinya mau menerimanya saat ini.

Begitu beruntung Rehan ingin membantunya dua hari lalu dan rencana lupa ingatan ini adalah saran dari sahabatnya itu.

Flashback dua hari yang lalu.

Di Cafe sana kedua pria tampan duduk dengan menikmati secangkir kopi.

"Tolong sekali ini saja bantu aku mendapatkan hati istri ku, Elina."

Damian meminta waktu untuk bertemu sahabat lamanya. Rehan yang merupakan dokter dari salah satu rumah sakit terbesar di  ibu kota. Dalam kesibukan di rumah sakit lelaki yang lebih tinggi di bandingkan Damian. Terpaksa datang kesana dia cukup tertarik dengan cerita cinta Damian yang notabenenya pria dingin dan tidak berperasaan itu.

Rehan hanya tahu istri Damian yaitu Lily, tetapi kabar istri keduanya yang  dicap sebagai wanita pelakor lebih menghebohkan di dunia maya sekarang ini. Ya, Rehan memang sudah mengetahui berita itu Minggu lalu, namun pengakuan langsung Damian menghilangkan salah pahamnya terhadap Elina.

"Memangnya aku akan mendapatkan apa setelah membantu mu?" lontarnya.

Rehan memanglah tipe paling tidak ingin rugi dan Damian mengetahui hal tersebut, makanya ia sudah menyiapkan imbalan untuk Rehan sewaktu waktu pria itu meminta sesuatu padanya.

"Itu masalah gampang tenang aja apapun yang kamu inginkan aku akan berikan," tawarnya karena tidak tahu harus meminta saran kepada siapa tinggal pilih terakhirnya yakni Rehan.

Damian ingat Rehan dulu punya banyak pacar mungkin sahabatnya itu bisa membantunya.

"Baiklah terserah aku minta apapun kan," ulang Rehan sambil manggut-manggut seperti memikirkan sesuatu.

"Aku punya rencana tapi ini sedikit ekstrim, kamu mau lakukan?" sambungnya.

Damian mengerutkan keningnya.

"Memangnya apa yang kamu mau aku lakukan," ucapnya penasaran dengan hal yang dimaksud sang sahabat.

Rehan tampak bermuka seram lalu, memberi respon.

"Biarkan aku memukul kepalamu," pinta Rehan santai.

"Hah!? Ide macam apa itu, Rehan aku sedang tidak main-main paham!" pekik Damian tidak mengerti mengapa Rehan ingin melukainya.

Tidak ada kerjaan lain malah menginginkan dia di pukuli, yang benar saja?

"Tenang lah dulu dengarkan aku ini rencana perfect kalo kamu bisa lupa ingatan aku yakin Elina dapat menerimamu," sarannya.

Damian terdiam tidakkah ini akan membohongi Elina. Tetapi tidak salahnya mencoba dulu kan? Mendingan dia egois untuk saat ini.

"Terus caranya Elina yakin gimana?"

"Kalo itu belum pasti juga, aku tidak yakin seratus persen tapi sementara ini cari cara lain dulu dan kalo aku mendapatkan idenya aku pasti mengabari mu secepatnya, bagaimana?"

Pria berjas warna kelabu tersebut hanya menerima arahan Rehan. Setelah pertemuan singkat itu mereka kembali ke aktivitas masing-masing dan Damian tetap menunggu kabar dari Rehan.

***

Didepan kontrakan sebuah mobil terparkir. Pagi ini Damian akan mengantar Egi, lalu pergi kekantor yang dilakukannya secara diam-diam agar Elina tak curiga dia menunggu gadis itu lebih dulu pergi.

"Ayah dimana ibu ku? Ma-maaf, biasanya aku memanggil tuan dengan sebutan ayah," ucapnya terbata-bata dia lupa kalau Damian amnesia.

Egi bisa tahu sebab ibunya kemarin malam menjelaskan tentang keadaan Damian. Entahlah kenapa ibunya sendiri ingin merawat Damian di kontrakan mereka secara 'kan Damian pasti memiliki keluarga diluar sana. Egi bisa menebak kalau ibunya memang ada hubungannya dengan kondisi Damian atau mungkin dia tidaklah tahu siapa keluarga Damian.

"Hahah… kenapa minta maaf aku adalah ayah mu Egi aku memang sudah menikah dengan ibu mu," jawab Damian seraya mengelus pucuk kepala putranya.

Egi langsung bereaksi matanya membulat sempurna. Anak itu tersenyum canggung. Antara senang dan bingung datang dalam benaknya. Senang karena pria sebaik Damian akan menjadi ayahnya dan bingung kenapa Damian memberitahukan prihal tersebut pria itu 'kan sedang amnesia?

"Sejak kapan kalian menikah kenapa aku tidak tahu soal ini?" Dia harus bertanya sebab ibunya maupun Karina belum pernah membahas pernikahan.

"Lalu, tuan sendiri sedang amnesia apa anda mau menipu ku?"

Damian menaikkan sebelah alisnya.

Jadi Elina masih merahasiakan hubungan mereka. Dia tahu Elina masih belum menganggapnya, tetapi setidaknya beritahukan saja pada Egi bahwa mereka telah lama menikah. Kalau gadis itu masih main-main dengannya. Damian sendiri yang akan bertindak. Biarkan saja Elina marah dia 'kan berhak atas Egi dan Elina.

"Mau apa dia sekarang aku akan mengungkap semuanya, ahahah…" Damian membatin sembari tertawa sendiri tingkah laku lelaki itu malah menambah kebingungan sang putra.

"Dia kurang menyakinkan sebagai suami mama," batin Egi dengan menggeleng heran.

Pria berperawakan tinggi itu tiba-tiba tersadar kalau ia harus mencerminkan pria dewasa. Damian langsung saja mengubah ekspresi menjadi serius kembali.

"Egi, kamu adalah putra ku dan ibu mu juga istri ku sekarang kalian sangat bernilai bagi hidup ayah, percayalah aku dan Elina telah lama menikah soal amnesia aku sudah ingat masa lalu walau hanya sedikit tapi ayah akan berusaha mengingat semuanya," jelasnya panjang lebar.

Egi anak itu masih melongo dia belum mencerna semua perkataan ayahnya sebab Damian berbicara tanpa jeda sedikitpun.

"Iya… jadi kalian memang sudah menikah ya, ahahaha… aku bodoh sekali kenapa baru tahu sekarang, hahah…" Egi mengiyakan saja ucapan Damian walau setengah hatinya belum percaya sepenuhnya pada lelaki itu.

"Benar sekali!" Lelaki itu terlihat bangga sekali karena Egi sudah tahu.

"Ayah! Masa kau lupa aku harus berangkat ke sekolah sekarang," lanjutnya mengubah ke topik lain dengan berasalan harus berangkat ke sekolah.

Sang empu langsung menepuk jidatnya. Masa iya dia lupa soal mengantar Egi kalau Elina tiba-tiba datang bagaimana dia harus berbohong nanti. Cik! Dasar bodoh kau Damian.

Damian tidak butuh waktu lama mengantar Egi ke sekolahnya karena hari ini keadaan jalan memang tidak macet.

Setelah Egi dan Damian turun secara bersamaan. Disana ada Liora yang diantar oleh seorang supir pribadi di mansion.

Gadis kecil dengan kepang dua itu mengembun seketika. Matanya tidak mungkin salah mengenali seseorang. Ayah tercintanya sekarang ada didepan matanya!

Tidak ingin menunda-nundanya. Liora segera berlari kearah Damian dan juga Egi.

"Astaga nona mau kemana!?" panggil pak supir tersebut khawatir.

"Pak Udin nggak usah ikut Liora ada urusan penting!" balasnya masih mengayun pergelangan kaki.

Saat sudah sampai disana Liora tidak menemukan keberadaan Damian. Hanya ada si bocah paling dia benci itu saja.

"Hei, kamu anak rendahan dari wanita pelakor mau apa kamu disini, hah!" bentak Liora tatkala tangan kecilnya mendorong bahu Egi yang hampir membuat anak tersebut tersungkur jatuh.

"Tarik kembali perkataan mu itu! Ibu ku tidak mungkin seperti yang kamu katakan dia wanita baik-baik dan ibu sudah dimiliki pria lain, paham!" Tak mau mengalah Egi juga membalas perlakuan Liora padanya.

"Aduh… hiks! Kakiku sakit, hiks… aku akan mengadukan mu pada guru biar kau kena hukuman!" erangnya Liora berjanji tidak akan melepaskan Egi begitu saja liat saja nanti hukuman pasti dia dapat.

Egi tersenyum miring. Anak lelaki Damian itu mengerjai Liora dengan sengaja mengambil tas pink milik gadis itu dan membawanya pergi.

"Jangan lari! Kembalikan tas ku!!"

BERSAMBUNG…