“Kak, ada yang ingin saya omongin,” Alisha sengaja menunggu Arkana agar tak ada kesalahpahaman di kemudian hari. Biarlah dijalan ia sedikit ngebut agar tidak telat ikut ujian.
“Lain kali aja, aku ada meeting pagi-pagi. Lakukan saja apa yang menurutmu baik aku setuju,” Arkana tak sarapan dan hanya meminum juice yang disiapkan oleh bi Sona.
Kepoin yuk cerita seru mereka. Kisah Faisal Arkana Kaif dan Alisha Mahalini yang dikemas dalam kisah "CINTA BERBALUT EGO"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roslaniar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CBE # 32 》》ASSALAMUALAIKUM, DOK
Adzan subuh terdengar lamat-lamat memasuki indera pendengaran Alisha yang sedang terlena. Perlahan kelopak matanya mulai bergoyang hingga akhirnya terbuka dengan sempurna. Tanpa ada drama mengumpulkan nyawa, Alisha meluncur ke kamar mandi. Janda tapi gadis itupun segera mengguyurkan tubuhnya di bawah shower sebelum berwudhu agar tubuhnya segar dan rasa ngantuknya hilang. Kebiasaan yang terbawa-bawa hingga kini.
Selesai melaksanakan kewajibannya sebagai muslimah, Alisha bergegas keluar kamar dan langsung menuju dapur. Tiba di dapur, ia lalu membuka kulkas untuk melihat ketersediaan buah. Kemarin ia lupa ke swalayan untuk membeli buah karena terlalu lelah.
“Untung ada,” Alisha bergumam dengan mata berbinar menatap apel merah sebanyak 5 biji. Ia lalu mengambil apel tersebut dan mulai mengolahnya. Letak blender masih di tempat yang sama. Bibi memang yang terbaik.
Akhirnya dapur sudah berisik dengan bunyi blender padahal masih jam 05.20. Mengingat majikan mereka hanya bertiga sehingga membuat para ART tak terlalu pagi beraksi di dapur.
Juice selesai dan Alisha membersihkan blender lalu menaruhnya dimana ia mengambilnya. Setelah itu ia menarik kursi lalu duduk menikmati segarnya juice apel buatannya. Alisha sengaja mengkonsumsi juice agar saat buru-buru tak sarapan pun tak membuatnya kelaparan.
“Pagi-pagi banget sayang,” Mama Alice kini bergabung dengan Alisha di meja makan. Sang mama tersenyum lebar. Bahagia rasanya kala bangun dan melihat putri yang selama ini jauh dari jangkauannya.
Sejak Alisha bercerai dari Arkana, wanita itu langsung menghilang dan menyibukkan diri dengan pendidikannya hingga setelah kurang lebih 6 tahun akhirnya kembali ke tanah air itupun hanya 3 bulan dan setelahnya harus kembali keluar negeri belajar akupunktur agar waktunya tak terbuang percuma. Alisha memang wanita yang selalu memanfaatkan kesempatan untuk belajar dan belajar.
“Iya dong ma, kalau keduluan sama matahari kan malu,” Alisha menyesap juicenya dengan nikmat. Sebagai seorang gadis meskipun kenyataannya dia seorang janda namun tetap menjaga berat badan. Seperti itulah sejatinya seorang wanita.
Mama Alice lalu menyeduh kopi untuk pak Ahmad. Pekerjaan rutin setiap bangun pagi. Pak Ahmad hanya akan meminum kopi buatan sang istri tercinta. Pria itu sudah terbiasa dengan cita rasa kopi buatan wanitanya.
Alisha dan mama Alice lalu duduk di ruang keluarga sambil menunggu pak Ahmad keluar kamar. Salah satu kebiasaan keluarga mereka saat pagi hari sebelum sarapan selalu menikmati pagi bersama sebelum akhirnya mereka berangkat ke kantor masing-masing dan akan kembali bertemu pada malam hari. Itupun jika pak Ahmad tidak lembur.
Tepat pukul 06.30 pak Ahmad keluar dari kamar dan langsung bergabung dengan kedua wanita yang sangat berarti dalam hidupnya.
“Selamat pagi sayang,” Pak Ahmad menempelkan bibirnya pada bibir sang istri. Hanya menempel dan sedikit lumayan hangat.
“Ck, kalian berdua benar-benar gak ada perasaan,” Alisha menggerutu sewot melihat tingkah mesra kedua orang tuanya. Ia tak memalingkan wajahnya karena baginya hal tersebut sudah biasa. Bahkan hampir setiap hari ia menyaksikan hal seperti itu saat berada di Inggris.
“Nikah dong, biar gak jelous, “ Mama Alice tersenyum meremehkan Alisha. Wanita cantik di usia yang sudah tak muda lagi itu sengaja mengompori putrinya. Mama Alice tak habis pikir dengan wanita dewasa di depannya. Wajah cantik, otak cerdas dan baik hati adalah tipe wanita sempurna ukuran manusia namun hingga kini masih betah sendiri. Apa belum move on dari mantan suaminya?
“Al, sarapan dulu ma, pa, nanti telat ke rumah sakit, “ Alisha tak menanggapi perkataan mama Alice. Ia malah melenggang menuju meja makan yang sudah dipenuhi berbagai menu sarapan.
Alisha memilih sandwich sebagai sarapannya. Berbeda dengan pak Ahmad yang memilih nasi goreng seafood. Lidah mereka memang berbeda. Alisha yang lebih banyak hidup di luar negeri sedangkan pak Ahmad lidahnya asli Indonesia. Tak ada yang bersuara saat menikmati sarapan. Meskipun bukan aturan keluarga mereka saat makan tak bersuara namun rasanya akan lebih nikmat jika makan tanpa suara.
“Al siap-siap dulu ma, pa,” Pamit Alisha setelah menyelesaikan sarapannya. Wanita cantik itu bergegas berdiri dan berjalan kearah kamarnya. Ia tak ingin telat tiba di rumah sakit agar bisa bertemu dengan direktur rumah sakit Medical Centre.
Biasanya dokter Prasetyo akan susah ditemui jika sudah siang. Beliau akan sangat sibuk dan tak ingin diganggu kecuali saat jam istirahat. Dan itu tak mungkin dilakukan oleh Alisha mengingat janjinya pada sang papa tercintanya.
Selesai berpakaian rapi dengan riasan tipis pada wajahnya, Alisha meraih tas yang berisi dompet dan ponsel dan kunci mobilnya. Tas yang berisi perlengkapan medisnya sudah ia simpan di mobil berikut snelli kebanggannya.
“Ma, Al berangkat ya,” Alisha mencium punggung tangan wanita yang mewariskan manik mata biru padanya. Alisha berpapasan dengan mama Alice yang akan ke ruang keluarga.
“Hati-hati sayang, jangan lupa segera ke perusahaan setelah urusannya selesai,” Lagi-lagi mama Alice mengingatkan Alisha yang hanya dibalas dengan anggukan. Mama Alice benar-benar tak memberikan pilihan lain pada Alisha. Jika sudah seperti ini ingin rasanya Alisha kembali ke masa lalu dimana sang mama masih produktif dan melahirkan dua atau tiga anak lagi sehingga Alisha bisa tetap menjadi dokter seutuhnya.
Jauh di dalam lubuk hati Alisha sudah mulai gelisah melihat pergerakan sang mama. Sepertinya dunia kedokteran yang sudah menjadi cita-citanya akan segera berganti menjadi direktur perusahaan. Apakah ia mampu menjalani kedua dunia yang berbeda ?
Perlahan Alisha melajukan mobilnya keluar dari halaman rumahnya. Dengan ditemani musik ia bergabung dengan para pengguna jalan yang mulai ramai.
Satu jam kemudian, Alisha tiba di rumah sakit dan langsung memarkir kendaraannya. Setelah memakai masker, ia lalu keluar dan berjalan dengan sedikit tergesa-gesa. Rumah sakit Medical Centre memang masih mewajibkan menggunakan masker saat memasuki kawasan rumah sakit swasta tersebut.
Deg
Mata jeli Alisha melihat sosok Alex sedang berbicara dengan seorang suster. Tujuan Alisha ke rumah sakit adalah untuk melapor pada direktur jika dirinya sudah datang dan akan membahas jadwalnya. Alisha bukan sombong atau jual mahal, hanya saja perusahaan juga membutuhkan dirinya.
‘Apakah pria itu memiliki keluhan lain ?’ Batin Alisha mengira-ngira. Meskipun ia tak ingin berurusan dengan Arkana namun Alisha tetap memikirkan kondisi kesehatan mantan suaminya itu.
Alisha merasa bertanggung jawab karena dirinyalah yang mengoperasi pria itu. Walau menurutnya tidak seharusnya ada keluhan namun jika Yang Maha Kuasa menghendaki lain, ia bisa apa. Semua yang terjadi di dunia ini karena KuasaNya. Bahkan daun jatuh pun tak lepas dari keinginan Sang Pemilik Semesta. Sebelum terlihat oleh Alex, Alisha memilih jalan memutar menuju lift meskipun sedikit jauh.
Tok tok tok
Kini Alisha sudah berdiri di depan pintu sebuah ruangan yang bertuliskan direktur. Setelah mendengar suara yang mempersilahkan masuk, Alisha mendorong pintu dengan perlahan.
“Assalamualaikum dok,” Alisha terlebih dahulu mengucap salam dan tersenyum meskipun tak terlihat oleh dokter Pras karena ia menggunakan masker.
“Waalaikumsalam, dokter Alin ?! Kapan datang ?” Dokter Pras mengangkat wajahnya menatap kearah pintu dan langsung tersenyum melihat sosok yang datang. Meskipun menggunakan masker dan satu bulan lebih ia tak melihat dokter cantik itu namun pria itu langsung mengenali Alisha. Tak ada manik mata yang menyamai milik Alisha yang oleh penghuni rumah sakit mengenalinya dengan nama dokter Alin.
sy suka dgn cerita2 nya.