NovelToon NovelToon
PANGERAN UWENTIRA

PANGERAN UWENTIRA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / cintamanis / Cinta Beda Dunia
Popularitas:7.1k
Nilai: 5
Nama Author: ALNA SELVIATA

"Jika di duniamu banyak melukaimu, maka aku akan datang dari dunia lain menyembuhkan lukamu"
kisah nyata ini berawal dari kisah Hanum yang berlibur dirumah neneknya. Tanpa sengaja ia bertemu dengan anak laki-laki tampan yang seumuran dengan dirinya. Anak laki-laki itu memperkenalkan dirinya sebagai Dominic. Sejak pertemuan itu di kebun kopi, Hanum dan Dominic seringkali bertemu, mereka bermain bersama seperti layaknya anak seusia mereka.
Tiba waktunya, liburan sekolah Hanum telah usai. Kedua orang tua Hanum menjemput putrinya untuk kembali ke kota. Hanum pergi tanpa mengucapkan kata perpisahan kepada Dominic, hingga di hati Dominic menghadirkan rindu yang meluap hingga dewasa. perbedaan Dunia tidak menghalangi Dominic mencari Hanum, dia bahkan menyusuri kota-kota yang ada di Indonesia, namun langkahnya terhenti ketika mendapati seorang wanita yang menggendong anak kecil, wanita itu dipenuhi duka lara dan beban hidup. Wanita yang dapat membuat Pangeran Uwentira jatuh cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ALNA SELVIATA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32 CEMBURU

Revan tiba di rumah, Bi Rini masih didepan pintu pagar, asisten rumah tangganya itu baru usai membukakan pintu mobil Don yang sudah lebih dulu pergi sebelum Revan datang secara tiba-tiba. Revan keluar dari mobil dengan memperhatikan gerak-gerik Bi Rini.

"Bi Rini sudah tahu saya mau datang? Padahal saya kan enggak ngasih tahu," tanyanya.

Bi Rini yang mulai panik hanya bisa terdiam, dia takut jika jawabannya malah merugikan Hanum.

"Atau Bi Rini sedang membersihkan halaman?" Tanyanya lagi.

Bi Rini menganggukkan kepalanya, Revan yang sudah terbiasa melihat sikap panik Bi Rini langsung mempercayai wanita paruh baya itu. Revan masuk ke rumah sembari melepas jasnya yang ia anggap ada wangi Rachel yang tersisa.

Hanum yang sedang merapikan piring di meja terkejut dengan kehadiran Revan yang secara tiba-tiba. Piring-piring yang ia pegang diletakkan kembali di meja, matanya tak melepaskan pandangan terkejutnya dari Revan yang berdiri tegap dihadapannya. Revan menengok ke makanan mewah yang masih banyak tersisa dimeja, tak lama kemudian menatap Hanum dengan alis yang berkerut.

"Makanan sebanyak itu dari mana?" Tanya Revan.

Hanum gelagapan, dia tidak menyangka jika Revan bisa datang secepat itu, Hanum juga belum mempersiapkan jawaban agar suaminya tidak salah paham.

"Kau membelinya sendiri atau kau dibelikan oleh orang lain?" Tanya Revan menyelidik.

Hanum sangat tahu sifat suaminya, jika dia ketahuan berbohong, maka Revan tidak akan segan-segan melakukan hal gila yang akan menyakitinya juga Don. Hanum akhirnya memilih untuk jujur, walaupun itu akan membuat Revan tetap marah.

"Ini makanan yang dibawah oleh rekan bisnismu, katanya dia ingin makan siang bersamamu, tapi dia melihatmu bersama wanita itu."

Wajah Revan tampak berubah, ada marah, kesal, dan di satu sisi dia mengingat jika Hanum menerima Don karena permintaannya, rekan bisnisnya itu harus selalu nyaman jika bertamu di rumahnya.

"Berapa lama dia disini?" Tanya Revan dengan nada posesif.

"Hanya beberapa menit saja, makanannya pun tak sempat dihabiskan karena ada urusan mendadak, dia menitip salam padamu, dia akan menghubungimu jika sudah tiba lagi di kota ini," jelas Hanum. Dia mengutarakan sesuai pesan Don kepadanya.

Revan lebih mendekat lagi ke meja makan, makanan itu sangat ia kenali, makanan yang seringkali ia makan bersama Rachel di restoran terdekat dari rumahnya. Terlihat dua piring bekas, tentu punya Hanum dan Don.

Revan menarik nafas, sesak karena cemburu, dia tidak pernah membelikan makanan yang terbilang sangat mahal itu kepada istrinya, tetapi Don membelikannya untuk pertama kalinya pada Hanum.

"Kau menyukai makanan ini?" Tanyanya dengan menatap tajam pada Hanum.

Hanum tersenyum geli, ini kali pertama Revan menanyakan kepadanya "apakah dia menyukai makanan atau sesuatu."

"Aku baru tahu, restoran dekat dari sini ternyata makanannya sangat enak, aku sangat menyukainya," jawab Hanum yang matanya sembab.

Revan berdecak kesal, jawaban Hanum kian melukai hatinya, dia berharap jika Hanum berbohong demi menjaga perasaannya, dia tidak ingin Hanum menghargai pemberian laki-laki lain selain dirinya.

"Ada uang yang ku berikan padamu, kenapa kau tidak membeli sendiri jika kau mau?!" Revan membentak.

Hanum tidak memiliki energi untuk bertengkar dengan Revan, sehingga dia lebih memilih minta maaf saja.

"Maafkan aku yang salah lagi," ucapnya seraya menundukkan kepala.

Entah mengapa hati Revan terenyuh, saat ini mereka berdua tengah bersedih dengan kehilangan Ganiyah, sampai saat ini putri mereka belum ditemukan, sangat membodohkan jika dirinya dan Hanum bertengkar karena Don. Lagipula Revan berpikir jika Hanum mungkin saja bukan tipe wanita yang Don sukai.

"Suruh Bi Rini saja yang bersihkan, duduklah disana, aku ingin bicara," pinta Revan.

Hanum segera duduk di sofa ruang santai mereka, Revan menyusul seraya melepaskan kemeja, dia hanya memakai lapisan kaos putih. Revan memandangi Hanum, wajah istrinya itu memang cantik alami, teduh, dan tidak dirombak oleh apapun, berbeda dengan Rachel yang selalu saja dibenahi oleh dokter kecantikan agar wajahnya tetap paripurna.

"Sudah berapa lama aku tidak menyentuhmu?" Tanya Revan.

"Aku lupa, aku tidak menghitungnya," jawab Hanum sejujur-jujurnya.

Revan berdecak kesal lagi, sebegitu tidak pedulinya Hanum terhadap pernikahan mereka, sehingga nafkah batin yang seharusnya menjadi hak mereka masing-masing Hanum abaikan.

"Aku rasa kau bermain sendiri?, Benarkah begitu?" Tanya Revan yang memancing Hanum.

"Peduli apa kamu tentang itu? Aku menikmatinya sendiri," balas Hanum yang marah jika mengingat bahwa Revan sering melakukan hubungan badan dengan Rachel.

"Aku peduli, aku ingin melakukan denganmu atas dasar cinta, kau mencintaiku, dan aku mencintaimu."

"Lalu apa yang kau lakukan dengan wanita itu? Bukankah kau setiap hari bersamanya? kau menuntaskan dengan dia, kau memberikan tubuh, waktu, dan uangmu padanya, lalu apa yang tersisa untukku? Amarahmu?"

Revan bak ditampar oleh segala kalimat protes Hanum, dia tidak menyangkal jika perkataan Hanum benar adanya. Hanum sebagai istri yang diabaikan olehnya, Ganiyah sebagai anak yang jarang mendapatkan kehangatan dari Ayah kandungnya.

"Masuklah ke kamarmu, tunggu aku di dalam," ujar Revan. Di berencana akan melakukan hubungan suami-istri yang sekian lama mereka tidak lakukan.

Entah mengapa mendengar perintah Revan, Hanum menjadi gusar, dia tidak rela jika tubuhnya disentuh lagi oleh suaminya, selain tak ada rasa cinta, bayangan Revan bermesraan dan melakukan hubungan demikian bersama Rachel selalu memenuhi benaknya.

"Masuklah," Revan meminta dengan nada tinggi. Sikap arogannya keluar jika Hanum mengabaikan perintahnya.

Hanum masuk ke kamarnya, di dalam dia mencari-cari cara agar Revan tidak melakukan itu padanya.

***

Qenza melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, merkea menuju ke bandara dengan terburu-buru, pesawat jet milik yang dibeli oleh Don. Setiba di bandara, Qenza menyiapkan bodyguard yang siap menemani mereka terbang ke kota tujuan.

"Tuan.. ada banyak jadwal nanti disana, mungkin kita butuh seminggu," ucap Qenza memperlihat jajaran agenda yang harus dilaksanakan oleh Don.

"Terserah," sahut Don. Dia sudah sepakat dengan orang tuanya jika dia juga harus fokus dengan tugasnya.

Dari atas ketinggian, Don melihat awan-awan yang bertebaran disamping kaca jendela pesawat. Pikirannya terus-menerus mengingat Hanum, tangisan Hanum, rintihan Hanum yang ternyata merindukan Dominic.

"Qenza, aku harus bagaimana lagi?" Tanyanya kepada Qenza yang duduk di kursi belakang.

"Jangan menyerah, Tuan .." Hanya itu yang dapat Qenza katakan.

Sejam berlalu, pesawat itu sudah landas lagi di bandara kecil di kota yang ada di Sulawesi Tengah, Don dan Qenza siap-siap untuk turun. Dibawah mobil mewah menunggu mereka, pria-pria berbadan kekar, berkulit putih, dan tinggi menjemput keduanya dengan membungkukkan badan.

Mereka kembali melakukan perjalanan menuju jalan yang akan mereka tuju, jalanan yang terletak sebagai lintas trans sulawesi, di apik gunung dan lautan, hutan dan kebun kopi bercampur menghijaukan jalanan yang mereka lalui. Mobil mereka terhenti tepat di sebuah jalanan yang dari jauh terdengar suara gemercik air, kicauan burung, seolah mereka sedang bergembira menyambut kedatangan Don lagi.

"Silahkan, Tuan .." ucap Qenza membukakan pintu mobil untuk Don.

Don dan Qenza perlahan naik menyusuri tanjakan air terjun yang sudah dibangun sedemikian rapi, Don meminta agar jalan itu di ubah menjadi betok yang dibaluti marmer. Memudahkan akses Don dan lainnya menuju ke gapura.

"Yang mulia Pangeran Dominic hadir, bukalah pintu dimensi," ucap Qenza memberikan peringatan kepada seluruh penjaga pintu dimensi yang ada di gapura.

Angin sejuk berbentuk putih beliung hadir ditengah gapura. Cahaya warna putih yang memperlihatkan lorong dimensi di negara Uwentira. Disana terlihat sudah malam, Don melangkah gagah melewati pintu dimensi negaranya. Qenza turut serta dan prajurit lainnya yang memang sudah menunggu Don sedari tadi.

1
Ir Ma
suka cerita nya
Minn
sejauh ini semuanya bagus tor👍👍
Minn
pasangan yang serasi klop👍👍
Sandy Adalangi
lanjut doong
zin
Hadir kak,
boleh mampir di karya ku kak,
Cinta Setelah Kata Cerai
zin
/Whimper/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!