Calvin Carroll adalah sosok yang paling ditakuti didunia karena kiprahnya sebagai pimpinan sebuah organisasi.
Tiba-tiba kabar tentang dirinya pensiun dari segala jenis kegiatan yang berkaitan dengan organisasi bawa tanah maupun organisasi pembunuh menghebohkan dunia internasional.
Calvin dijuluki sebagai Dewa pembantai oleh musuh-musuhnya karena caranya mengeksekusi setiap musuh yang menjadi target pembunuhannya sangat sadis dan brutal
saat ini dia hanya menjalani kesehariannya dengan menjadi menantu mitra lokal dan melayani istrinya yang super cantik dari sebuah keluarga yang berpengaruh dikota Astana.
sang istri yang bernama Stella Valentino dari keluarga Valentino salah satu keluarga teratas dikota Astana.
Shella selalu berusaha untuk mencari cara agar calvin meninggalkannya, namun walaupun berbagai cacian dan hinaan yang dia terima dari Stella, Calvin sebisa mungkin bersabar menghadapi perlakuan istrinya yang semena-mena.
Ikuti terus Kisahnya dan jangan lupa di vote ya?👌
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rudoelf Nggeok, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyewa Puluhan Pengawal
Tanpa disadari, seragam sang kepala kepolisian itu sudah basah oleh keringat. Matthew ketakutan saat mengingat ekspresi licik diwajah Calvin.
"Tutup mulutmu, jika kau tidak ingin membahayakan hidupmu, cepat hapus akses login nya dan anggap saja saya tidak datang kesini hari ini." kata Matthew kepada anak buahnya dengan nada serius.
Staf polisi itu mengangguk dengan cepat. Matthew berjalan menuju kantornya dengan langkah kaki dan ekspresi muram.
Saat larut malam, Sebuah Maybach hitam perlahan berhenti didepan pintu masuk rumah besar. Stella yang duduk dikursi belakang menoleh dan menatap Rachel dan berkata dengan suara berat, "Kamu baru saja kembali kekota Astana dan tidak punya tempat tinggal. Aku punya kamar kosong, kau bisa menginap di rumahku dulu."
"Baiklah!"
Rachel menatap Calvin yang duduk dikursi pengemudi dengan tatapan menggoda dan mengangguk padanya.
"Bawah koper Rachel kedalam!" kata Stella dengan nada kasar.
"Baik!" Calvin hanya tersenyum canggung. Dia tidak berani melanggar perintah Stella. Setelah membuka bagasi, Calvin mengeluarkan koper dan menyeretnya masuk kedalam rumah.
Ketika sampai dipintu masuk, Calvin melihat ada dua pengawal berbaju hitam yang berjaga didekat pintu. Mereka menghentikan Calvin saat melihatnya.
"Tuan tolong tunjukan tanda pengenal Anda pada kami." para pengawal itu tidak menunjukan ekspresi apapun Diwajah mereka.
"Saya suami Stella dan ini rumah kami, kenapa saya harus menunjukan tanda pengenal?"
Para pengawal itu saling memandang dan melirik Calvin. Mereka tidak memiliki foto suami Stella dan mereka juga tidak melihat wajah Calvin diberita mana pun. jadi mereka tidak mengenal pria ini sama sekali.
Melihat penampakan Calvin, mereka tidak percaya pria itu adalah suami dari seorang CEO perusahaan Valentines corporation.
"Saya minta maaf, tidak ada yang diizinkan masuk kerumah ini tanpa tanda pengenal." kata pengawal itu.
Kemarahan membuncah dalam diri Calvin. Dia tidak menyangka, Cassie menyewa dua pengawal dipintu masuk. dan sekarang Calvin tidak bisa memasuki rumah besar itu.
Ini benar-benar lelucon terlucu! Seru Calvin dalam hati.
dia tahu Stella pasti malu jika media tahu tentang ini.
"Minggir! Jika tidak, kalian harus terima konsekuensinya." nada bicara Calvin tiba-tiba menjadi dingin sambil menatap tajam pada kedua pengawal itu.
Tatapan waspada melintas Dimata kedua pengawal itu dan bersiap untuk mengambil tongkat baton dari balik punggung mereka.
"Dia suamiku!"
Pada saat itu, tiba-tiba ada suara dingin dan dalam terdengar dari belakang Calvin. Stella dan Rachel yang saling mengingatkan lengan, berjalan dengan sepatu hak tinggi kearah ketiga orang itu.
Stella melirik Calvin dengan tatapan jijik. Dia tidak menyangka harus memperkenalkan Calvin sebagai suaminya suatu hari nanti.
Calvin seolah-olah telah mempermalukannya.
Stella tidak tahu, bagaimana kedua pengawal itu mengunjunginya nanti.
Hal yang membuat Stella marah adalah, diawal hari ini Calvin ditahan, kalau saja Stella tidak menyelamatkannya, pria itu akan ditahan paling lama setengah bulan.
Tidak bisakah orang ini melakukan sesuatu yang berguna untukku? Stella bertanya-tanya dalam hatinya.
Melihat wajah Stella yang cantik dan menawan, para pengawal itu berseru dalam hati, Stella memang wanita tercantik dikota Astana.
kemudian kedua pengawal itu memberi jalan kepada Stella, Rachel dan Calvin. Kedua pengawal itu melirik Stella dan Calvin dengan tatapan misterius.
Dimata mereka, pasangan ini, tidak lebih seperti seorang nyonya dan pelayannya.
Sampai didalam rumah, Stella membantu Rachel menata sebuah ruangan, sementara Calvin menyeret koper kebelakang mereka.
Saat Calvin merapikan tempat tidur, Rachel menyalakan sebatang rokok lalu mengepul asap berbentuk cincin dari mulutnya. Dan bertanya, "Stella bilang, kamu telah memenuhi semua kebutuhannya selama tiga bulan terakhir. Bagaimana kamu bisa begitu betah?"
Calvin tersenyum canggung.
"Yah, dia sudah menjadi teman tidur yang baik."
Rachel terkejut dan tidak bisa berkata-kata. Orang ini memang tidak tahu malu seperti yang dikatakan Stella. pikirnya dalam hati.
Calvin berbalik dan melihat rokok dicela jari jemari Rachel, "Istriku tidak suka orang merokok didalam rumahnya."
Rachel tersenyum dan memancarkan aura wanita dewasa yang menawan, "Kamu dan aku adalah orang yang berbeda. Aku akan melakukan apapun yang aku suka, itu bukan urusannya."
Setelah itu, Rachel melanjutkan perkataannya dengan penuh makna, "Calvin, Stella memberitahuku bahwa kalian berdua belum pernah merasakan kehidupan pernikahan yang sesungguhnya. Apakah kamu tidak ingin tidur dengan seseorang malam ini?"
"Tidak, terima kasih. Aku khawatir, kamu tidak akan kuat." bibir Calvin melengkung.
Rachel memberi senyum penuh arti kepada Calvin lalu berkata, "Kalau tidak dicoba, bagaimana kamu tahu aku kuat atau tidak?"
Sambil berkata Rachel berjalan menghampiri Calvin, saat dia berdiri berhadap-hadapan dengan Calvin, dia mendorong Calvin ketempat tidur, dan di perlahan membuka membuka baju kemeja dan hanya meninggalkan b** yang menutupi kedua kedua benda itu. Kemudian dia menerjang Calvin dan menciumnya dengan ganas. Suara menggoda Rachel membuat Calvin tidak bisa untuk tidak meresponnya. Satu jam kemudian Rachel kelelahan dan merasa nyeri, namun Calvin belum mencapai puncaknya. Namun setelah melihat wajah Rachel yang terlihat kesakitan, Calvin pun tidak tega untuk melanjutkannya.
Dia pun berkata, "Aku sudah mengatakan sebelumnya. Kamu tidak akan kuat." Rachel hanya tersipu malu. Calvin kemudian keluar dari kamar itu. Sebelum dia meninggalkan kamar, Rachel menghentikannya kemudian dia kembali mencium Calvin dengan ganas sambil berkata, "Maafkan aku karena tidak bisa memuaskan mu. Lain kali aku pasti akan memuaskan mu."
Setelahnya Calvin meninggalkan kamar itu dan pergi ke kamarnya kemudian bergegas untuk mandi.
Diruang tamu Stella dan Cassie sedang duduk disofa. Cassie menjelaskan sesuatu kepada Stella dengan sebuah Dena rumah ditangannya, "Saya akan menyewa lima puluhan pengawal dan menempatkan mereka diberbagai area dirumah besar ini. Mereka akan bekerja sif. Dan setiap sif akan diganti perlima belas menit, agar keamanan rumah lebih maksimal."
Stella mendengar penjelasan Cassie dengan penuh perhatian. Wajahnya yang cantik menunjukan ekspresi kagum. Cassie memang ahli dalam bidang ini.
Tanpa disadari rambut panjang Stella jatuh ke pundaknya saat mendengarkan penjelasan Cassie. Melihat tulang selangka Stella yang molek itu, Calvin tidak bisa mengalihkan pandangannya.
"Hei, apa yang sedang kamu dengarkan?" Rachel tertawa pelan dan duduk disamping Stella.
"Aku sudah menemukan perusahaan pengawal untuk memastikan keselamatan kita setiap saat. Jika seseorang bisa melakukan percobaan pembunuhan padaku didepan pintu menara Valentines corporation, orang itu juga bisa melakukan hal itu didepan rumahku." Stella menyerahkan skema itu kepada Rachel.
"Peusahaan pengawal? Apa mereka bisa diandalkan?"
"Tentu saja, ini adalah perusahaan keamanan terbaik di spirit Land. Mereka telah memberikan banyak perlindungan kepada bintang film, pengusaha dan politisi." kata Cassie.
Rachel menundukkan kepala untuk melihat, kemudian dia memberikannya kepada Calvin. dan berkata, "Wanita lemah sepertiku hanya mengerti satu atau dua hal tentang bisnis. Tapi aku sama sekali tidak mengerti tentang ini."
"Kamu pikir dia mengerti?" Stella melirik Calvin dan mendengus.
"Rachel membela Calvin dengan mengatakan, "Kurasa dia tahu banyak hal.lagi pula, hari ini, bahkan Calvin mempermalukan orang itu."
Stella menghela nafas. Dia ingin memberitahu Rachel bahwa, Calvin mengarang semuanya dengan bermodalkan internal. pria ini tidak ada apa-apanya dibanding dengan Cassie.
Cassie tidak hanya memiliki pengetahuan profesional, Cassie juga pernah menjadi wakil kapten unit operasi khusus di spirit Land. Cassie telah banyak menerima banyak penghargaan. Dan orang bodoh seperti Calvin tidak pantas menilai hasil kerja Cassie.
Rachel sudah membuat Calvin berada dalam situasi canggung.
"Bagaimana menurutmu?" Rachel menatap Calvin dan tersenyum.
Calvin melirik Dena itu dan berkata dengan tenang. "Secara keseluruhan sudah bagus, tapi ada beberapa titik buta."
"Titik buta?" Cassie tidak puas dengan komentar Calvin, "Saya telah mempertimbangkan semua keadaan dan skenario yang mungkin terjadi. mustahil jika masih ada titik buta."
"Kalau begitu kau salah!" sebelum Calvin menyelesaikan kalimatnya Cassie memotong pria itu dengan raut masam dan berkata, " tidak mungkin, saya sudah memeriksa rumah besar ini berkali-kali. Seharusnya tidak ada titik buta. Mengingat kemampuan para pengawal ini. Berhenti berbicara omong kosong."
Stella juga menambahkan, "Jangan lupa kau ada dirumah sekarang, berhenti sok tahu, Cassie ahli dibidang ini dan kamu bukan tandingannya."
Calvin tersenyum tipis dan tidak mengatakan apa-apa lagi. Calvin adalah orang terbaik dalam menyusun strategi. Kontes raja petarung maldov bahkan membayar sejumlah uang pada Calvin untuk mendapatkan anjuran penyusunan strategi.
Selain itu, beberapa ahli strategi dari luar negri akan menaruh hormat pada Calvin ketika mereka melihatnya.
Sebenarnya, Calvin merasa yang disusun Cassie mudah ditembus.
"Baiklah, waktunya makan malam. Hari ini aku adalah juru masaknya. Mari kita lihat, apakah kalian menyukainya." Rachel tersenyum dan mencairkan suasana.
**********
tapi lumayan menghibur sih ceritanya, semangat thorrr
kita di sini akan belajar bareng dan juga akan di bimbung langsung oleh mentor senior kita.
jika bersedia wajib follow akun ak ya karena aku akan undang kalian semua
Terima kasih.