Memiliki Kakak tiri dengan segudang pesonanya membuat Neira berperang dengan perasaannya.!
Bagaimana bisa Neira harus menahan dirinya untuk tidak menyukai Kakak tirinya dengan semua perhatian yang dia dapatkan juga semua perlakuan manis darinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Encha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Marahnya Gevan
Neira berjalan menyusuri lorong sekolah karena jam pelajaran sudah selesai.
Bukan hanya dirinya namun juga beberapa siswa/wi yang juga berjalan.
seperti biasanya Neira bersama kedua Sahabatnya.
"Kakak Lo udah jemput Nei."
"Belum, Tadi pagi sih bilang kalau gue suruh tunggu bentar di pos.
"Ya udah kita tungguin deh sampai Lo di jemput."
"Gak usah, kalian pulang dulu aja gue tunggu di pos satpam."
"Serius, nanti Lo di culik gimana"
"Sembarang. Gak mungkin lah lagian gue di pos juga."
"Ya udah kalau gitu, Ayo Mik kita pulang."
"Oke, Bye Nei."
"Hati-hati."
Neira kembali berjalan namun tiba-tiba dia ingin ke toilet hingga membuatnya berbalik masuk dan menuju toilet.
Neira keluar namun langkahnya terhenti saat mendengar suara seseorang.
Matanya menautkan, siapa yang masih ada di dalam lingkungan sekolah padahal semua sudah pulang dan dia kembali masuk karena ingin ke toilet.
Langkah Neira berhenti tepat di depan toilet. Samar-samar dia mendengar suara dari dalam namun Neira membekap mulutnya saat mendengar suara desahan dari dalam.
Neira menggeleng dan akan kembali pergi namun sial karena ceroboh dia pun menabrak pot bunga yang ada di sana.
Brak.!
Neira membulatkan matanya, detik berikutnya pintu toilet terbuka dan terlihat Alex yang keluar.
"Neira" Ucap Alex.
Neira menggeleng namun matanya kembali melihat Elisa yang keluar dari dalam.
"Kalian"
"Kenapa, Lo denger semuanya?" Ucap Elisa bersikap santai padahal seharusnya dia kaget paling tidak takut jika Neira akan melaporkannya kepada pihak sekolah.
"Gue gak nyangka Kalian melakukan perbuatan seperti itu."
"Gak usah munafik deh, lagian siapapun bakal lakuin itu sama pacarnya."
"Kalian benar-benar menjijikan, Gimana kalau pihak sekolah tau."
"Berarti Lo yang aduin."
Neira semakin di buat bingung dengan jawaban Elisa, namun Alex dia hanya diam dengan menatap Neira dan tampak tersenyum membuat Neira menggeleng.
Neira langsung berjalan pergi dan meninggalkan mereka, lama-lama berada di sana hanya akan membuatnya emosi bukan karena belum bisa move on dari Alex namun terlibat adu mulut dengan Elisa hanya membuang tenaga.
"Neira tunggu." Ucap Alex yang langsung menyesal pergelangan tangannya.
Kenapa bisa Alex berada di sana bukannya Alex masih bersama Elisa saat Neira pergi.
"Apa sih lepas."
Neira berusaha melepaskannya namun sial Alex bahkan malah semakin mempereratnya membuat Neira meringis namun Alex tidak menghiraukannya.
"Lo salah paham, gue bisa jelasin."
"Gak ada yang perlu Lo jelasin, Lagian gue juga gak peduli."
"Dengerin gue."
"Engga gue mau pulang, lepasin Lex."
"Gue gak akan lepasin sebelum Gus jelasin semua sama Lo."
"Gue gak peduli, itu urusan Lo dan Lo lupa kalau kita udah gak ada hubungan."
Alex menatap tajam Neira, bahkan genggaman tangannya semakin erat membuat Neira semakin meringis.
"Alex sakit."
"Dengerin gue, Selamanya gue gak akan pernah lepasin Lo Neira. Lo hanya milik gue."
"Lo Gila, Lo udah sama Elisa."
"Hahaha,, Gue gak cinta Elisa gue cuma cinta tubuhnya."
Deg.!
Neira terdiam, dia menatap Alex sejak kapan laki-laki yang pernah menempati hatinya bisa bersikap seperti ini bahkan dulu Alex begitu menjaganya.
"Cinta gue cuma buat Lo."
Neira menggeleng dengan terus berusaha melepaskan genggaman tangannya.
"Lo udah kalah semalam dan Lo ingat perjanjian kalau Lo kalah."
"Hahaha Perset** dengan taruhan semalam, gue gak peduli."
Alex terus menatap Neira yang semakin panik, bahkan dia menatap sekeliling yang tampak sepi.
Dia tidak mau jika Alex melakukan sesuatu kepadanya.
Neira terdiam dia berusaha tenang hingga suara seseorang membuat Neira tenang.
"Kalian belum pulang?" Ucap seorang laki-laki paruh baya menatap mereka.
Dia adalah Abah Mun, penjaga sekolah.
"Iya Bah, kita baru mau pulang." Ucap Neira.
Neira yang melihat Alex melepaskan tangannya lantas langsung berlari keluar.
Sial.. Umpat Alex menatap tubuh Neira yang berlari hingga sudah tidak terlihat.
Neira berlari keluar dan melihat Gevan Yang termasuk sudah datang dan menunggunya di depan gerbang.
Neira pun langsung berlari keluar.
"Kakak udah lama?" Ucap Neira membuat Gevan menoleh dan menggeleng.
"Udah dari toiletnya?"
Gevan tau jika Neira dari toilet karena salah satu satpam sekolah melihat Neira yang berbalik menuju toilet dan menyampaikannya kepada Gevan.
"Udah Kak."
Gevan mengangguk dan menatap Neira yang tampak berbeda bahkan sejak datang Napas Neira pun ngos-ngosan.
Gevan semakin di buat heran saat Neira menyembunyikan tangannya, bahkan tidak bisanya Neira bersikap seperti itu.
"Kenapa tangan Lo."
Deg.!!
"Tangan, gapapa Kak. Ayo kak kita pulang."
"Lihat sini."
Neira hanya diam, dia menggigit bibir bawahnya apalagi tatapan Gevan yang begitu menakutkan. Dia tidak mau urusannya lebih panjang jika Gevan tau kejadian tadi.
"Aw" Pekik Neira saat Gevan menarik tangannya.
"Kenapa tangan Lo."
"I- ini tadi gak sengaja kena pintu kamar mandi Kan."
"Sejak kapan Lo pinter bohong. Siapa yang lakuin ini sama Lo."
Tatapan Gevan sangat tajam membuat Neira mengeratkan tangannya.
"Siapa yang lakuin"
Neira menunduk, dia tidak berani menatap Gevan yang seperti ini. Jelas terlihat wajah Gevan yang begitu emosi.
"Neira.!"
"A- Alex."Lirih Neira .
Brengsek.! Umpat Gevan emosi.
"Kak"Lirih Neira yang kaget karena baru pertama mendengar Gevan mengumpat kasar.
Gevan memejamkan matanya dan kemudian menarik Neira dalam dekapannya.
Neira terdiam tidak menolak juga tidak membalasnya, namun Neira bisa rasakan tubuh Gevan yang bergetar bahkan detak jantung Gevan yang cepat. Neira bisa merasakan semua itu.
Tubuh Kak Gevan bergetar, apa dia menangis dan juga jantungnya. Apa yang terjadi sebenarnya. Batin Neira yang masih Gevan peluk erat.
"Sorry." Lirih Gevan dengan masih mendekat tubuhnya.
Neira hanya bisa mengangguk walau dia tidak tau kenapa Gevan malah meminta maaf kepadanya.
"Sekarang kita pulang."
Lagi Neira hanya bisa mengangguk dan Gevan memakaikan Helm miliknya.
Gevan melajukan motornya setelah Neira naik.
Neira hanya diam dan menyembunyikan wajahnya di balik punggung lebar Gevan.
dia tidak mengerti kenapa Gevan bisa Semarah ini.
"Obati dulu tangan Lo." Ucap Gevan menggenggam tangan Neira masuk ke dalam rumah.
Neira hanya menurut dan menatap Gevan yang berjalan mengambil Kotak P3k.
Saat ini mereka berada di dalam kamar Gevan, karena Gevan memang membawanya ke sana.
Perlahan Gevan mengolesi salep di pergelangan tangan Neira yang terlihat merah juga sedikit memar.
Berarti Alex mencekalnya begitu kuat.
"Perih"
Gevan mendongak, dan kemudian dia meniupnya membuat Neira terdiam dengan perhatian Kakak tirinya itu.
Garis senyuman terukir di wajah cantiK Neira saat ini, melupakan rasa penasarannya kenapa Gevan terlihat begitu emosi saat tau dirinya terluka.
semangat untuk karya novel lainya dan ehem jangan Lupa thor EXTRA PARTNYA YAA