Karya ini murni karangan author sendiri ya guys 😘 maaf bila ada kesamaan nama tokoh, atau banyak typo 🙏
Karya ini lanjutan dari novel "Ku Penuhi Janjiku"
Kisah percintaan Bara dan Gala yang cukup rumit, rasa enggan mengenal yang namanya 'CINTA' membuat Bara memutuskan untuk menyendiri dan fokus bekerja.
akankah Bara menemukan cinta yang bisa menggetarkan hatinya?
Apakah Gala dapat menemukan kembali belahan jiwanya yang mampu menyembuhkan lukanya?
Yuk, simak terus ceritanya sampai habis ya😘
HAPPY READING 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali pulang
Bara dan Hamzah mengantarkan Alea menuju sekolahnya, di sepanjang perjalanan Alea nampak duduk tak tenang memikirkan bagaimana nasib ketiga temannya.
"Resah amat dek, santai aja kali." Ucap Hamzah.
"Gimana mau santai bang, orang kemaren mereka ikut nyerang Mala-mpir. Alea cuman takut aja orangtua mereka di panggil ke sekolah, terus mereka juga jadi bahan gunjingan di sekolah." Ucap Alea.
"Sayang, buang pikiran jelekmu itu. Semuanya udah kakak urus, kamu tinggal duduk aja yang manis, oke." Ucap Bara menggenggang tangan Alea.
Hamzah memarkirkan mobilnya di depan gerbang sekolahan, ia membuka jendela mobil kemudian memanggil satpam untuk membukakan pintu gerbangnya. Bara memberikan kartu namanya pada satpam, setelah mengetahui sipa yang datang satpam pun membukakan pintu gerbangnya dengan begitu lebarnya.
ketiga teman Alea tengah berjalan menuju kelasnya, dan benar saja. Para siswa yang lainnya sedang membicarakan perihal kejadian kemarin, pasalnya kemarin mereka masih memakai almamater sekolah. Geng Jena langsung mendekat ke arah mereka, mereka beranggotakan tiga orang, Jena langsung bersidekap menatap Mutiara dan yang lainnya dengan tatapan meremehkan.
"Oh, ini ya yang kemarin ngeroyok tante Mala." Cibir Jena.
"Malu-maluin sekolah gak sih? Mana pake almamater lagi." Tambah Maura.
"Udah lah Jen, loe laporin aja ke bokap loe. Secara, bokap loe kan donatur paling banyak di sekolah ini." Ucap Raya.
"Bener tuh, keluarin aja."
"Nama sekolah udah viral, keluarin aja."
"Muka kriminal semua, anjir."
Masih banyak kata-kata yang menyakitkan keluar dari mulut para siswa siswi yang lainnya, Leona dan Mutiara mengepalkan tangannya menatap satu persatu geng Jena.
"Minggir." Suara bariton memecah belahan para siswa yang tengah berkerumun, ia berjalan menghampiri ketiga teman Alea.
Bara, Alea dan Hamzah kini tengah berdiri di tengah kerumunan para siswa, wajah dingin Bara membuat nyali para siswa yang lain menciut. Jena memutar bola matanya malas melihat siapa yang datang, Bara yang melihat sikap Jena pun langsung mengeluarkan suaranya.
"Siapa donatur sekolah ini?" Tanya Bara dingin.
"Ayahku, memangnya kenapa? Kau mau membebaskan siswa kriminal seperti mereka? Kelakuan mereka kemarin tidak mencerminkan seorang siswa, terlebih lagi mereka melakukan hal yang tidak seharusnya di lakukan oleh seorang siswa dengan memakai almamater sekolah." Ucap Jena dengan percaya dirinya.
"Oh, begitu ya. Lalu, apa sekolah akan membiarkan siswanya keluar masuk tempat hiburan malam? bermabuk-mabukkan? Apa hal tersebut mencerminkan seorang siswa? Oh ya, satu lagi. Apa sekolah tidak memiliki ketegasan dan memberikan tindakan kepada pembully? Apa aku harus memviralkannya agar satu dunia tahu bagaimana kinerja sekolah ini?" Ucap Bara.
"Apa maksudmu?" Tanya Jena mengernyitkan dahinya bingung.
"Kalian semua pasti tidak akan percaya ini, tapi sayangnya aku memiliki bukti kartu as diantara kalian semua di sekolah maupun luar sekolah. Alea dan teman-temannya tidak sepenuhnya bersalah, meskipun aku tidak membenarkan apa yang mereka lakukan dengan menyerang salah seorang wanita. Aku yakin kalian juga memiliki orangtua, jika kalian berada di posisi Alea pun pasti kalian akan melakukan hal yang sama." Jawab Bara.
"Ayo Bar, kita pergi saja. Buang-buang waktu meladeni bocah bau kencur ini, masih kecil aja udah begini. Gimana mau maju bangsa kita kalau generasi mudanya sudah rusak." Ucap Hamzah.
"Ayo guys." Ajak Alea pada ketiga temannya.
Alea dan yang lainnya pergi begitu saja, saat di tengah perjalanan menuju kelas seorang pria berlari menghampiri Bara. Pria tersebut mengajak Bara bersalaman, dengan wajah datarnya Bara membalas jabatan tangannya.
"Maaf tuan, saya tidak tahu jika anda datang ke sekolah ini. Jika saja saya tahu sebelumnya, saya dan yang lainnya akan menyambut kedatangan anda." Ucap Mardi selaku kepala sekolah.
"Jika saya memberitahu anda, tidak mungkin saya melihat dengan mata kepala saya sendiri ketiga teman Alea di bicarakan oleh satu sekolah. Apa ucapan saya kemarin kurang jelas? Atau kalian mau saya viralkan dengan kasus lainnya dan citra sekolah ini semakin buruk." Ucap Bara dengan dingin.
"J-jangan tuan, saya minta maaf karena kelalaian saya tuan." Ucap Mardi panik sendiri.
"Bereskan semuanya, atau aku sendiri yang turun tangan." Tegas Bara.
"Baik tuan, saya akan membereskan semuanya." Ucap Mardi.
Bara mengantarkan Alea masuk ke dalam kelasnya, para siswa dan sisiwi menatap kearah Bara yang tengah mengelus pucuk kepala Alea.
"Makasih ya kak."Ucap Leona.
"Pengen gedig kepala si Jena, rasanya pengen gue ulek-ulek dari dulu. Heran gue, kenapa mereka gak berubah-berubah sih? Mentang-mentang bokapnya donatur di sekolah ini aja belagu, dasar kadal." Gerutu Ajat.
Berbeda dengan Ajat yang terus komat-kamit, Mutiara yang biasanya paling berisik pun diam dan memilih berjalan terlebih dahulu daripada yang lainnya. Hamzah menatap punggung Mutiara yang kian menjauh, dia semakin heran dengan sikap Mutiara. Leona mengernyitkan dahinya, ia merasa ada sesuatu yang ia lewatkan.
"Al, si Muti kenapa?" Tanya Leona berbisik di telinga Alea.
Alea menunjuk kearah kakaknya menggunakan dagunya, Leona mengerti kenapa Mutiara tiba-tiba murung dan lebih banyak diam.
"Kakak pulang dulu ya, kalau ada apa-apa kabarin kakak." Ucap Bara.
"Iya kakak." Jawab Alea.
"Tolong jaga Alea ya, kalau ada apa-apa kabari saya. Alea belum sembuh sepenuhnya, tapi karena keras kepala jadi dia masuk sekolah." Ucap Bara pada Ajat dan Leona.
"Siap bos." Seru Leona dan Ajat bersamaan.
Ponsel Bara berdering menandakan panggilan masuk, ia langsung merogoh saku celananya menjawab telponnya. Wajahnya terlihat begitu serius, ia memijat pelipisnya yang terasa berdenyut mendengar suara dari telponnya.
"Al, kakak harus balik lagi ke jakarta sekarang juga. Kamu gapapa kan kakak tinggal lagi?" Ucap Bara berpamitan pada Alea.
Wajah Alea langsung berubah murung, dia sebenernya tidak mau di tinggal lagi oleh Bara. Tetapi, ia juga tidak mungkin mencegah Bara, secara yang ia ketahui Bara memiliki banyak kesibukan di kotanya.
"Enggak papa kak, nanti kan bisa ketemu lagi kalo kakak free." Ucap Alea dengan memaksakan senyumnya.
"Jaga diri baik-baik ya, maaf kakak gak bisa nemenin kamu sampe sembuh. Tapi, kakak janji bakal berusaha luangin banyak waktu untuk kamu, kakak akan selalu mantau kamu dari jauh." Ucap Bara.
"Jangan murung gitu dong dek, jelek." Goda Hamzah.
"Siapa yang gak sedih coba kudu LDR lagi, tapi gapapa kok. Aku bisa jaga diri sendiri kok, kalian hati-hati ya pulangnya." Ucap Alea.
"Abang udah transfer uang jajan buat kamu, nanti kabarin kakak kalau kamu butuh sesuatu." Ucap Hamzah.
"Makasih abang." Ucap Alea.
Hamzah dan Bara pun berpamitan kembali pada Alea, mereka pergi dari depan kelas Alea berjalan menuju parkiran. Sepanjang perjalanan, banyak pasang mata menatap Bara tak berkedip karena ketampanannya.