Di masa tua nya, anak anak asih dengan tega nya membuang ibu nya ke tempat penitipan lansia. mereka tak ingin merawat ibu nya lagi. karena di anggap menyusahkan.
apalagi asih juga sakit sakitan, dan membutuhkan biaya pengobatan yang tak sedikit. bagaimana kisah cerita tentang asih. yuk simak bersama sama.....
kisah ini aku buat dengan penuh ketegangan, dan juga sedih ya. jadi kalau ga suka bisa langsung skip. selamat membaca!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon putrinw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.4
"Ayo, cium almarhum ayah kalian untuk yang, untuk terakhir kalinya, nak." ucap asih dengan raut wajah sendunya.
"Ayah, maafin Farid ayah....hiks.... Farid sayang sama ayah."
"Ayah, kenapa ayah tinggalin Fatih....cup.... Fatih, sayang ayah."
"Ida, ayo sayang, cium ayah untuk terakhir kalinya nak." ucap asih dengan menahan air mata emosional nya.
"Baik bunda." ucap Ida dengan tatapan yang sudah sembab.
"Ida sayang ayah, selamanya." ucap bocah itu dengan penuh ketulusan.
Bibir asih bergetar, bahkan tangan nya saja tak bisa mampu bertahan. Dia harus tetap kuat, untuk anak anak nya.
kini giliran asih mencium suaminya, untuk terakhir kali nya.
"Maafin asih ya mas. Kalau asih ada salah, selama kita menjalani pernikahan ini., asih minta maaf sama mas Farhan. Asih sayang, dan cinta sama mas, sampai kapan pun. terima kasih sudah menjadi suami, sekaligus ayah yang baik, untuk ku dan anak anak kita. Selamat jalan cinta pertama ku, semoga, kita bisa bertemu lagi kelak ya mas. aku sayang sama kamu." ucap nya dengan air mata yang tak berhenti menetes.
Jenazah Farhan langsung dimakamkan di tempat TPU terdekat. wajah asih begitu sembab, dan bergetar saat melihat jenazah suaminya, untuk terakhir kalinya. Kini hanya tinggal kenangan yang tak bisa terulang. dia hanya bisa berdoa, agar kelak, dia bisa diberikan kesempatan lagi, untuk bertemu dengan, almarhum suaminya itu.
Setelah beberapa orang mengangkat jenazah Farhan dan memasukkan ke liang lahat, asih kembali terduduk lemas dan rasanya tak sanggup menjalani hidup setelah ini. Kini hanya demi anak anak nya, dia harus bisa bertahan.
"Ayah....hikss..... Ayah...."
ketiga anak nya meraung keras, saat ayah nya dimakamkan. dengan penuh kesedihan, asih memeluk ketiga nya dan mencoba menguatkan anak anak nya.
"Sayang, jangan menangis nak, ayah akan sedih. Jangan menangis sayang, biarkan ayah istirahat di rumah baru nya ya nak."
"Ayah.... Hiks ... Ayah."
"Ayo kita pulang nak, kita akan sering sering melihat ayah, di rumah barunya."
"Baik bunda." ucap ketiga nya dengan penuh kesedihan.
10 tahun berlalu begitu cepat berlalu....
rasanya waktu berlalu begitu cepat, anak anak nya asih yang dulunya masih kecil, kini telah tumbuh menjadi remaja yang cantik dan cerdas.
Kini usia si kembar 16 tahun lebih cepat, dan usia Farid sekitar 22 tahun. Yang sekarang kuliah di salah satu universitas di kota.
Farid bertekad merubah nasib nya, dan bisa memiliki masa depan yang cerah. Wajah nya yang berkharisma dan tatapan nya yang datar membuat para gadis gadis muda, terpikat oleh nya.
Sekarang farid, tidak tinggal bersama ibu nya, dan adik adik nya. Dia memilih merantau dan tinggal di tempat kost kostan yang dekat dengan kampus nya. Tujuan nya hanya untuk menghemat biaya, untuk kelangsungan hidup nya saat ini.
Hanya si kembar yang menemani ibunya itu. Saat ini, si kembar masuk ke salah satu SMA yang lumayan terkenal di tempat tinggal nya saat ini. Walaupun fasilitas nya tak sebagus di kota, tapi cukup untuk bisa mengikuti jejak kakak pertama nya. Prestasi mereka juga sangat bagus, sehingga mendapatkan beasiswa seperti kakak nya Farid.
"Bun, kapan Ida punya hp. Teman teman sebaya ku pada punya ponsel semua bun." keluh nya dengan wajah yang cemberut.
Asih tersenyum tipis, dan mengelus rambut panjang putri nya, yang kini semakin dewasa. rasanya baru kemarin dia merawat Mereka yang masih kecil dan menggemaskan itu.
"Sabar ya nak, ibu belum punya uang. Ini cuman dapat hasil nya 150.000. dari hasil penjualan kue kue yang ibu jual."
"Ibu selalu begitu, Ida cape Bu. Di hina terus terusan. Kenapa sih harus jadi anak orang miskin begini. Bekerja keras untuk belajar mati matian supaya nilai Ida ga turun, orang lain, anaknya berprestasi di kasih reward sama orang tua nya. Sedangkan Ida, selalu aja ibu bilang sabar sabar terus terusan. Ida cape Bu. Seandainya aja, ayah masih ada, pasti dia ga akan biarin Ida terus menerus begini. Kenapa yang ga mati ibu aja, kenapa harus ayah?" bentak nya dengan air mata yang mengalir, dan tangisan yang membuat asih tertegun. Kata-kata terkahir putri nya, membuat nya merasa hancur, dan kecewa.
"Deg.....
Asih memegang dada nya yang terasa nyeri. Sudah 10 tahun lama nya, tapi sifat anak nya semakin berubah. Hatinya begitu sakit, tak ada tempat untuk nya bersandar.
"Maafin ibu nak, maaf." setelah itu asih masuk ke kamar nya sambil menumpahkan tangis nya.
sedangkan Ida hanya diam mematung, dan merasa bersalah karena sudah kelepasan saat berbicara.
"Apa yang aku lakukan?" gumam nya sambil menangis tersedu seduh.
Di dalam kamar, asih memegang foto usang suaminya yang tersenyum lebar, sambil menggendong Ida saat masih bayi.
"Mas, hiks..... Aku ga kuat rasanya mas, kenapa dunia begitu jahat dengan keluarga kita. Aku salah apa mas, kenapa semua orang menyalahkan ku mas....hiks....aku gagal jadi ibu yang baik, untuk anak anak kita. Mas, aku kangen sama kamu. biasanya kamu yang selalu berusaha menguatkan aku, saat aku nangis begini.....hikss..... rasanya sangat sakit mas, harusnya aku yang pergi, bukan kamu.... Suasana, di rumah Sudah tak seceria dulu lagi mas."
Setelah puas menangis, asih tertidur sambil memeluk foto usang itu, dengan penuh kerinduan.
Mata nya sembab, dan tak disangka azan magrib mulai berkumandang. Dia pun terbangun dan langsung beranjak pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu.
Hatinya masih begitu sakit, dan masih tak ingin berbicara apapun dengan anak anak nya.
"Bunda! Bunda!" teriak Fatih yang merasa kelelahan. Karena anak itu baru pulang dari kerja.
Setiap pulang sekolah, Fatih mencari uang membantu tukang stem motor dan mobil di tempat tetangga nya. Untung saja hasilnya juga lumayan, sehingga bisa buat tambahan uang jajan nya.
setelah mengambil air wudhu, asih yang ingin beranjak sholat mendengar suara teriakan anak kedua nya pun langsung menghampiri Fatih.
"Ada apa nak?" tanya nya dengan nada lembutnya.
"Bunda ga masak ya. Fatih lapar Bun." ucap nya dengan nada tinggi sehingga membuat asih mengucapkan istigfar dalam hatinya.
"Bunda belum sempat belanja nak. Tunggu bunda sholat dulu ya. Setelah itu, akan pergi ke warung buat membeli mie instan."
"Ckck, iya Bun, tapi jangan mie terus lah Bun, sekali kali ayam lah. Udah lama kali ga makan ayam. Fatih kan cape Bun, udah kerja terus malah makannya mie terus." keluh nya tanpa beban.
Asih berusaha tetap tersenyum melihat anak nya yang merasa emosi saat ini. Dia selalu berupaya menjadi ibu yang baik untuk mereka, apapun yang mereka inginkan. Dia akan berusaha untuk memenuhi nya. walaupun harus banting tulang siang dan malam nya.
Kasian wita suster yg baik semoga suatu saat wita bisa ktmu ma bu asih..