Jodoh Pilihan Adikku

Rania menatap sendu pada seorang pria yang sedang duduk dipelaminan. Ia terlihat sangat bahagia, bahkan terlihat sangat mesra dengan perempuan yang ada disampinganya. Varel menggenggam erat tangan istrinya.

Ya, pria yang dilihat oleh Rania adalah Varel. Varel menikah dengan wanita lain, karena dia sudah menyerah karena tak bisa meluluhkan hati Rania. Dan ia akan coba untuk mencintai wanita lain.

Rania datang sebagai tamu undangan, dadanya sesak melihat Varel bahagia bersama wanita lain. Setelah melihat Varel bersama orang lain, Ia baru sadar jika dirinya juga mencintai Varel. Tapi semua sudah terlambat, Varel telah sah menjadi milik orang lain.

" Sekarang kamu baru sadar kan, kalau kamu juga mencintai Varel." Ucap Audi menepuk bahu adiknya.

Rania menganggukkan kepalanya," Iya kak. Benar kata orang kalau penyesalan selalu datang diakhir," Ucap Rania.

" Dan sekarang aku meraskannya, dulu saat kak Varel terang-terangan mengatakan cintanya padaku aku menolaknya. Dan aku dengan sombongnya berkata kalau aku tidak akan pernah mencintai dia. Karena aku terlalu memandang masa lalunya, tanpa mau melihat perubahannya." Ucap Rania sendu.

" Udah ah, jangan melow gitu. Lebih baik kita beri ucapan selamat sekarang." Ucap Audi mengusap bahu Rania.

Rania, Audi dan Dave melangkah menuju ke pelaminan. Mendekati pengantin memberi ucapan selamat. Rania ingin sekali rasanya menangis, karena keras kepalanya ia sampai merasakan sakit yang tak berdarah. Harus merelakan orang yang tanpa ia sadar cintai selama ini. Tapi saat ia sadar semuanya sudah terlambat.

" Selamat Rel, akhirnya lo nikah juga." Ucap Dave menyalami Varel dan istrinya bergantian.

" Selamat juga ya Varel," Giliran Audi memberi ucapan.

" Dek, sekarang giliran kamu." Ucap Audi menyadarkan Rania dari lamunannya.

" Eh, iya kak." Ucap Rania gelagapan.

Sejak naik ke atas pelaminan, Rania tidak fokus. Pikirannya terus membayangkan Varel hidup bahagia bersama istri dan anaknya nanti. Dan nasib hidupnya akan hancur.

" Selamat ya kak atas pernikahannya," Ucap Rania menyalami Varel dan istrinya bergantian.

" Iya, makasih ya Ran udah datang kesini." Ucap Varel merangkul mesra bahu istrinya.

Rania terus memaksakan senyumnya, walaupun hatinya terasa begitu nyeri.

" Terima kasih ya Rania, kamu udah ngasih Varel ke aku. Pria yang sangat baik dan begitu menyayangi aku. Tapi kamu dulu menyianyiakannya dan lebih meninggikan ego kamu. Pokoknya terima kasih ya Ran." Ucap Istri Varel dengan nada mengejek.

Ingin sekali Rania menjambak rambut Istri Varel, tapi ia tahan karena tidak amu membuat harga dirinya jatuh." Iya , semoga pernikahan kalian bahagia." Ucap Rania lalu pergi meninggalkan keduanya.

Baru Rania berjalan beberapa langkah, tiba-tiba ia mendengar suara riuh dibelakangnya. Rania menoleh kebelakang, dan sudah banyak orang berkerumun ditempat pasangan pengantin tadi.

Rania penasaran dengan apa yang terjadi disana, ia pun melangkah mendekat kearah kerumunan orang. Ia mererobos orang-orang disana. Alangkah terkejutnya Rania melihat Varel tergeletak dilantai dengan tubuh sudah bersimbah darah.

Istri Varel menangis sambil mengguncang tubuh Varel. Rania mendekat dan ikut bersimpuh disamping Varel sambil menangis. " Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Rania.

" Dia jadi seperti ini karena menolongku dari lampu gantung yang hendak menimpaku. Tapi malah dia yang ditimpa." Sahut Istri Varel menangis.

" Kak bangun kak, jangan kayak gini. Gue ikhlas lo nikah sama wanita lain, tapi gue nggak ikhlas lihat lo kayak gini." Ucap Rania mengguncang tubuh Varel.

Tak berselang lama, datang seorang Dokter yang akan memeriksa keadaan Varel. Dokter itu mulai memeriksa Varel.

" Bagaimana keadaannya dok?" Tanya Rania tak sabar, saat melihat Dokter selesai memeriksa Varel.

Dokter itu menggelengkan kepalanya," Maaf Nona, Tuan Varel telah pergi untuk selamanya." Sahut Dokter itu.

Kaki Rania lemas, dan terduduk dilantai. Ia tak percaya dengan apa yang terjadi.

" TIDAK..."

Teriak Rania terbangun dari tidurnya, bajunya telah basah karena terlalu berkeringat dan nafasnya ngos-ngosan.

" Semua itu hanya mimpi," Ucap Rania lega menghapus keringat yang membasahi wajahnya.

"Besok pokoknya gue harus ketemu sama kak Varel, gue harus mengungkapkan perasaan gue ke dia." Ucap Rania yakin

*

*

...****************...