"Kita tidak akan pernah berpisah," janji Damian.
Tapi janji tak semudah itu untuk ditepati, saat masih anak-anak dan sama-sama ditawan oleh penculik mereka saling memeluk erat.
Tapi beberapa tahun kemudian mereka kembali dipertemukan dan seperti orang asing.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
WSTM Bab 32 - Siapa Wanita Itu?
Damian benar-benar menetapi ucapannya, pagi itu setelah dia berpisah dengan Ains, Damian memerintahkan Leo untuk mengawasi Ains dari jauh, untuk melihat apa saja yang dilakukan oleh sang wanita hari ini.
Damian ingin tau, sibuk yang dikatakan oleh Ains adalah sibuk yang seperti apa. Damian memberi perintah seperti itu karena ada sedikit rasa cemburu di dalam hatinya, sedikit takut jika tiba-tiba Ains menemui pria lain di belakangnya. Karena itulah, kini dia ingin memastikan semuanya.
Meski duduk di ruang kerjanya, tapi Damian bisa melihat dengan jelas apapun yang dikerjakan oleh Ains hari ini, beberapa foto yang dikirimkan oleh Leo berulang kali dia pandangi dengan jelas.
Ains yang sibuk mengisi sebuah ruko untuk membuat minimarket. Ains yang sedang sibuk mengoperasikan komputer di meja kasir. Saat siang menjelang, Zen datang bersama temanya yang entah siapa. Di jam 3 sore Damian baru tau bahwa teman Zen itu bernama Reino.
Zen Minimarket memang belum beroperasi, mereka sedang mempersiapkan semuanya.
Saat sore menjelang dan Ains belum juga menyelesaikan pekerjaannya, akhirnya Damian memerintahkan Leo untuk menyudasi semua penyelidikannya.
Tok tok tok! Pintu ruang kerja Damian diketuk oleh seseorang, setelahnya nampak Helena masuk.
"Dam, ayo pulang bersama," ajak Helena, dia datang dengan bibir yang tersenyum ceria.
Biasanya Damian memang selalu mengiyakan semua keinginan Helena, tapi kini tidak lagi. Damian justru ingin menemui Ains di minimarket barunya, ingin memberikan minuman dingin untuk sedikit menghilangkan penat sang wanita.
"Maaf Hel, hari ini kamu pulang sendiri dulu ya. Besok pagi aku akan menjemputmu," balas Damian.
Senyum di bibir Helena langsung hilang, diganti dengan wajah yang ditekuk.
"Memangnya kamu mau kemana?"
"Ada tempat yang harus aku datangi lebih dulu."
"Kalau begitu aku ikut saja, aku akan temani."
Damian menggeleng, "Tidak usah, ayo kita turun," ajaknya kemudian. Dia mengajak Helena untuk segera keluar dari ruang kerja tersebut.
Damian berjalan di depan karena pria itu nampak buru-buru, sementara Helena berjalan di belakang dengan tatapan yang entah, karena tiba-tiba hatinya berbisik Damian pasti akan menemui seseorang yang selama ini telah membuatnya berubah.
Seseorang yang selalu Damian sembunyikan darinya dan semua keluarga.
Di dalam lift berdua, Damian pun berulang kali melihat ponselnya. Dia mana sadar jika diam-diam Helena terus memperhatikan.
Baiklah, maafkan aku jika harus begini Dam. Aku akan diam-diam mengikuti mu. Batin Helena.
Sungguh, dia masih tak menyangka hubungan mereka akan jadi seperti ini. Jarak yang nampak dengan jelas.
"Hati-hati saat mengemudi mobil," kata Damian pada Helena, wanita yang sudah dia anggap adik. Bagaimana pun selama ini mereka memang telah banyak menghabiskan waktu bersama.
"Iya, kamu juga hati-hati," balas Helena. Dia sengaja membiarkan Damian pergi lebih dulu, lalu setelahnya Helena berlari keluar dan memanggil taksi untuk mengikuti mobil Damian.
"Ikuti mobil hitam itu pak, jangan sampai hilang," titah Helena pada sang supir.
"Baik Nona."
Jantung Helena makin bergemuruh, takut jika fakta yang dia temukan begitu membuatnya kecewa. Takut jika ternyata Damian telah memiliki wanita lain. Helena bahkan berulang kali meremat kedua tangannya sendiri, tangan yang kini sudah basah dengan keringat dingin.
Perjalanan itu rasanya cukup jauh, hingga akhirnya mobil taksi yang dinaiki oleh Helena berhenti di tepi jalan. Menandakan bahwa mobil milik Damian pun telah berhenti juga.
Deg!
Helena melebarkan mata, menatap lebih jelas apa yang dilakukan oleh Damian di ujung sana. Damian berhenti di sebuah toko sederhana yang nampak sepi, hanya ada sebuah motor matic yang terparkir di samping mobil milik Damian.
"Tempat apa itu? Kenapa Damian ke sana," gumam Helena.
"Mundur sedikit Pak, aku tidak bisa melihat siapa yang kekasih ku temui," titah Helana pada sang supir. Tanpa menjawabi sang supir pun sedikit memundurkan mobilnya, sampai akhirnya Helena bisa melihat dengan jelas Damian memeluk seorang wanita di ujung sana.
Deg! jantungnya seketika berdenyut nyeri.
"Stop Pak," ucap Helena dengan suara yang bergetar. Dengan mata yang menatap nanar.
"Siapa wanita itu?"
jgn ganguuuu ihhh