Kisah ini mencertiakan tentang Zahra gadis manis yang berasal dari desa.
Zahra adalah anak yang sangat berbakti kepada kedua orangtua nya. Dia bertekad menjadi orang sukses.
Zahra pun pergi merantau ke kota untuk bekerja.
Gadis itu tidak pernah menyangka dalam perjalanan hidup nya dia bertemu dengan Pria Tampan dan sukses.
Dialah Arfan pratama, Pria tampan dan sukses tapi sayang dengan kepribadian yang dingin dia selalu gagal dalam hubungan asmara nya.
Akankah Zahra dan Arfan akan bersatu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon saffana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ARFAN MELAMAR ZAHRA
Zahra yang diam mematung pun sekuat tenaga mengumpulkan keberaniannya.
Gadis itu tidak bisa diam saja karena pernikahan itu bukan untuk main-main.
Setelah menolak pernikahan dengan tegas. dirinya akan memberitahu semuanya. Akan tetapi Arfan yang ada di sebelah nya langsung memotong pembicaraan nya.
"Zahra! Sebenarnya mau kamu apa? Kalo kamu nggak mau menikah. Kenapa kamu mau disentuh Pria yang tidak ada ikatan denganmu? kamu tahu itu dosa? Melihat kalian berpegangan tangan saja sudah menambah dosa Bapak!" cecar Bapak nya Zahra Pria paruh baya itu meminta penjelasan kepada anaknya.
Nafasnya pun terlihat memburu membuat dia langsung memegang dadanya. pria paruh baya itu tak mengira jika anaknya seberani itu menunjukan kemesraan itu di hadapannya.
"Pak … A-aku tidak bisa menikah dengan Pak Arfan!" jawab Zahra.
Dirinya bingung menjelaskan semuanya. Pasalnya tatapan Pria yang ada di sebelahnya sangat tajam dan itu membuat Zahra takut untuk mengatakan yang sebenarnya.
"Biarkan … aku berpikir terlebih dahulu!"
lanjut Zahra yang akhirnya tak jadi memberi tahu kedua orang tuanya. Melihat Bapak nya berbicara sambil memegang dada saja sudah membuat nya tak tega.
"Benar, pikirkanlah dengan baik Nak Zahra. Kedatangan Tante memang sangat mendadak, malah membuat kamu dan kedua orang tua kamu berdebat … Maaf kan saya Ibu, Bapak … dan juga kamu Ra, maafin Tante ya."
Mama Arfan yang tadi diam pun ikut berbicara. Dirinya sadar jika Zahra belum memberitahu kedua orangtuanya. Tapi, dia malah memaksakan kehendaknya.
"Ibu Tari, tidak perlu meminta maaf … kami bersyukur karena Bu Tari, saya dan suami bisa mengetahuinya. Saya tidak tahu kenapa Zahra tidak menceritakannya pada kami … mungkin ada suatu hal yang membuatnya menyembunyikan hubungan nya dengan Pak Arfan, jadi ibu Tari tidak perlu merasa bersalah! Justru saya yang salah karena tidak terlalu peka kepada anak sendiri."
Perkataan ibunya Zahra membuat Gadis itu bersedih, Zahra yang tidak bisa memberi tahu semuanya itu pun hanya bisa diam. tak sadar lelehan bening pun keluar dari sudut mata indahnya.
"Saya, ijin berbicara berdua saja dengan Zahra. Saya berjanji tidak akan menyentuhnya sebelum kami menikah, saya harap Bapak bisa mempercayai ucapan saya!" tutur Arfan meyakinkan sembari menatap Bapaknya Zahra.
"Baiklah, mungkin kalian perlu bicara berdua saja. Tapi, ingat kalian jangan terlalu dekat!" jawab Bapaknya Zahra sembari mengingatkan Arfan dan Zahra.
"Baik, Pak."
Arfan langsung berlalu keluar dibuntuti Zahra di belakangnya.
"Kalau begitu, saya juga pamit pulang ya, Bu, Pak. Semoga nanti ada kabar baik dari Zahra … Semoga Bapak lekas sehat kembali."
"Terima kasih, atas doanya Bu Tari, jika ada perkataan yang menyinggung Bu Tari … saya mohon maaf, dan semoga keputusan anak saya tidak mengecewakan ibu dan juga kami berdua."
Wanita paruh baya itu pun ikut berpamitan pulang karena sudah tidak ada hal lagi yang perlu dibicarakan.
****
Arfan dan Zahra sedang duduk di taman rumah sakit. Dua anak manusia itu diam tanpa kata, merenung memikirkan nasib yang akan mereka jalani nanti. Tiba-tiba salah satu dari mereka mengeluarkan suaranya.
"Kenapa kamu mencegahku untuk berkata jujur? Jika saja kamu tidak memotong pembicaraan ku ketika menjelaskannya, mungkin semuanya tidak akan serumit ini," keluh Zahra pada Pria yang duduk di sebelahnya.
"Kamu harus berpikir panjang, jika saya tidak melakukannya, mungkin orang tua kita akan kecewa."
Arfan menjawab nya tanpa melihat lawan bicaranya.
"Lebih tepat nya orang tua kamu Pak Arfan! Orang tua saya dari awal tidak tahu apa-apa, namun berkat Tante Tari lah akhirnya mereka mengetahui semuanya." Zahra tak terima dengan perkataan Arfan.
"Apa kamu sudah lupa? Bapak kamu baru saja melewati masa kritisnya, Pria tua itu baru saja terbangun dari tidur panjangnya. Apa kamu tidak berpikir jika kita jujur dan memberitahu mereka, mungkin, Bapak kamu akan kembali tak sadarkan diri. Dan juga Ibu Kamu akan sangat kecewa dan membenci putri semata wayangnya karena telah tega membohongi nya demi uang. Pikirkanlah baik-baik saya disini berbicara bukan semata-mata untuk keuntungan pribadi. Lihatlah juga kedua orang tua kamu Zahra!" cecar Arfan tak terima dengan ucapan Zahra yang menuduhnya.
Padahal Pria itu sudah berpikir panjang sebelum bertindak.
Zahra terhenyak mendengar semua penuturan Arfan. Dirinya tidak berpikir sampai sejauh itu. Dia juga baru menyadari, bahwa Bapak nya belum lama melakukan operasi. Itupun berkat Pria yang ada di sebelahnya karena Arfan yang telah menolongnya.
Seharusnya dia bersyukur Pria yang ada di sebelahnya itu tak meminta jaminan. Malah dirinya lah yang lebih banyak diuntungkan dalam surat perjanjian itu. Tapi, untuk menikah dengan Pria yang sedang duduk di sebelahnya itu sungguh tidak mungkin.
"Saya tidak mau menikah dengan Kamu! Jadi tolong … pikirkan cara supaya kita tidak harus melakukan kebohongan yang lebih jauh lagi."
Zahra menolak menikah dengan Arfan. Padahal Pria yang ada di sebelahnya tulus akan menikahinya tanpa ada embel-embel surat perjanjian. Mendengar perkataan Zahra jauh di dalam lubuk hatinya pun merasa sakit. Apakah Gadis itu sangat membenci Arfan, sehingga tanpa berpikir panjang Arfan langsung ditolaknya.
"Apa kamu sangat membenci saya?"
Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Arfan. Pria itu pun berbalik menatap Gadis yang ada di sebelahnya.
"Aku tidak membenci Pak Arfan, tapi, aku tidak bisa mempermainkan pernikahan. Aku sungguh cukup berdosa dengan sandiwara ini … aku tidak mau menambah dosa yang sangat besar jika harus menjalani pernikahan palsu dengan kamu Pak!" jawab Zahra sambil ikut menatap manik mata Arfan yang tajam.
"Saya serius akan menikahimu! Surat perjanjian yang kita sepakati, saya anggap tidak ada. Tolong pikirkanlah baik-baik, pikirkan hati orang tua kamu. Jika saya mau egois, bisa saja saya langsung menolaknya tapi saya sadar kebahagiaan Orang tua saya yang terpenting."
Arfan mencoba meyakinkan Zahra. Pria itu sangat berharap jika gadis yang ada di sebelahnya mau menerimanya, tidak masalah jika Zahra masih belum membuka hatinya untuk Arfan. yang pasti ada sebuah pepatah, cinta akan tumbuh karena terbiasa bersama. Arfan yakin jika Zahra bersedia menikah dengannya, pria itu akan membuat Zahra jatuh cinta kepadanya.
Zahra terpaku dirinya terdiam setelah mendengar penuturan Arfan. Pikirannya bercabang banyak hal yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Umur nya yang terpaut beberapa tahun dari Arfan. Zahra juga merasa tidak percaya diri karena dia orang yang tak punya apa-apa. Jika bersanding dengan Arfan sungguh sangat tidak mungkin, mereka bagaikan langit dan bumi yang jaraknya sangat jauh.
"Zahra … maukah kamu menikah dengan saya?" tanya Arfan netr nya menatap serius kearah Zahra.
LOgiKA