Nayura, gadis SMA yang belum pernah mengenal cinta, tiba-tiba terikat janji pernikahan di usia yang penuh gejolak. Gavin juga remaja, sosok laki-laki dingin dan cuek di depan semua orang, namun menyimpan rasa yang tumbuh sejak pandangan pertama. Di balik senja yang merona, ada cinta yang tersembunyi sekaligus posesif—janji yang mengikat hati dan rasa yang sulit diungkapkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadin Alina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 : Bagi Foto Calon Mantu, Ma!
Gavian berbalik badan dan segera masuk ke ruang IDG tanpa memperdulikan Mamad yang cemberut. Itu mah, kagak urusan dia kali! Hahahaha, yang sabar ya Mad :D
Srek!
Langkah Gavian terhenti. Bibirnya sedikit terbuka karna terpaku melihat Nayura yang tertidur lelap. Ia segera mengatupkan bibirnya dengan kaki melangkah pelan mendekati Nayura. Melihat Nayura yang tertidur lelap, Gavian mengurungkan niatnya untuk menyerahkan tas gadis tersebut.
Gavian meletakkan tas Nayura di samping nakas, lalu menarik kursi yang ada di pojok ruangan untuk ia duduki. Netranya yang tajam tak lepas memandangi Nayura.
“Cantik banget...” puji Gavian didalam hati. Ya, kali Gavian terang-terangan muji. Bisa malu tujuh keliling dia, tuh! :D
Gavian tak menyia-nyiakan kesempatan yang ada, ia memandai wajah lelap Nayura sepuasnya. Mumpung orangnya lagi tidur, kalau bangun nggak bisa leluasa begini.
Teringat sesuatu, Gavian merogoh ponselnya kemudian, menempelkannya ke telinga.
“Ma, bagi foto calon mantu, dong!”
Ruri di seberang sana di buat melotot dan terlonjak kaget. Bahkan, bunga yang tengah ia pegang jatuh begitu saja.
“Ma…” panggil Gavian karena tak kunjung mendapatkan respon.
Ruri masih syok. Gavian? Minta foto calon istri? Tumben banget!
“Kamu kesambet apa sih, Gav?” tanya Ruri heran. Tumben banget, si Gavian nanyain calon bini. Biasanya kan, cuek dan nggak mau tahu!😬
“Udahlah ma, mama kirim aja, ya! Bay, mama sayang!”
Tut!
Tanpa menunggu jawaban, Gavian memutuskan panggilan. Senyum manis terukir di wajahnya ketika menatapi room chatnya dengan Ruri. Menantikan gambar calon istri yang telah ia minta tadi.
Menit demi menit berlalu.
“Lama banget!” dumel Gavian, kesabarannya mulai menipis.
Ia mengalihkan pandangan kembali ke wajah Nayura. Sebenarnya, Nayura sudah di perbolehkan untuk pulang tetapi, karena gadis itu tertidur Gavian jadi nggak tega untuk bangunin. Untung, rumah sakit ini milik keluarga Gavian. Jadi, ia bebas keluar masuk. Ekhem.
Ting!
Suara notifikasi mengalihkan atensi Gavian, cepat ia membuka ponselnya.
“Yah…!” desah Gavian, menatap nanar pesan sang mama.
“Mama nggak punya fotonya :’”
“Masak nggak punya, sih!” dumel Gavian tampak kesal dan kecewa.
Gavian bersedekap dada dengan pandangan kembali jatuh ke wajah Nayura. Tiba-tiba hatinya berdesir aneh. Mengingat jika dirinya akan menikah minggu depan.
Bagaimana mungkin, ia akan memiliki gadis cantik ini. Sedangkan, dirinya sudah memiliki calon istri. Ini, istri lho, bro! Nggak pacar ataupun tunangan yang masih bisa di negosiasi atau paling parahnya...tinggalin aja! 😶
Astagfirullah, nggak boleh gitu, ya! Bagaimanapun kita harus menjaga perasaan perempuan apalagi, kalau sama-sama memiliki rasa. Masa mau ninggalin demi yang lebih cantik.
Seketika, ia memikirkan sebuah ide!
“Gimana caranya bikin dia jadi calon istri, gue?.”
Ini bukan sekedar kagum tetapi, Gavian jatuh cinta pada pandangan pertama. Dan rasanya, menggebu-gebu. Hampir delapan belas tahun, Gavian belum pernah merasakan jatuh cinta.
“Eeghh…”
Nayura melengkuh dan menggeliat dalam tidurnya. Kelopak matanya terbuka secara perlahan, menolehkan kepala...dan...
Deg!
Jantungnya berdetak kencang, matanya sedikit melebar mendapati Gavian yang duduk bersedekap dada, tengah menatapnya. Buru-buru ia mengalihkan pandangannya, mencoba untuk bangun meskipun sedikit pusing.
Nayura melirik Gavian dari sudut matanya yang tak bersuara. Dahinya berkerut tipis, dengan kepala sibuk memikirkan ada apa dengan Gavian?
“Jangan-jangan dia kesambet, mangkanya nggak liat gue bangun!”
Cepat Nayura menolehkan kepala, kini jantungnya kembali berdebar—bukan karena cinta. Ia takut, jika memang Gavian kesambet pastinya, ada makhluk halus di sekitaran sini.
Melihat tangan yang melambai-lambai di depan wajahnya, membuat Gavian tersadar dari lamunannya. Saking dalamnya memikirkan cara untuk menjadikan Nayura sebagai istrinya. Hingga ia tak sadar jika gadis itu telah bangun.
“Udah bangun?” tanya Gavian membuat Nayura meneguk ludah.
Nayura menunduk dengan bibir yang tampak bergetar—takut dan cemas bercampur menjadi satu. “Lo manusia, kan?” tanyanya lirih.
Gavian menaikan sebelah alis bingung. “Bukan malaikat!” jawabnya sambil terkekeh.
Glek!
Nayura mencekram erat selimut yang masih membalut setengah tubuhnya. Fix, Gavian bukan manusia melainkan, ada makhluk lain di dalam tubuhnya. Melihat reaksi Nayura yang membuat Gavian geleng-geleng kepala.
“Lo pikir gue hantu? Gue manusia, kali!” jelasnya dengan tersenyum miring.
Nayura mengangkat kepalanya hingga ia bisa melihat wajah Gavian yang tengah tersenyum miring.
“Tampan...” Nayura terbuai akan pesonanya. Namun, buru-buru menggelengkan kepala.
Ia mencoba menatap mata Gavian yang nyatanya juga menatap dirinya. Ia telusuri lebih dalam manik mata hitam legam itu, hingga pantulan dirinya dapat ia lihat dengan jelas.
Setelah di telusuri lebih dalam lagi. Nayura tidak menemukan tatapan kosong melainkan...tatapan yang sulit di artikan.
Jantung Gavian berdebar-debar di tatap demikian oleh Nayura. Melihat mata bening nan indah itu, membuat Gavian tak ingin beralih menatapinya.
Nayura memutuskan pandangan terlebih dahulu, di tatap balik oleh Gavian demikian, cukup...membuatnya jadi nggak karuan.
“Gue kira lo hantu soalnya cuek banget pas gue bangun.” Lirih Nayura.
“Kalau gue hantu, kenapa?” pancing Gavian, penasaran.
"Ya, gue teriak dan kaburlah!” jawab Nayura cepat, lalu buru-buru menutup mulut. Malu-maluin!
“Menggemaskan!”
Gavian menahan sudut bibirnya untuk tidak tersenyum. Nayura memang menggemaskan saat salah tingkah. Kenapa nggak ada cewek di sekolahnya yang begini?
“Gue boleh pulang?” celetuk Nayura menghentikan pikiran Gavian.
Gavian menganggukkan kepalanya membuat Nayura bernafas lega. Setidaknya, ia bisa istirahat di rumah dan jauh dari aura misterius cowok ini.
Nayura hendak turun tapi urung—ia teringat akan tasnya. Kedua tangannya menumpu pada sisi ranjang dengan kaki menjuntai ke bawah. Ia melirik Gavian sebentar, menggigit bibir bagian dalamnya untuk menahan rasa gugup yang sedari tadi nggak mau enyah barang sejenak saja.
“Hmm…tas gue dimana?”
Gavian langsung mengambil tas itu dan menyodorkannya ke hadapan Nayura. Mata Nayura berbinar melihat tas berwarna pink kulit babi itu. Ia menerima tasnya kemudian mengambil ponsel dari dalam sana.
“Ck, pake lowbat segala, lagi!” decak Nayura, mendapati layar ponsel yang tidak menyala. Gimana ia mau pulang coba!
Gavian masih diam memperhatikan gadis di hadapannya. Nayura mengerucutan bibirnya, kentara sekali jika dirinya sebal. Beberapa saat kemudian, ia memasang senyum manis dan menatap Gavian.
“Hmm…”
"Kenapa nih, cewek!" pikir Gavian, heran.
“Gu-gue boleh pinjam ponsel lo, nggak?” tanya Nayura, menggigit bibir bawahnya. Sumpah, Nayura deg-degan banget untuk minjam ponsel cowok yang sampai detik ini ia nggak tahu siapa namanya.
“Nggak!”
DOR!
Nayura mendelik dengan mata melebar, mendengar penolakan Gavian membuatnya melongo. Pengen protes dan ngatain Gavian pelit, tapi ia nggak punya nyali untuk itu. Jadilah, ia menundukkan pandangan melihat rok abu-abunya.
Drtt
Drtt
Getaran pada ponsel Gavian membuat senyuman yang terukir di wajahnya sirna.
“Bos cewek yang namanya Tessa udah gue antar dengan selamat sampai rumah.” Lapor Afdhal.
Ya, Afdhal dan Regi kebagian tugas untuk nganterin Tessate—temannya Nayura. Gavian hanya bergeming menanggapi laporan yang di sampaikan oleh Afdhal.
“Tenang bos. Gue nggak sampe kamar kok—Aduh! Asu!”
Gavian yang mendengar umpatan dan keributan di seberang sana memilih memutuskan panggilan. Pasti Afdhal dan Regi tengah adu bacot.
“Gue anterin pulang.” ucap Gavian tegas lalu beranjak berdiri.
Mata Nayura membola sempurna mendengarkan ucapan cowok itu yang terdengar seperti...sebuah perintah yang nggak boleh di langgar. Cowok itu bossy banget!
“Mau gue gendong?” tawar Gavian melihat Nayura yang masih diam membeku. Membuatnya berinisiatif untuk membantu gadis tersebut.
“Nggak!” sahut Nayura cepat. Meskipun, di dalam hati sana pengen banget tapi…Nayura malu apalagi, harus merasakan deg-degan seperti beberapa jam yang lalu.
“Kalau gitu, buruan!” desak Gavian.
“Nggak ada pilihan lain gitu?” tanya Nayura, mencoba menawar pada cowok tampan tersebut.
Melihat Gavian yang menatapnya tajam membuat Nayura meneguk ludahnya dengan kasar.
“Ma-maksud gue, gue masih rada pusing.” Lanjutnya, berharap cowok itu bersimpati dan meminjamkannya ponsel.
“Gue antar pake taxi, lo tenang aja.” Jawab Gavian santai.
Nggak ada pilihan lain, akhirnya Nayura turun dari atas brankar. Ia menghembuskan nafasnya gusar.
"Cobaan apalagi ini," keluh Nayura.
always always bagus!!
hebat!!! Udah cocok itu open comision
kondangan kita! Semur daging ada gak?
Setiap komentar dan dukungan kalian, sangat berharga bagiku. Membakar semangat untuk terus menulis🔥
Happy reading 🤗