Spinoff The Lost Emir
Nandara Blair, pembalap MotoGP dari tim Ducati, tanpa sengaja menabrak seorang gadis saat menghindari seekor kuda yang lari. Akibatnya, Wening Harmanto, putri duta besar Indonesia untuk Saudi Arabia yang sedang berlibur di Dubai, mengalami kebutaan. Nandara yang merasa bersalah, bersedia bertanggung jawab bahkan ikhlas menjadi mata bagi Wening. Bagaimana kisah antara Emir Blair dan seorang seniman tembikar yang harus kehilangan penglihatannya?
Generasi Ketujuh Klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejutan Nandara
Wening memandang layar monitor dimana suaminya sedang head to head dengan Pedro Pedrosa dan pembalap lain dari Suzuki. Tanpa sadar, Wening menggigit jempolnya tanda dirinya sedang tegang. Tak lama gadis itu bersorak karena Nandara menjuarai Motegi, dua detik di depan Pedro Pedrosa.
Wening berpelukan dengan Tommy Ducati lalu memeluk Habibah dan Zaynab. Semua orang di tim Ducati tampak senang karena Nandara strike juara tiga kali berturut-turut.
"Sepertinya karena kamu, Wening! Nandara punya amunisi baru untuk membuktikan padamu," kekeh Tommy Ducati.
Wening hanya mengangguk sambil tersenyum lebar. "Terima kasih Tommy, terima kasih semuanya ... Tanpa kalian, Nanda tidak bisa sejauh ini. Terima kasih." Wening membungkuk ala Jepang membuat para kru pun reflek ikutan.
"Princess, anda sangat Jepang sekali," senyum salah satu kru yang orang Jepang.
"Domo arigato. Aku tahu tidak bisa berterima kasih satu persatu karena baru bergabung disini tapi aku sungguh-sungguh senang dengan dukungan kalian pada Nandara," jawab Wening dengan wajah penuh penghargaan pada semua orang. "Terima kasih sekali lagi."
Semua orang tersenyum dengan sikap Wening yang sangat menghormati semua kru. Tidak sedikit anggota WAGs dikenal sombong dan tidak mau mengenal dengan kru karena merasa sebagai pacar pembalap utama.
***
VIP Lounge MotoGP Motegi
"Nanda juara lagi ... Memang pengaruh Wening sangat bagus di dia," gumam Hyde.
"Kakaknya di belakang dan tadi Kenta sempat curi dengar mereka marah ditempatkan di belakang. Kita tahu kan itu jatahnya dua pengawal Nanda," bisik Yukihiro.
"Menurutmu mereka akan membuat perkara?" Hyde menoleh ke arah Gibran dan Mischa yang asyik berfoto-foto berdua.
"Bisa jadi tapi Nanda sudah bilang, akan mereka handle sendiri," jawab Yukihiro.
"Macam-macam di Jepang ...."
"Sudah ... Selama Nanda bilang bisa di handle, kamu tidak usah maju," senyum Kana sambil mengelus tangan suaminya.
Hyde hanya menghela nafas panjang. "I have bad feeling about this."
***
Usai acara di Motegi, Nandara dan Wening bersama dengan para pengawal mereka pun pergi menuju Mashiko Museum of Ceramic Art / Ceramic Art Messe Mashiko guna memenuhi janji ke Makoto. Para pegawai museum pun langsung heboh saat melihat Nandara dan Wening datang.
Mereka pun foto bersama dan Nandara memberikan tanda tangan ke Makoto dan para pegawai disana termasuk beberapa pengunjung yang tidak menyangka ada juara dunia MotoGP datang ke museum yang tidak banyak datang.
Nandara dan Wening pun menghadiri pesta penutupan musim MotoGP tahun ini. Wening bertemu dengan para WAGs disana dan gadis itu bisa membaur bahkan mendapat banyak gosip aneh-aneh baik di dunia MotoGP, WRC maupun F1.
Mereka meninggalkan acara pesta menjelang tengah malam dan Wening mendapatkan pesan dari Zaynab kalau Mischa berbuat ulah lagi karena tidak mendapatkan akses pesta yang diadakan oleh panitia.
"Ampun deh orang itu. Apa jadinya kalau kamu tidak cut off dari kedua orang tua kamu? Pasti akan terus menerus merongrong kita!" gerutu Nandara saat mereka hendak tidur di kamar hotel.
"Besok mereka minta bertemu dengan kita di ...." Wening menyebutkan nama restaurannya.
Nandara melongo. "Seriously? Mau bicara soal apa?" tanya pria itu sambil memeluk Wening diatas peraduan.
"Mana aku tahu Nanda. Tapi mengingat saat mereka minta akses VIP dan Gibran mau membicarakan bisnis, aku rasa soal itu."
Nandara tampak berpikir. "Kita lihat maunya apa. Tapi minta sama mereka, kita makan malam bukan makan siang karena aku sudah punya rencana lain di Tokyo!" Nandara mengambil ponselnya dan menghubungi Farouq. "Fa, aku tahu ini sudah malam tapi tolong cari tahu nomor ponsel Gibran Maranggi. Bilang sama dia, pindahkan jadwal bertemu pada malam hari. Aku ada acara penting!" Setelahnya Nandara mematikan ponselnya dan meletakan diatas nakas.
Wening menatap suaminya. "Acara penting apa Nanda?"
"Acara yang sangat membahagiakan kamu."
"Aku sangat penasaran." Wening memeluk tubuh Nandara
***
Kamar Hotel Mischa dan Gibran
"Aku harus mengganti jadwal? Apa dia tidak tahu untuk membuat janji makan disana butuh waktu?" omel Gibran saat membaca pesan dan email dari Farouq.
"Kita pindah kemana?" tanya Mischa kesal.
"Biar aku cari tempat dulu! Brengseeekkkkk! Tapi demi sepuluh juta dollar ... Kita jabani!"
Mischa merasa geram. Seenaknya saja ganti-ganti!
***
Tempat Kerajinan Taku Okane Tokyo
Wening melongo saat mereka kembali ke Tokyo dan Nandara mengajak dirinya kemari. Istrinya itu tampak tidak percaya mereka berada di tempat salah satu artis pengrajin tembikar dan keramik di Jepang.
"Nanda, ini ... Apa?" tanya Wening sambil menggenggam tangan Nandara.
"Selamat datang di kejutan aku. Selama seminggu ini, kamu akan bersama Sensei Taku Okane untuk belajar. Bagaimana? Apa kamu terharu?" tanya Nandara.
Wening sampai tidak tahu harus berbicara apa. Dia hanya memeluk suaminya dengan air mata bahagia.
"Selamat datang, Wening-san."
Wening menoleh dan melihat seorang pria berusia tiga puluhan akhir bersama Yukihiro Bianchi berdiri di depan pintu bengkel.
"Okane Sensei .... " Wening membungkuk hormat begitu juga dengan Nandara.
"Yuki, aku suka dengan manner adikmu," senyum Taku Okane.
"Jangan dimarahi ya," jawab Yukihiro cuek.
Wening menoleh ke Nandara. "Oh, aku lupa bilang, Taku Okane adalah sahabat mas Yuki dari kelas lima SD," jawab Nandara sambil tersenyum.
Wening menganga. "EEEEHHHHHH?"
"Dia tidak tahu?" tanya Taku Okane.
"Kan gak seru kalau Wening tidak kaget," timpal Yukihiro.
***
Disaat Wening belajar bersama Taku Okane, Nandara dan Yukihiro memilih ke cafe milik keluarga untuk ngopi di sebelah kebun strawberry legendaris.
"Jadi kamu meminta dua kodok itu mengganti jadwal pertemuan?" tanya Yukihiro.
"Benar. Aku tahu pasti ujung-ujungnya duit. Wening juga merasakan hal yang sama. Orang tuanya memang sudah tidak urusan tapi kakak dan iparnya mencari celah untuk mendapatkan keuntungan dari aku!" jawab Nandara.
"Lalu, kamu mau melakukan apa?" Yukihiro menyesap kopinya.
"Pura-pura bodoh untuk tahu apa maksudnya mereka dan tujuannya. Jika mereka hendak meminta kerjasama, ya kasarannya aku mbodohi dulu. Diatas kertas, perusahaan ayahnya Gibran bagus semua tapi mas Yuki tahu sendiri kan bagaimana Konoha?" jawab Nandara.
Yukihiro mengangguk. "Betul. Untuk tahu maksudnya si lawan, kita harus bersikap bodoh dulu. Karena menghadapi lawan licik, kita juga harus lebih sneaky dan cerdas."
"Exactly."
"Aku senang melihat Wening tampak bahagia di dunia yang dia suka dan memang comforting baginya." Yukihiro melihat ke arah bengkel milik Taku Okane yang tidak jauh dari cafe MM milik keluarga Al Jordan.
"Dia sudah banyak diacuhkan dan sudah waktunya ada yang memberi kan perhatian yang lebih bukan?" senyum Nandara.
"Dia beruntung bertemu dengan kamu meskipun dengan cara anti mainstream."
"Mungkin itu cara Allah memberikan jalan. 'Kamu sudah terlalu lama kena ghosting sama keluarga kamu jadi sudah waktunya kamu bahagia dengan keluarga baru'."
Yukihiro mengangguk. "Touché."
***
Yuhuuuu up Pagi Yaaaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu