Hai! Kali ini, Novel saya menceritakan tentang seorang gadis Muslimah yang bertemu dengan seorang ketua geng motor yang hampir menabraknya. Bagaimana kisah manis mereka bisa terjalin? Yuk simak kisahnya di sini ya. Jangan lupa kasih dukungan kalian ya. Terimakasih....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 Bertemu Bu Syarimi di Kafe
"Sya, kamu pesan apa?" tanya Syahdan sambil memberi sebuah menu pada Syana.
"Kak, ini makanan western lho. Aku tidak mau ah makan di sini, lagipula lidahku tidak akan nyaman makannya," protes Syana ketika melihat menu yang ditunjukkan Syahdan.
"Tenang saja, ada dua menu kok di sini. Menu western sama menu nasional. Nanti, ya, aku minta daftarnya." Mendengar itu Syana mendadak gembira. Kalau menu nusantara dia tidak akan merasa asing di lidah.
"Nah pilihlah, di sana banyak menu nusantara kita," ujar Syahdan. Syana melihat dengan teliti menu nusantara yang menarik baginya. Matanya tertuju pada menu nasi goreng. Namun dia tidak menemukan menu nasi goreng yang dicampur pete yang di atasnya pakai toping telor ceplok favoritnya.
"Sya, gimana, sudah ketemu belum menu yang kamu suka?" tanya Syahdan sambil melirik ke arah Syana. Syana menggeleng. "Terus kamu maunya apa?"
"Nasi goreng, tapi di sini tidak ada nasi goreng campur pete," ungkapnya kecewa.
"Ya, ampun, kamu suka nasi goreng campur pete?" Syahdan merasa heran dan sedikit menyunggingkan senyum. Syana mengangguk.
"Kalau nggak ada nasi goreng pete, kamu pilih saja nasi goreng yang ada di sana. Itu juga enak kok," tawar Syahdan yang akhirnya membuat Syana mengalah memilih salah satu menu nasi goreng yang tersedia di menu.
"Ya sudah nasi goreng seafood saja." Akhirnya Syana memilih nasi goreng seafood sebagai pilihan terakhirnya.
"Minumnya apa?"
"Es lemon," jawabnya.
"Ok, ada menu lain yang mau kamu pesan lagi nggak?" Syana menggeleng. Syahdan menulis menu di kertas lalu seorang pelayan mengambilnya.
"Ditunggu sebentar, ya," ujar pelayan sembari berlalu.
"Sya, kalau kamu mau kita bisa bikin nasi goreng pete di rumah," usul Syahdan yang diangguki Syana.
Sementara di meja paling ujung, seorang wanita muda masih mengawasi interaksi antara Syahdan dan Syana. Dia sepertinya tidak suka melihat kedekatan Syahdan dengan cewek berhijab yang dilihatnya.
"Siapa, ya, kok sepertinya dekat banget? Menolak aku, tapi dapatnya malah cewek rendahan," sungutnya kesal. Dialah Syaira perempuan yang tidak jadi dijodohkan dengan Syahdan karena Syahdan menolak.
Syaira berdiri dengan maksud mau menghampiri meja Syahdan. Namun secara tidak diduga, Syaira melihat kedua orang tua Syahdan berada di kafe yang sama. Letak mejanya tidak jauh dari meja Syahdan, hanya terhalang dua meja. Dan yang beruntungnya lagi posisi keduanya saling membelakangi, jadi Syahdan dan Pak Syaidar tidak bisa saling melihat.
"Om Syaidar dan Tante Syarimi? Apakah mereka janjian? Aku tidak bisa apa-apa kalau ada mereka." Syaira kembali ke mejanya dan duduk dengan kesal.
"Kenapa Ra?" tanya teman satu mejanya. Syaira menggeleng, dalam hati berkecamuk ingin menghampiri Syahdan dan mengamuk mempertanyakan siapa perempuan berhijab di sampingnya.
Pesanan Syahdan dan Syana akhirnya datang, Syana segera menyantap makanannya. Sekilas Syana melihat apa yang dipesan Syahdan.
"Apa itu, Kak?"
"Ini spagheti, kamu mau? Coba deh," balas Syahdan seraya mengarahkan garpunya ke mulut Syana. Syana tidak menolak sebab garpu yang disuapkan Syahdan sudah di depan mulutnya.
"Aaa, gimana, enak nggak?"
"Lumayan, tapi masih asing di lidahku, Kak."
"Nah sekarang, suapin aku juga nasi goreng punya kamu. Sepertinya sangat menggiurkan," pinta Syahdan seraya menatap piring Syana. Syana tidak membantah, dia segera menyendok nasi goreng untuk Syahdan. Syahdan melahapnya dengan semangat.
"Wah, enak Sya, apalagi disuapin sama kamu," pujinya menikmati nasi goreng seafood yang barusan disantapnya.
"Kakak mau lagi? Ya udah, mangap lagi dong." Syana menyuapkan kembali nasi goreng ke mulut Syahdan, lagipula nasi goreng di piring Syana porsinya banyak, jadi daripada mubazir lebih baik dimakan berdua bersama Syahdan.
Akhirnya mereka berdua bersuap-suapan sampai isi piring Syana dan Syahdan habis. Keberadaan dan perilaku Syahdan dan Syana ini, akhirnya diketahui Pak Syaidar yang berdiri dari tempat duduknya dengan maksud ke kamar mandi. Namun, karena melihat Syahdan dan Syana, Pak Syaidar masih berdiri di tempat seraya melihat ke arah Syahdan dan Syana yang saling suap dengan wajah bahagia tidak tertekan.
Bu Syarimi yang melihat suaminya berdiri mematung, merasa curiga. Lalu Bu Syarimi memutar tubuhnya mencoba melihat apa yang menjadi pusat perhatian suaminya. Seketika Bu Syarimi ternganga melihat pemandangan beberapa meja di depan matanya.
"Anakku dengan perempuan muda itu nampak bahagia, tanpa rasa tekanan. Apakah mereka benar-benar sudah saling mencintai? Sepertinya mereka saling mencintai, terlebih perempuan itu kelihatannya sederhana dan tidak neko-neko. Dia tipe Syahdan banget," batin Bu Syarimi diiringi senyum di bibirnya.
Sementara itu Pak Syaidar belum menyadari bahwa istrinya sudah mengetahui keberadaan Syahdan dan Syana.
"Pa, kok malah berdiri? Katanya mau ke kamar mandi?" Bu Syarimi sengaja mengingatkan tujuan awal suaminya, agar dia bisa menghampiri Syahdan dan Syana di mejanya.
"Ohh iya, Ma, sebentar. Papa lupa, di mana tadi nyimpan kunci mobil?" kilah Pak Syaidar beralasan.
"Papa ini lupa, ya, atau pura-pura lupa? Ini kunci mobil di meja. Dari tadi Papa letak di sini," ujar Bu Syaina mengingatkan suaminya yang sebenarnya sedang berakting. Bu Syarimi sebenarnya sudah paham dengan gelagat suaminya, dia tidak ingin istrinya mengetahui keberadaan Syahdan.
"Ya sudah, Papa sebaiknya ke toilet dulu, nanti kebelet di mobil lho," peringat Bu Syarimi, padahal maksudnya mengusir halus suaminya supaya cepat-cepat ke toilet.
"Ok, Papa ke toilet dulu, ya, Mama jangan ke mana-mana!" peringat Pak Syaidar seraya bergegas menuju toilet.
Bu Syarimi segera menuju meja Syahdan yang nampaknya sudah menyudahi makannya, segera setelah suaminya pergi.
"Syahdan!" seru Bu Syarimi meraih pundak anaknya. Syahdan menoleh, untuk sejenak dia mengamati siapa yang menyapanya. Lain dengan Syana yang langsung bisa mengenali perempuan yang baru saja menyapa Syahdan.
Syana langsung meraih tangan Bu Syarimi lalu menciumnya. Beberapa saat kemudian Syahdan baru sadar bahwa yang menyapanya adalah Ibunya. "Mama," serunya seraya berdiri dan memeluk Ibunya dengan penuh kerinduan.
"Mama dengan siapa ke sini? Apakah Mama sedang di kafe ini? Terus, ngomong-ngomong apakah kalian berdua sudah saling kenal, kenapa istriku menyalami Mama?" tanya Syahdan penuh keheranan. Bu Syarimi dan Syana hanya tersenyum.
"Mama tidak banyak waktu, Nak. Papamu sedang berada di toilet, sebentar lagi juga kemari. Mama senang bisa bertemu kamu, lain kali Mama akan mendatangi apartemen kamu tanpa sepengetahuan Papa kamu," ucap Bu Syarimi tergesa seakan diburu oleh hantu.
"Saya pamit dulu, ya. Titip anak saya," ujar Bu Syarimi pada Syana.
"Ma, Mama belum jawab pertanyaanku." Syahdan sedikit berteriak karena Mamanya keburu pergi dan kembali ke mejanya. Tidak lama dari itu Pak Syaidar muncul dan tiba di meja. Syahdan melihat kedatangan Papanya ke arah meja yang ditempati Mamanya.
"Sepertinya Mama takut jika Papa mengetahui Mama bertemu aku. Papa memang egois," batin Syahdan kecewa.
"Sya, ayo, kita pergi dari sini. Kita cari tempat lain untuk cuci mata," ajak Syahdan sembari meremat jemari Syana dengan erat. Syahdan sengaja memperlihatkan kemesraannya pada Papanya yang kebetulan melihat ke arahnya. Sedangkan Syahdan pura-pura tidak melihat Papanya.
sya sya semua siih...
typo kan tuuu..
harusnya Syila sama Sailendra..
lucu kayaknya...
Syana, shaina, syalala syahdu
semangat