Jiro Adrian pernah mencintai wanita begitu dalam namun di hianati, beberapa tahun kemudian setelah bertunangan dengan wanita lain tiba-tiba masa lalunya hadir dan kembali mengacak-acak hatinya.
Pria itu menyayangi tunangannya tapi juga tak bisa melepaskan wanita masa lalunya karena ingin membalas rasa sakit hatinya dahulu.
Lalu siapa yang akan ia pilih, tunangannya yang telah membantunya kembali bangkit atau justru masa lalunya yang banyak menyimpan rahasia yang tak pernah ia duga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~06
"Ku rasa nona Hanna lebih baik dari yang lainnya," terang pria bernama Jovan mengutarakan pendapatnya dengan sedikit berbisik kepada para rekannya.
"Apa kamu yakin ingin membuang mereka semua yang jelas-jelas memiliki spek model dengan wanita kampungan itu?" Wanita bermakeup tebal salah satu rekan pria itu langsung melayangkan protes.
"Benar kata Catherine, Jo." ucap seorang wanita paruh baya menimpali yang juga langsung di angguki oleh yang lainnya.
"Tapi tuan juga membutuhkan wanita pintar untuk membantunya bekerja,"
Jovan tetap mempertahankan pendapatnya karena selama ini sekretaris yang sesuai standar rekan-rekan kerjanya tersebut paling lama bekerja hanya 1 atau 2 bulan saja setelah itu pasti akan berakhir di pecat.
"Ingat Jo, tugas sekretaris tidak hanya pintar tapi juga harus cantik agar tuan tidak mudah bosan, lagipula sekretaris juga ikut andil menentukan berhasilnya kerja sama dengan para klien. Kebanyakan dari mereka juga menyukai wanita cantikkan?" tukas wanita bernama Catherine mengutarakan kembali pendapatnya agar bisa menjadi pertimbangan teman-temannya.
Jovan nampak membuang napasnya pelan, ia memang masih junior di antara mereka tapi ia memiliki banyak pengalaman di lapangan mengingat sudah di didik oleh perusahaan ini sejak usianya belasan tahun.
Dahulu ia membenci ibunya karena harus belajar bisnis di usia dini di kantor sang ayah angkat namun kini ia justru berterima kasih kepada wanita itu, wanita hebat yang membesarkannya tanpa seorang suami di sisinya.
Meskipun kini perdebatan mereka lirih namun Hanna masih dapat mendengarnya walau tak begitu jelas, jika semua perusahaan mencari karyawan cantik apakah wanita yang biasa saja sepertinya tak layak bekerja?
Padahal semua wanita memiliki ciri khas kecantikannya tersendiri, jika memang ia tak di terima karena fisiknya bukan salahnya melainkan ia melamar di perusahaan yang salah.
Ehm
Sebuah deheman tiba-tiba terdengar dan membuat Hanna kembali menatap mereka.
"Nona Hanna kami sudah sepakat dan memutuskan untuk tidak menerima mu, karena kami tidak menemukan kriteria yang di inginkan oleh CEO kami padamu jadi silakan tinggalkan ruangan ini!" ujar seorang wanita paruh baya menatap tegas wanita itu tanpa perasaan.
Hanna sudah bisa menebaknya, jika itu alasannya lalu kenapa ia di panggil untuk interview?
"Apa saya boleh tahu kriteria apa saja yang membuat saya tidak di terima nyonya kecuali IPK saya yang sempurna?" ucapnya ingin tahu dan itu membuat Jovan langsung tersenyum menatapnya seakan sedang mendukung ucapan wanita itu.
Wanita bermakeup tebal yang bernama Catherine itu pun nampak menatapnya sinis. "Menjadi seorang sekretaris tidak hanya pintar nona Hanna tapi juga ada beberapa faktor pendukungnya....."
Hanna langsung memotong perkataan wanita itu. "Seperti harus tinggi seperti seorang model? Berkulit putih meskipun itu hasil suntik? Jika memang itu yang di cari kenapa harus repot membuat lowongan di surat kabar karena kalian bisa langsung datang ke sebuah agency model untuk mendapatkannya," ucapnya mengutarakan isi hatinya.
Jovan yang mendengar itu pun langsung mengangkat jempolnya menyetujui ucapan wanita itu.
"Tidak sopan sekali memotong pembicaraan orang lain nona Hanna, selain tidak bisa menjaga penampilan rupanya kamu juga lumayan lancang."
Catherine nampak geram, karena baru kali ini ia mendapatkan calon karyawan yang sangat berani bersuara dan itu kurang baik menurutnya.
Hanna pun langsung beranjak dari duduknya, ia pikir keramahan para security yang menyambutnya saat baru datang tadi mencerminkan semua sikap para karyawan di kantor ini namun rupanya ia salah.
"Kalau begitu saya permisi nyonya, terima kasih banyak atas kesempatan wawancaranya."
Hanna segera melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan tersebut, ada perasaan sedikit lega ia tidak di terima bekerja di perusahaan ini karena ia takkan lagi berhubungan dengan mereka sang penyembah rupa.
"Aku juga cantik dengan versiku sendiri tentunya," gumamnya seraya membuka pintu ruangan itu. Ruangan yang sebelumnya bak ruang sidang dengan dirinya sebagai tersangka utama.
Sementara itu di dalam ruangan tersebut Jovan dan rekan-rekannya nampak bersiap kembali mewawancari sisa pelamar yang sejak tadi menunggu giliran di panggil. Namun deringan telepon kantor langsung menunda mereka untuk memanggil peserta berikutnya.
"Nomor utama, CEO."
Jovan menatap para rekannya ketika mengetahui siapa yang telah menghubungi telepon ruangannya, kemudian pria itu pun segera menjawabnya dengan di saksikan oleh mereka semua dan tak lupa mengeraskan suaranya.
"Aku menginginkan wanita itu untuk menjadi sekretaris baruku!" ucap suara bariton dan dingin dari ujung telepon hingga membuat semua orang nampak saling pandang karena tidak mengerti wanita mana yang di maksud oleh sang CEO mengingat sudah 7 peserta telah mereka wawancarai.
"Maaf kak maksudnya CEO, aku tidak tahu wanita mana yang kamu maksud."
Jovan pun langsung mengutarakan ketidaktahuannya namun ia berharap wanita yang di maksud oleh CEOnya tersebut adalah wanita bernama Hanna yang baru saja meninggalkan ruangannya.
"Mungkin maksud tuan adalah nona Imelda, dia memang yang paling mendekati kriteria kita."
Catherine mengingat peserta wawancara pertama di mana wanita itu sangat cantik, putih, tinggi dan juga pintar meskipun nilai IPKnya tak sempurna seperti wanita bernama Hanna tersebut.
"Nona Catherine apa aku memintamu untuk berbicara?"
Sebuah hardikan langsung di layangkan oleh CEOnya dari ujung telepon hingga membuat semua orang di sana langsung menelan ludahnya terutama wanita bernama Catherine itu yang nampak pucat pasi.
"Baiklah kak, jadi wanita mana yang kakak maksud?"
Jovan yang penasaran langsung bertanya karena tak biasanya CEO sekaligus kakak angkatnya itu ikut campur dalam pemilihan sang sekretaris karena biasanya selalu menerima dengan beres keputusannya dan juga para rekan-rekannya.
"Wanita yang baru saja kalian wawancarai,"
Mendengar ucapan sang CEO mereka semua pun kembali saling berpandangan dengan wajah tak percaya, apa bosnya itu sedang bercanda? Sejak kapan menurunkan seleranya yang biasanya menginginkan sebuah kesempurnaan.
"Mak-maksud CEO adalah nona Hanna Emerald?"
Jovan ingin memastikan karena wanita itu yang baru saja mereka wawancarai dan meninggalkan ruangannya.
"Aku tidak peduli siapa namanya, suruh dia segera menandatangani kontrak kerjanya dan setelah itu bawa wanita itu ke ruanganku. Sebentar lagi Hayes akan mengirim surat kontraknya," tukas CEOnya tersebut dengan tegas.
"Tapi kak, bukankah harus melewati masa percobaan dahulu selama 3 bulan baru tanda tangan kontrak?"
Jovan mencoba mengingatkan kakak angkatnya tersebut barangkali lupa dengan peraturan yang di buatnya sendiri, lagipula selama ini belum ada calon sekretaris yang berhasil melewati masa percobaan selama 3 bulan karena sudah lebih dulu di pecat.
"Kamu semakin lama semakin banyak bicara Jovan Billy!"
Terdengar geraman dari ujung telepon hingga membuat Jovan tak lagi membantahnya.
"Baik CEO, segera aku bawa nona Hanna Emerald menghadap padamu,"