Hendrik seorang mafia kejam luluh dengan seorang wanita muda cantik, walau umur mereka berbeda. Cinta membutakan seseorang seperti halnya dengan Hendri yang kini jatuh cinta kepada Gersya gadis dibawah umur yang terpaksa menikah karena utang ayahnya. Seorang wanita yang sabar dan sholeh tapi setelah perjanjian pernikahan selesai yang dikonyrak selama 1 tahun.
apakah mereka akan bercerai atau cinta menyatukan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Mala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
part 32
Akhirnya Steve sampai di Kost Cahaya, dengan tergesa-gesa mengetuk pintu kostnya.
"Aduuhh ini udah hampir pagi, apa dia baik-baik saja," batin Steve
"Cahaya...buka pintunya...apa kau baik-baik saja," teriak Steve.
"Kenapa tidak ada jawaban, aku harus mendobraknya,"
Steve dengan sekuat tenaga menendang pintunya, dengan beberapa tendangan akhirnya pintu terbuka. Steve masuk dengan tergesa-gesa mencari Cahaya.
"Aduhh...dimana dia," batin Steve ia terus mencari dengan membuka pintu satu persatu. Betapa terkejutnya saat melihat Cahaya pingsan dilantai.
"Astaga...hey..bangun apa kau baik-baik saja," ucap Steve menggoyangkan pipinya Cahaya.
"Stve...pliss jangan bawa aku kerumah sakit," ucap Cahaya lemas tiba-tiba bangun dari mimpi panjangnya.
"Kenapa...kamu sedang sakit kalau tidak kerumah sakit mau kemana?" tanya Steve tidak mengerti dengan jalan pikiran Cahaya.
"Kamu bawa obatnya kan? aku bisa sembuh dengan itu, jangan bawa aku ke rumah sakit aku adalah seorang dokter dimana ditaruh muka aku," ucap Cahaya dengan kecerewetannya.
"Iya, dasar kamu yah dalam keadaan begini masih sangat gensi," ucap Steve.
"Aduh...perutku sangat sakit, ini semua gara-gara kamu tau nggak kamu kemana saja," ucap Cahaya bete.
"Nggak usah banyak bicara, sini aku bantu," ucap Steve membawa tubuh Cahaya di kamarnya, dan mengambil air agar Cahaya bisa minum obat.
"Nih...minum ini supaya maag kamu nggak kambuh lagi," ucap Steve membantu Cahaya minum.
"Makasih," ucap Cahaya dengan menutup matanya.
Steve melihat Cahaya dengan senyum dan kemudian menyelimutinya. Steve pergi keruang tamu dan tidur disofa.
Matahari mulai bersinar cahayanya masuk dicelah jendela, membuat Gersya terbangun dari mimpinya. Betapa terkejutnya saat melihat ada seorang lelaki memeluknya.
"Aaaaaaaaaaa," teriak Gersya membuat Hendrik terbangun.
"Kamu kenapa berteriak," ucap Hendrik.
"Kamu siapa? Kenapa aku ada disini?" tanya Gersya.
"Aku adalah suamimu masa kamu lupa sih," ucap Hendrik.
"Bohong...aduhh...kenapa aku nggak bisa ingat apa-apa," ucap Gersya memegang kepalanya yang sedikit pusing.
"Liat nih, ini adalah buku nikah kita dan foto penikahan kita," ucap Hendrik memperlihatkan buktinya yang ada dilaci dekat kamarnya.
"Apa aku dulu pakai hijab?" tanya Gersya melihat foto pernikahnnya.
"Iya, kamu itu sangat cantik kalau pakai hijab dan kamu selalu menjalangkan Sholat," ucap Hendrik.
"Benarkah...?"
"Cup...," tiba-tiba Hendrik mencium bibir Gersya dengan cepat.
"Apaan sih kamu malah cium-cium segala,"
"Kenapa melamun, yuk kita mandi," ucap Hendrik menggoda Gersya.
"Iiiiii....apaaan sih loh, mandi aja sendiri,"
"Kenapa aku merasa Gersya berubah 180 derajat, dulu ia sangat pendiam tapi sekarang ia sungguh cerewet. Aku suka itu," batin Hendrik tersenyum.
"Kenapa senyum-senyum sendiri kamu nggak gila kan?" tanya Gersya.
"Aku gila gara-gara kami sayang," ucap Hendrik kemudian masuk ke dalam toilet.
Gersya mulai bengkit dan melihat-lihat ruangan kamar, ia kemudian membuka lemari terdapat baju gamis dan kerudung, entah kenapa Gersya tertarik melihat kerudung yang sampai didadanya saja.
Cahaya bangun dari tidurnya dan berjalan keluar, ia kemudian melihat Steve tertidur dengan pulas.
"Aduhhh...dia ganteng banget...," batin Cahaya melihat dengan teliti setiap inci dari wajah Steve.
"Mmmm...foto deh...jadi kenangan terindah gitu, ada cogan masuk ke rumahku," ucap Cahaya masuk kemudian mengambil ponselnya. Tiba-tiba Steve mengambil ponselnya.
"Hey....kapan kamu bangun," ucap Cahaya.
"Barusan, untung aku dengar apa yang kamu bicarakan, dan untung aku cepat bangun," ucap Steve dengan nada dingin dan tatapannya.
"Aduhh...bisa nggak sih wajah kamu nggak datar seperti itu," ucap Cahaya.
"Aku mau pamit, selamat tinggal...." ucap Steve berjalan menuju pintu.
"Hey...bagaimana aku akan menatraktirmu makan dimana kantormu," teriak Cahaya tapi tidak dihiraukan oleh Steve.