Viola merasa di tipu dan dikhianati oleh pria yang sangat dicintainya. Menyuruh Viola kuliah hingga keluar negeri hanyalah alibi saja untuk menjauhkan Viola dari pria itu karena tidak suka terus di ikuti oleh Viola.
Hingga 8 tahun kemudian Viola kembali untuk menagih janji, tapi ternyata Pria itu sudah menikah dengan wanita lain.
"Aku bersumpah atas namamu, Erland Sebastian. Kalian berdua tidak akan pernah bahagia dalam pernikahan kalian tanpa hadirnya seorang anak"
~ Viola ~
Benar saja setelah 3 tahun menikah, Erland belum juga di berikan momongan.
"Mau apa lo kesini??" ~ Viola ~
"Aku mau minta anak dari kamu" ~ Erland ~
Apa yang akan terjadi selanjutnya pada Viola yang sudah amat membenci Erland??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Kamu bukan pelakor
"Kenapa bisa pulang sama dia??"
Erland sudah ada di balik pintu. Sepertinya dia melihat Yovi yang mengantar Viola pulang.
Viola tak peduli dengan terus berjalan ke kamarnya.
"Jawab Vio!!"
"Nggak sengaja ketemu. Emangnya kenapa sih, lebay banget" Erland terus mengikuti Viola masuk ke dalam kamarnya.
"Lebay gimana?? Kamu itu istri Abang, ya tentunya Abang nggak suka dong kamu berduaan sama laki-laki lain"
Melihat Erland yang begitu marah karena Viola yang pulang di antar seorang laki-laki, membuat Sarah semakin kesal. Dia merasa jika suaminya itu mulai ada hati pada Viola.
Sarah memang sejak tadi di lantai atas memperhatikan Viola sejak memasuki rumah dari tadi.
Melihat raut wajah Erland yang masam karena tau istri keduanya itu pulang dengan laki-laki lain.
"Kamu mulai mencintainya Mas?? Kamu bohong sama aku" Gumam Sarah.
Apalagi malam ini adalah waktunya Erland tidur di kamar Viola. Pastinya Sarah akan berakhir dengan rasa kesalnya sendiri.
Viola terus mengabaikan Erland yang terus saja mencecarnya dengan berbagai pertanyaan.
"Vii??"
"Apa siihh?? Kan gue udah bilang. Tadi ketemu dia di kampus, karena ternyata dia itu salah satu dosen di sana. Lo juga pasti tau itu kan?? Dia juga yang bantuin gue ngurus semuanya sampai selesai. Masa gue mau nolak di antar pulang, kan gue nggak enak" Kesal Viola.
"Ya harusnya kamu nolak dong Vi, kan kamu sudah punya suami"
"Tapi gue nggak bilang sama dia kalau gue punya suami" Elak Viola.
"Hah?? Emangnya kenapa Vi?? Kamu mau menyembunyikan pernikahan kita??"
Viola mendekati Erland yang kini duduk di ranjangnya.
"Lo pikir gue nggak malu mengakui status gue sebagai istri ke dua?? Apa anggapan orang tentang gue kalau berita ini sampai menyebar?? Gue bakalan di cap sebagai pelakor, j*lang, wanita murahan, dan banyak lagi umpatan yang akan gue dengar saat mereka semua tau"
Erland tiba-tiba berdiri hingga membuat Viola tersentak ke belakang. Kini giliran Erland yang mengintimidasi dengan tatapan matanya yang tajam.
"Siapa yang akan mengatai mu seperti itu. Tidak akan ada yang berani. Bahkan jika itu ada, Abang sendiri yang akan langsung merobek mulutnya. Kamu bukan pelakor atau apapun yang kamu sebutkan tadi, kamu istri Abang"
Viola sempat terpaku beberapa detik dengan tatapan dalam dari Erland itu. Kata-kata yang baru saja Erland ucapkan itu juga mampu menghipnotis Viola hingga tak berkedip begitu lama.
"Abang sayang sama kamu, Abang akan melakukan apapun untuk melindungi kamu. Jadi jangan pernah khawatirkan status kamu di luar sana. Hanya Abang yang tau tentang kamu, orang lain tidak berhak menghakimi kamu dengan apapun yang mereka tau. Kamu dengar Abang kan?"?
Viola memejamkan matanya lalu mengangguk. Entah apa yang merasuki Viola, hingga Viola menggerakkan kepalanya begitu saja.
"Sekarang kamu mandi dulu, setelah itu kita sholat berjamaah ya" Erland lagi-lagi menyentuhkan tangannya pada rambut Viola dengan lembut.
Meski tak mendapat tanggapan dari Viola, tapi Erland mengulas senyumnya saat Viola bergerak masuk ke dalam kamar mandi.
-
-
Untuk pertama kalinya, Viola duduk di atas sajadahnya dengan seorang Imam yang berstatus sebagai suaminya. Setelah tiga tahun mereka menikah, baru kali ini mereka bersujud bersama.
Tak ada rasa kemarahan dalam hati Viola pada Erland saat mereka sama-sama bersujud. Yang ada hanya rasa kedamaian di dalam hatinya. Entah rasa benci dan amarah itu telah menguap ke mana.
Erland berbalik menatap Viola yang begitu cantik dengan mukenanya yang putih bersih. Tangannya terulur pada Viola, dan tak di sangka oleh Erland jika Viola langsung menyambut tangannya dan menciumnya dengan takzim.
"Masyaallah, cantiknya istri Abang ini" Puji Erland yang terpesona dengan kecantikan Viola.
"Apaan sih, mentang-mentang dari tadi cuma diem jadi makin berani" Sepertinya Viola sudah kebali sadar ke pengaturan awalnya.
"Astaghfirullah, baru saja Abang melihat kamu yang lemah lembut seperti tadi. Kenapa sekarang jadi garang lagi" Gerutu Erland yang tak di pedulikan oleh Viola.
"Abang tunggu kamu di luar ya Vi, kita makan malam sama-sama" Ucap Erland pada Viola yang sedang melipat mukenanya.
"Hemmm"
Erland mengusap dadanya karena Viola hanya menjawabnya dengan bergumam.
Saat Erland sampai di meja makan, ternyata Sarah sudah duduk manis di sana.
"Ciee, yang mau malam pertama. Masuk kamarnya sore bener Mas" Sarah memang tersenyum pada Erland, namun terlihat jelas kecemburuan di matanya.
"Apa sih kamu Sarah, aku sama Viola baru aja sholat berjamaah aja"
Jawaban Erland mampu membuat Sarah terdiam, karena Sarah masih sulit untuk yang namanya sholat lima waktu. Bahkan tak jarang Sarah hanya akan menunaikan sholat jika di ajak Erland saja.
"Emm Mas, memangnya tadi Viola pulang sama siapa?? Sepertinya laki-laki ya??" Tanya Sarah.
"Sama Yovi" Jawab Erland singkat.
"Yovi teman kamu itu??"
"Iya, kok kamu tau Viola pulang di antar laki-laki??"
Sarah tampak gelagapan tapi tetap berusaha mengendalikan dirinya.
"Ta-tadi nggak sengaja lihat dari atas. Kamu nggak marah sama sia Mas?? Masa wanita yang sudah bersuami berduaan bersama pria lain di dalam mobil sih"
"Abang sudah tau apa alasannya aku pulang di antar Kak Yovi kan??" Viola tiba-tiba muncul di sana.
"Pantes aja dari tadi kuping gue panas" Gumamnya dalam hati.
"Iya Vi" Erland tau sekarang, Viola sengaja berbicara lembut seperti itu ketika di depan Sarah saja.
"Jadi Abang marah kalau Vio pulang sama Kak Yovi??" Tanya Viola lagi. Viola sengaja memegang pundak Erland di depan Viola.
"En-enggak" Jawab Eland gugup.
"Abang nggak cemburu kan??" Sarah semakin geram melihat tingkah Viola pada suaminya.
"Sudah-sudah, lebih baik kita makan malam dulu. Keburu nggak n*fsu makannya" Ucap Sarah dengan kesal.
Viola tampak tersenyum miring karena berhasil membuat Sarah menelan hasutannya sendiri terhadap Erland.
Mereka bertiga pun makan malam dalam keheningan. Dengan Sarah yang terus berusaha melayani Erland dengan sangat berlebihan di mata Viola.
Bukannya cemburu, Viola justru merasa muak dengan apa yang Sarah lakukan itu. Menggelikan menurutnya.
"Kalian jadi progam kehamilan??" Tanya Sarah setelah menyelesaikan makan malanya.
"Jadi" Jawab Viola dengan cepat.
"Kapan kalian mulai periksa?? Aku boleh ikut??" Ucap Sarah memandang Erland meminta persetujuan dari suaminya itu.
"Aku terserah sama Viola saja" Pasrah Erlsnd.
"Rencananya besok" Jawab Viola.
"Besok?? Apa tidak terlalu cepat??" Kaget Sarah.
"Memangnya kenapa?? Bukannya lebih cepat lebih baik?? Atau kamu mau ikut program juga, biar barengan??" Senyuman licik Viola sengaja di perlihatkan untuk Sarah.
Sementara Sarah langsung terdiam dengan wajahnya yang masam.
*
*
*
Erland masuk ke dalam kamar tamu yang telah di sulap menjadi kamar Viola. Erland tidak tau kenapa jantungnya berdetak begitu cepat hanya dengan membayangkan tidur bersebelahan dengan Viola. Bagaimana jika lebih dari itu, Erland langsung menggelengkan kepalanya membuang semua pikiran m*sumnya itu.
Baru kali ini Erland bisa berpikir jorok pada wanita selain Sarah. Apa karena Viola juga istrinya atau karena Erland sudah mulai terjerat pesona Viola walau baru beberapa hari mereka bersama. Apalagi jika membayangkan wangi tubuh Viola saat Erland memeluknya tadi. Harumnya terus tercium di manapun Erland berada.
"Vi??"
Erland mendekati Viola yang bersandar di ranjang dengan buku tebal yang Erland tak tau isinya sama sekali.
"Hemm" Jawab Viola.
"Abang, boleh tidur di sini kan??" Erland ikut duduk di ranjang berseberangan dengan Viola.
"Hemm"
Erland sudah mari kutu karena semua pertanyaannya hanya di jawab Viola dengan bergumam.
"Kapan kamu mulai kuliah Vi??"
"Minggu depan" Viola terus membolak-balik halaman bukunya.
"Kamu mau pakai mobil sendiri atau Abang antar aja??" Tanya Erland lagi.
"Terserah" Erland menghembuskan nafas dengan kasar.
"Kalau gitu Abang antar aja!! Sekarang kita tidur dulu, Abang udah ngantuk!!" Erland menarik buku tebal itu dengan paksa. Lalu menyimpannya di atas nakas.
"Apaan sih!! Tidur ya tidur aja kali, ngapain lo ngajak-ngajak gue!! Sini balikin!!" Viola menatap Erland yang ada di sebelahnya.
Herland yang sudah terlanjur kesal karena di acuhkan Viola tetap tak mau mengalah.
"Tidur sekarang atau Abang paksa kamu untuk melakukan malam pertama kita!!" Erland membalas tatapan tajam Viola.
"Dasar pemaksa!!!"
Vila menarik selimutnya, lalu membungkus tubuhnya hingga ke batas leher. Tak memberikan celah sedikitpun bagi Erland untuk menyentuhnya.
Erland tersenyum tipis karena Viola menuruti perintahnya. Padahal Erland tak akan menyentuh Viola sebelum istrinya mengijinkannya sendiri.
Malam itu mereka lalui begitu saja, tanpa ada apapun atau sesuatu yang kalian harapkan.
bisa....bisa ...
emansipasi wanita anggap aja😁😁
mana bisa keguguran hamil juga ngga....
susah siihh kalo emang udah diniatin dari awal ngga bener yaa ngga bener kedepannya juga. sakit dibikin sendiri bertahan hanya demi harta🤨🤨