NovelToon NovelToon
Cinta Laki-laki Penghibur

Cinta Laki-laki Penghibur

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Dikelilingi wanita cantik / Selingkuh / Cinta Terlarang / Beda Usia / PSK
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ibnu Hanifan

Galih adalah seorang lelaki Penghibur yang menjadi simpanan para Tante-tante kaya. Dia tidak pernah percaya Cinta hingga akhir dia bertemu Lauren yang perlahan mulai membangkitkan gairah cinta dalam hatinya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ibnu Hanifan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAAB 22

Langit sore berwarna jingga ketika Lauren melangkah keluar dari gedung kampus. Hembusan angin menerbangkan rambutnya perlahan. Suasana kampus yang biasanya biasa saja, hari itu terasa berbeda. Mahasiswa-mahasiswa mulai berkumpul di halaman tengah, sebagian memegang ponsel, sebagian lagi berdiri sambil tersenyum dan berbisik-bisik.

Lauren mengerutkan dahi, bingung dengan keramaian itu—hingga langkahnya terhenti.

Sebuah papan besar terbentang di depan gedung kampus bertuliskan:

“Maukah kau menjadi pacarku, Lauren?”

Dari balik papan itu, muncul Aldo, berdiri rapi mengenakan kemeja putih dan celana hitam. Senyumnya hangat, dan di tangannya, ia menggenggam seikat bunga mawar merah.

Aldo (tersenyum tulus):

“Lauren… aku tahu hidupmu sedang tidak mudah akhir-akhir ini. Tapi aku ingin jadi bagian dari hari-harimu. Bukan hanya saat kamu bahagia, tapi juga saat kamu hancur. Maukah kamu menjadi pacarku?”

Kerumunan langsung bersorak.

“Terima! Terima! Terima!”

Lauren terdiam. Wajahnya merah. Matanya berkaca-kaca. Hatinya berkecamuk.

Ia menatap Aldo—laki-laki baik yang hadir tanpa drama, yang sabar dan tulus. Namun sebelum ia bisa menjawab, matanya menangkap sosok lain di antara kerumunan.

Galih.

Berdiri jauh di bawah bayang pohon. Tak ada sorak, tak ada senyum. Hanya tatapan kosong, dan senyum getir yang muncul sesaat, sebelum akhirnya ia berbalik pergi.

Waktu seperti berhenti. Suara sorakan mahasiswa lain seolah memudar. Lauren terpaku.

Lauren (berbisik lirih):

“Galih...”

Detik berikutnya, Lauren tersadar, dan mengangguk pada Aldo.

“Iya, aku mau…”

Kerumunan langsung bersorak. Aldo memeluk Lauren dengan senang, namun Lauren tak membalas penuh pelukan itu. Ia menoleh ke arah Galih tadi berdiri.

Tapi Galih sudah tidak ada. Yang tertinggal hanya bayangan punggungnya, menjauh dalam senja.

Lauren melepaskan pelukan Aldo secara perlahan, masih memandangi tempat di mana Galih tadi berdiri.

Aldo (bingung):

“Lauren… kenapa?”

Lauren tersenyum kecil.

“Enggak apa-apa… Cuma... angin sore ini tiba-tiba dingin ya…”

Namun hatinya tahu.

Yang membuat dingin bukan angin.

Tapi tatapan terakhir dari lelaki yang pernah sangat ia cinta.

---

Siang itu, kantin kampus lebih ramai dari biasanya. Di salah satu sudut, duduk berdua Lauren dan Aldo, tampak nyaman dan akrab. Gelak tawa kecil sesekali terdengar dari meja mereka.

Di hadapan mereka, dua piring makanan hampir tak tersentuh karena terlalu sibuk mengobrol.

Aldo (tersenyum hangat):

“Kau tahu, kemarin malam Papa bilang dia dan Om Gunawan sedang menyusun rencana untuk acara pertunangan kita. Katanya harus dibuat besar, karena tamu-tamu yang hadir sebagian besar kolega bisnis mereka…”

Lauren menghentikan sendoknya. Matanya sedikit melebar, meski bibirnya tetap tersenyum.

Lauren:

“Pertunangan?”

Aldo (mengangguk ringan):

“Iya… Papa bilang, selama ini dia belum pernah melihat aku sebahagia ini. Dan Om Gunawan juga setuju. Mereka ingin mengikat hubungan kita lebih serius. Mungkin... bulan depan.”

Lauren hanya terdiam sesaat. Suara-suara di sekelilingnya mendadak terdengar jauh. Matanya menunduk. Dalam hatinya, ada keraguan yang tak bisa ia abaikan. Galih—nama itu masih bersemayam di sudut hatinya, meskipun ia berusaha menyangkalnya setiap hari.

Lauren (pelan):

“Cepat sekali ya… semuanya…”

Aldo menggenggam tangan Lauren di atas meja, hangat dan tulus.

Aldo:

“Kalau kamu belum siap, kita bisa bicara lagi nanti. Tapi aku cuma ingin kamu tahu... aku serius sama kamu, Lauren.”

Lauren tersenyum kecil, berusaha membalas genggaman itu.

Namun dari kejauhan, di balik pilar kantin, berdiri Galih, mengenakan jaket hitam dan topi, memandangi mereka dengan senyum pahit. Tatapannya kosong, namun air matanya hampir jatuh.

Galih (dalam hati):

“Baguslah… akhirnya kamu bersama laki-laki baik, Lauren. Seperti yang pantas kamu dapatkan… bukan seseorang sepertiku.”

Ia menoleh, dan pelan-pelan melangkah menjauh. Tapi langkahnya berat.

Setiap tawa yang keluar dari mulut Lauren bersama Aldo, terdengar seperti luka baru yang menusuk jantungnya.

Galih tahu ini jalan terbaik.

Namun siapa yang bisa menyembuhkan luka,

ketika yang mencintai harus melepaskan,

dan yang dilepaskan… masih diam-diam berharap?

1
Mawar Agung
saya suka ceritanya semangat ya Thor💪😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!