'Apa - apaan ini?'
Aira Tanisa terkejut saat melihat lelaki yang baru saja menikahinya.
Lelaki itu adalah salah satu juniornya di kampus! Disaat Aira sudah menginjak semester 7, lelaki itu baru menjadi maba di kampus mereka!
Brian Santoso.
Lelaki yang dulu adalah mahasiswa dengan sikap dinginnya.
Dan sekarang Lelaki dingin itu telah resmi menikahinya!
Aira sangat lemas memikirkan semua ini. Bagaimana ia menghabiskan setiap harinya dengan lelaki berondong yang dingin itu?
Terlebih saat mereka menikah karena dijodohkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Hasibuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26
"Aku turun di sini saja Bri."
Aira kembali bersuara, saat mobil mereka berada dalam jarak yang semakin dekat dengan perusahaan Santoso.
"Tidak." Namun ia kembali mendapat penolakan dari Brian.
Saat ini Aira mulai semakin kesal kepada laki-laki keras kepala ini. Ingin rasanya ia menggigit lengan Brian hingga berdarah.
"Brian. Aku tidak ingin siapapun melihatku keluar dari dalam mobil ini. Dan menimbulkan gosip yang lebih banyak lagi." Aira mencoba menjelaskan kepada Brian dengan raut wajah yang semakin memelas.
Berhadapan dengan Brian benar-benar membuat Aira menguras emosi dan pikirannya. Jika tadi lelaki itu bersikap sebagai atasan yang begitu dingin dan kejam, saat ini Brian benar-benar saat kekanakan karena tidak mau menurunkannya.
Aira benar-benar tidak ingin menjadi bahan gosip di perusahaan Santoso, dengan kegiatan mereka yang ingin meluncurkan produk. Ia perlu berkonsentrasi penuh agar pekerjaannya berjalan dengan lancar dan memberikan hasil yang maksimal. Gosip ataupun segala sesuatu yang menyangkut dengan hal itu, akan membuat Aira sedikit kesal dan bisa berakibat pada pekerjaannya nanti.
"Jika aku bilang tidak, berarti tidak Ai." Brian sekali lagi bersuara. Ia tetap menahan pinggang Aira di dekat tubuhnya.
"Langsung ke basement executive aja Pak."
Ucapan Brian kepada sopir pribadinya membuat sopir itu mengganggu.
"Brian aku akan membencimu, jika aku menjadi bahan gosip hari ini di kantor."
Kalimat penuh ancaman itu membuat Brian menghela nafas. Aira benar-benar tidak ingin hubungan mereka diketahui dan ia mulai merasa kesal soal itu. Menyesali keputusannya yang menyetujui keinginan Aira.
Ingin rasanya Brian memutar balik waktu dan menolak kembali keinginan Aira.
"Lebih baik kamu diam saja Ai. Aku tahu apa yang aku lakukan." Brian kembali menenangkan Aira dan tidak menjelaskan lebih banyak lagi.
Ia masih merangkul Aira dan tidak mengijinkan wanita itu menjauhkan tubuhnya.
Begitu sampai di basement khusus untuk eksekutif, Brian membuka pintu dan dengan cepat menarik pergelangan tangan sang istri.
"Brian!"
Aira melihat perbuatan Brian langsung menoleh ke kiri dan ke kanan. Sedikit lega karena tidak mendapati siapapun di sekitar mereka.
"Dari sini aku akan melangkah sendiri."
Ucapan Aira tentu saja tidak disetujui oleh Brian. Ia melangkah dengan santai dan menarik pergelangan tangan Aira. Membawa wanita itu menuju lift eksekutif yang hanya akan dinaiki oleh ia dan juga papanya.
"Bagaimana jika ada yang melihat!?" Sekali lagi Aira berseru dengan mata yang melihat sekelilingnya, takut jika ada orang yang mendapati keberadaan mereka.
"Tidak akan Ai. Ini adalah bagian untuk para eksekutif, yang artinya khusus untukku dan juga Papa. Tidak akan ada orang yang berani masuk dari sini."
Penjelasan dari Brian sontak menghentikan perbuatan Aira yang sejak tadi memberontak. Aira berdecak kesal karena merasa emosi dengan sikap nekat Brian. Ia lupa para eksekutif perusahaan ini memiliki parkir tersendiri di basement yang terhubung khusus untuk para eksekutif.
"Sudah merasa lebih lega?' Senyuman sinis terbit di sudut mulut Brian melihat Aira yang menghela nafas.
"Tentu saja." Tidak membantah ucapan Brian, Aira memilih masuk ke dalam lift bersama dengan lelaki itu.
Ia akan ikut dengan lift ini dan berhenti di lantai kantor Brian. Kemudian ia akan menaiki lift khusus untuk karyawan dari lantai itu menuju ruangannya. Bukankah itu jauh lebih aman untuknya?
"Sudah merasa jauh lebih baik?" Sekali lagi Brian melontarkan pertanyaan disertai dengan elusan tangannya di puncak kepala Aira. Terkekeh kecil melihat Aira yang sejak tadi begitu panik dan takut terciduk oleh seseorang.
"Kamu akan berangkat setiap hari bersama denganku ke perusahaan ini. Tapi aku juga tidak ingin membuatmu menjadi bahan gosip seperti keinginanmu Ai." Brian bersuara merasa lucu melihat raut wajah Aira saat ini.
Tersentak dengan penjelasan Brian, Aira tidak mampu mengeluarkan ucapan apapun.
"Dengan begini, kamu tidak perlu berdesak-desakan dengan para karyawan yang lain di lift karyawan. Akan lebih nyaman bagimu, jika kamu menggunakan lift ini bersama denganku. Dan kamu bisa tiba lebih cepat di lantai, dimana ruanganmu berada." Sekali lagi Brian menjelaskan.
Penjelasan yang cukup panjang dengan nada yang lembut itu, membuat Aira menoleh dan memandangi lelaki itu dengan sorot bingung.
"Tidak usah dipikirkan. Kita masih harus rapat bukan?" Ucapan Brian membuat Aira mengangguk.
Pagi ini sepertinya Brian terasa jauh lebih bersahabat dan bersikap lebih lembut. Tak ayal sikap dan perhatian yang diberikan oleh Brian membuat hatinya terasa hangat dan nyaman.
Aira memandangi Brian dari samping, mencuri pandang melihat Brian yang kembali berwajah serius. Akan seperti apakah pernikahannya dengan Brian nanti? Aira masih bingung dengan teka-teki ini.
Memiliki suami yang usianya 4 tahun lebih muda sudah membuat Aira merasa tidak terima.
Namun sikap dan sifat Brian yang bisa kadang kekanakan, namun jauh lebih dewasa dan penuh intimidasi. Masih membuatnya merasa terombang-ambing. Tapi menghabiskan waktu beberapa hari ini bersama dengan Brian, membuat Aira mengambil satu kesimpulannya.
Jika ia mulai merasa nyaman dengan suami berondongnya ini.
......................................
masa gitu aja ga tau
kau ini Aira lemottttt
semoga aja suamimu jadi imam yg baik ga melenceng
suami istri ada masanya loh kalau berturut turut ga ada nafkah lahir batin jatuhnya apa ?