SILAHKAN MAMPIR BAGI YG SUDAH CUKUP UMUR, BOCIL HARAP MELIPIR!!!!!
Tidak sengaja menabrak seorang Dosen tampan bernama Alexander membuatnya harus dihukum menjadi seorang asisten pribadi selama satu bulan!
Dia dituntut bisa memenuhi semua kebutuhan Alex dan harus tunggal serumah dengan nya.
Namun rupanya, Jenni yang terlalu bodoh tak mengetahui maksud dari kalimat "memenuhi semua kebutuhan" pria itu. Dimana dirinya juga harus memenuhi kebutuhan ranjang sang Dosen casanova.
Bagaimanakah jadinya bila Jennifer benar-benar mengikuti kemauan Alexander?
Simak terus kelanjutannya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana Azzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 22
Hari ini adalah hari kepulangan Alex dari rumah sakit. Lukanya sudah berangsur membaik, bahkan tangannya yang semula retak sudah bisa lepas gips walaupun terkadang masih terasa nyeri saat melakukan aktivitas.
Alex memang tetap bekerja walaupun masih di rawat. Terkadang ia melakukan rapat secara online dan terkadang juga mengajar mahasiswa nya secara daring.
Kebetulan kemarin ada beberapa mahasiswa menjenguk Alex. Tapi kebanyakan mahasiswi yang datang adalah mahasiswi yang pernah dikencani Alex.
Banyak dari mereka yang secara terang-terangan merayu Alex.
Ada juga yang sekedar memberi perhatian kepadanya.
Seperti kemarin ada mahasiswi berkata dia merindukan sentuhan Alex. Bahkan ada pula yang meraba-raba tubuh Alex dengan alibi ingin memastikan lukanya walaupun tangannya sudah di tepis Alex.
Hal itu membuat Jennifer sangat geram, dan yang membuatnya lebih marah saat melihat Alex tidak menunjukkan perlawanan saat tubuhnya di Sentuh oleh wanita lain. Hanya awalnya saja Alex menepis, setelahnya Alex menerima sentuhan wanita itu.
.
.
Keduanya sudah berada dalam mobil. Sang sopir sedang mengendarai mobil menuju apartemen.
"Sayang.. sekarang hampir jam makan siang, sebaiknya kita mampir ke restoran dulu. Kamu mau makan apa? biar aku cari restorannya" Alex bertanya pada Jenni yang duduk disebelahnya. Keduanya duduk di jok belakang.
"Terserah!" Jawab Jenni acuh. Rasanya ia sangat malas untuk bicara pada Alex. Ia kesal karena Alex tidak bisa menghindari para wanita itu kemarin, bahkan justru terkesan meladeni rayuan para wanitanya itu.
"Oke, berarti aku saja yang tentukan makan siangnya." Alex mengulas senyum menatap wajah Jenni. Ia masih saja belum peka kalau sejak kemarin Jennifer sedang marah padanya.
"Oh iya sayang..nanti malam kita diundang untuk makan malam ke rumah ayah." Alex menghela nafas kemudian melanjutkan perkataannya
"Sebenarnya aku sangat tidak ingin kembali ke rumah itu, rumah yang menyisakan penuh kenangan. Dimana dulu aku pernah menghabiskan waktu dengan ibuku. Setiap makan selalu disuapi ibu dan setiap akan tidur ibu selalu membacakan dongeng untuk ku, ah.. rasanya aku ingin kembali ke masa itu. Tapi rumah itu juga menjadi saksi bisu dimana aku selalu menghabiskan waktu malam ku dengan menangis." Dadanya begitu sesak saat mengingat kembali kenangan itu, pandangan Alex menerawang jauh dengan mata sedikit berembun.
"Sudahlah.. tidak perlu diingat jika itu menyakitkan. Kamu hanya perlu menatap kedepan untuk mencari kebahagiaan mu." Jenni menggenggam tangan Alex sesekali meremasnya untuk memberi kekuatan. Dia tersenyum menatap Alex menyemangati. Walaupun sebenarnya ia masih kesal pada Alex, tapi sebisa mungkin ia bersikap dewasa dan tidak ingin membesar besarkan masalah.
Alex menggenggam tangan Jenni sesakali menciumnya, mata teduh Alex menatap Jenni dengan penuh keyakinan.
"Terimakasih sayang..kau mau menerima ku, walau kau tahu masa laluku yang sangat buruk itu. Terimakasih juga kau sudah hadir dalam hidupku, hingga kau menyadarkan aku tentang adanya ketulusan. Kau memberikan ku kasih sayang yang amat luar biasa. Hingga perlahan anggapan ku tentang wanita berubah. Kau memberikan contoh, bahwa wanita itu terhormat. Tidak semua wanita seperti ibuku, tidak semua wanita bisa dibeli dengan uang. Dan tidak semua wanita itu murahan yang dengan mudahnya mereka memberikan kehormatanny pada orang asing. Mereka adalah makhluk lembut penuh kasih sayang yang harus dijaga, bukan untuk dirusak. " Perkataan Alex sontak membuat Jenni tersenyum seketika.
"Em..Alex..ada yang ingin aku tanyakan"Jenni terlihat ragu ragu ingin berkata pada Alex.
"Ada apa?" Alex menatap Jenni intens.
"Em.. apa kamu tidak ingin mencari tahu tentang ibu mu?" Jennifer sebenarnya tidak enak hati membahas ibu Alex, tapi Jenni juga tidak ingin Alex membenci orang yang sudah berjuang mengandung dan melahirkannya.
"Kenapa kamu membahas dia?" Alex kembali menatap Jenni dengan tatapan sulit diartikan.
"Alex..apa tidak sebaiknya kamu mencari tahu kebenaran tentang ibumu? atau paling tidak kamu dengarkan ceritanya dulu dari sudut pandang ibumu.." Jennifer tidak ingin terjadi kesalahpahaman antara Alex dan ibunya. Sehingga Alex menyesal dikemudian hari, karena saat mendengar cerita Alex tentang ibunya, seperti ada yang janggal menurutnya. Ibunya selalu perhatian pada Alex, bahkan sampai ibunya pergi dari rumah masih tetap menemui Alex.
"Sudahlah jangan bahas dia lagi. Aku lapar sebaiknya kita makan siang dulu." Alex terlihat tidak suka saat membahas ibunya, dia mengalihkan pembicaraan. Jenni hanya bisa menghela nafas.
"Pak kita berhenti di kafe depan itu. Kita makan siang dulu." Alex menyuruh sopirnya untuk berhenti di kafe terdekat.
"Baik Tuan." Sang sopir membelokkan mobilnya menuju kafe.
...❤️❤️❤️...
Ditunggu like, komentar, & Hadiahnya 😘
kalo sampe bella tinggal bareng kalian
siapa suruh dari awal ga jujur
saya jadi ikutan sakit ati